Bukan Pakar SEO Ganteng

Showing posts with label kimia. Show all posts
Showing posts with label kimia. Show all posts

Ulang Tahun Buckyball ke-25



Buckyball... Awalnya saya mengira bahwa koneksi saya agak lambat, karena huruf O yang kedua pada Google tidak muncul, namun setelah beberapa saat ditempat huruf O tersebut muncul bola kecil yang berputar-putar dalam bentuk bola berongga, elipsoid, atau tabung yang berbentuk bulat fullerene juga disebut buckyballs, serta silinder yang disebut nanotubes karbon atau buckytubes.

This artist's impression illustrates fullerenes being formed in a planetary nebula.

Fullerene serupa dalam struktur grafit, yang terdiri dari lembaran graphene ditumpuk cincin heksagonal terkait, tetapi juga dapat berisi pentagonal (atau kadang-kadang heptagonal) cincin.

Sebelum 1985, para ilmuwan hanya mengetahui dua bentuk struktur karbon murni yaitu intan dan grafit. Keduanya merupakan material yang seluruhnya hanya tersusun oleh atom-atom karbon. Setiap atom karbon dalam material intan, terikat dengan empat atom karbon lainnya membentuk pola tetrahedron. Struktur ini menyebabkan intan bersifat sangat keras.

Sementara dalam grafit, atom-atom karbon membentuk lapisan karbon yang terikat heksagonal. Setiap lapisan heksagonal terikat lemah dengan lapisan heksagonal lain. Struktur ini menyebabkan grafit bersifat lunak dan seperti berminyak. Struktur seperti ini juga menerangkan mengapa grafit pada pensil dapat tertinggal di atas kertas sehingga dapat digunakan untuk menulis.

Hari ini 25 tahun yang lalu, tepatnya 4 September 1985 ditemukan struktur baru dari karbon murni di alam. Penemuan inilah yang menjawab pertanyaan di awal paragraf. Struktur molekul baru yang disebut buckyball memiliki pola mirip bola sepak yang terdiri atas 20 heksagon (segienam) dan 12 pentagon (segilima). Struktur molekul tersebut membawa Smalley, Kroto, dan Curl ke podium Nobel pada tahun 1996.

Molekul tersebut terdiri atas 60 atom karbon dengan simbol kimia C60. Sementara itu, nama buckyball diambil dari nama seorang arsitek, R. Buckminster Fuller, yang merancang kubah dengan struktur mirip molekul baru tersebut ketika berlangsung pameran di Montreal pada tahun 1967. Molekul karbon dengan struktur mirip bola sepak ini disebut juga dengan nama buckminsterfullerene atau fullerene.

Molekul baru tersebut juga memiliki efek seperti bola, dapat memantul dan berputar. Buckyball dapat berputar 100 juta kali per detik. Molekul ini dapat memantul jika diempas ke suatu permukaan keras seperti baja. Kemudian jika diremas atau ditekan, molekul akan kembali seperti bentuk semula, seperti bola karet. Dan jika dimampatkan hingga 70 persen dari ukuran aslinya, buckyball menjadi lebih keras dua kali lipat dibanding intan.

Curl, Kroto, dan Smalley mendapatkan molekul tersebut pada kondisi temperatur tinggi dan dalam atmosfer gas helium. Namun, mereka hanya mendapatkan sedikit produk buckyball. Padahal, diperlukan jumlah yang besar untuk mempelajari sifat dan potensi molekul tersebut di masa depan. Hingga pada tahun 1990 ditemukan cara sintesis buckyball menghasilkan jumlah yang cukup banyak menggunakan metode plasma. Metode ini ditemukan oleh ilmuwan dari Jerman dan Amerika.

Ketika Smalley dan koleganya mensintesis buckyball atau fullerene, tidak hanya senyawa C60 yang ditemukan. C60 ditemukan dalam jumlah besar di dalam fasa ruah. Struktur lain yang ditemukan dalam komposisi yang lebih sedikit adalah C70, C540, dan fullerene lain yang mengandung beratus-ratus atom karbon. Pada metode sintesis buckyball oleh ilmuwan Amerika dan Jerman tersebut, dihasilkan 75 persen C60, 23 persen C70’ dan sisanya adalah molekul karbon yang lebih besar. Karena itulah, ilmuwan umumnya mempelajari buckyball C60 dibandingkan dengan buckyball lain yang jumlah atom karbonnya lebih banyak.

Setelah buckyball dapat diproduksi dengan jumlah cukup besar, baik Smalley maupun ilmuwan lain mulai merekayasa, meneliti, dan mempelajari sifat-sifat molekul unik ini. Salah satu keunikannya adalah ruang kosong di dalam struktur bola buckyball. Para peneliti mencoba untuk mengisinya dengan atom atau ion lain untuk mengubah sifat atau mempelajari ikatan yang terjadi di dalam bola.

Berbagai kemungkinan seperti membuat plastik dari buckyball, mengubah karbon buckyball menjadi intan pada temperatur ruang, serta mempelajari fiber buckytube atau disebut fiber-nano karbon (carbon nanotube) telah dilakukan oleh para peneliti.

Layaknya pemain sepak bola yang akan memainkan bola di lapangan, peneliti dan ilmuwan berbagai bidang juga memainkan molekul berstruktur bola-sepak dengan cara dan aturan yang berbeda di laboratorium pada perhelatan ilmu pengetahuan dan mempelajari kebesaran Maha Pencipta.


.

PENERAPAN METODE GALPERIN PADA POKOK BAHASAN KIMIA INTI SISWA KELAS XI SMA NEGERI I LILIRIAJA

BAB I

PENDAHULUAN


A.
Latar Belakang

Metode dan teknik dalam pembelajaran sangat menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan. Untuk menetapkan suatu metode atau teknik pembelajaran yang efektif dan efisien diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor, yaitu; tujuan, situasi, dan guru.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang berlangsung begitu cepat, tidak mungkin lagi mengajar siswa dengan menginformasikan fakta dan konsep dan berbagai cabang ilmu melalui metode ceramah yang menjadikan siswa sekedar sebagai pendengar pasif dalam kelas dan guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang sangat penting. Akibatnya, siswa akan merasa bosan sehingga tidak bersungguh-sungguh mengikuti pelajaran. Dengan demikian metode ceramah bukannya membuat siswa belajar, melainkan dapat menghilangkan gairah siswa untuk belajar. Akibat cara mengajar seperti itu akan tampak setelah siswa mengikuti ujian dan memperoleh nilai yang kurang atau jelek. Banyak guru berpendapat bahwa nilai jelek itu disebabkan oleh siswa yang tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi ujian. Akan tetapi, penyebab nilai jelek itu lebih banyak disebabkan oleh guru yang tidak memikirkan cara mengajar yang akan dilakukan.

Dalam metode sekolah aktif berlaku metode pendidikan Galperin. Menurut metode Galperin proses belajar mengajar dapat digambarkan sebagai rangkaian empat tahap kegiatan yaitu orientasi, latihan, umpan balik, dan lanjutan. Dalam orientasi, isi dan struktur mata pelajaran diberikan kepada siswa. Informasi tentang hubungan mata pelajaran yang dibahas dengan mata pelajaran yang lain dalam kerangka kurikulum dan kegunaan materi pelajaran juga diberitahukan kepada siswa. Agar siswa dapat mengetahui dan menerapkan materi pelajaran dengan baik siswa diberi latihan. Latihan dapat berupa tanya jawab tugas, soal, atau praktikum tergantung pada tingkat pengertian yang dikehendaki. Latihan itu dikerjakan secara berkelompok yang terdiri atas 2 - 4 orang. Pembahasan latihan dapat dilakukan dalam diskusi kclompok. Pembahasan latihan dilanjutkan dalam diskusi panel atau diskusi antar kelompok. Dalam diskusi panel guru berperan sebagai moderator yang menutup diskusi dengan mengemukakan simpulan hasil latihan. Penampilan hasil latihan akan menjadi umpan balik bagi siswa. Siswa yang membuat kesalahan akan mengetahui, menyadari, dan memperbaiki kesalahannya sedangkan siswa yang benar memperoleh penguatan atau kepuasan melalui umpan balik itu. Kegiatan lanjutan merupakan tahap keempat atau tahap terakhir rangkaian proses belajar mengajar Galperin.

Hash penelitian Abdul Rasyid, dkk ( 1994 ) yang mengungkapkan bahwa; Prestasi belajar siswa SMU Sulawesi Selatan dalam mata pelajaran kimia pada pokok bahasan ikatan kimia, kesetimbangan kimia, larutan, dan elektrokimia dapat ditingkatkan dengan jalan menerapkan metode Galperin dalam proses belajar kimia.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis merasa perlu melakukan hal yang sama di SMA Negeri I Liliriaja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah :

Apakah prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode Galperin lebih tinggi dari pada prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode konvensional pada pokok bahasan Kimia inti dan radiasi siswa kelas XI SMA Negeri I Liliriaja

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dan penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode Galperin dengan siswa yang diajar dengan metode konvensional pada pokok bahasan Kimia Inti dan Radiasi siswa kelas XI SMA Negeri I Liliriaja ”.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dan hasil penelitian ini adalah:

a. Sebagai bahan informasi bagi guru kelas XI SMA Negeri I Liliriaja tentang penerapan metode Galperin dalam usaha pemilihan metode pembelajaran yang efektif dan efisien.

b. Sebagai bahan masukan kepada para peneliti dalam bidang pendidikan, terutama dalam penelitian yang menyangkut peningkatan prestasi belajar pada umumnya maupun prestasi belajar Kimia pada khususnya.

c. Memberikan pengalaman dan membentuk kemampuan serta keterampilan bagi penulis dalarn menyusun karya ilmiah secara tertulis dan sistematik.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas, maka dirumuskan Hipotesis prestasi belajar siswa yang diajar dengan metoe Galperin lebih tinggi dari pada prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode konvensional siswa kelas XI SMA Negeri I Liliriaja pada pokok bahasan kimia inti dan radiasi.

Untuk menguji hipotesis tersebut, digunakan uji perbedaan dua rata-rata dengan hipotesis statistik sepihak yakni pihak kanan, yaitu :

Ho : µo µ 2

HI : µI > µ 2

Keterangan :

µ1 = Nilai rata-rata siswa yang diajar dengan metode Galperin

µ2 = Nilai rata-rata siswa yang diajar dengan metode Konvensional (kelompok kontrol).




BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Belajar merupakan proses daripada perkembangan hidup manusia. Dengan
belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil belajar. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Perubahan yang ingin dicapai melalui proses pendidikan pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku, sebagaimana yang dikemukan oleh Slameto ( 1995 : 2) bahwa “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada individu yang belajar. Dengan demikian belajar adalah proses perubahan pola pikir yang berorientasi pada perubahan tingkah laku yang baru berkat adanya pengalaman.

Sedangkan menurut Bruner (Nasution, 1987) proses belajar dapat dibedakan
atas tiga fase atau episode yakni:

a. Informasi

b. Transformasi

c. Evaluasi

Informasi dimaksudkan bahwa dalam tiap mata pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang kita miliki, ada yang memperluas dan memperdalamnya dan sebagainya.

Transformasi dimaksudkan bahwa informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasikan kedalam bentuk yang abstrak atau konseptual agar dapat digunakan atau hal- hal yang lebih luas.

Evaluasi dimaksudkan bahwa seseorang menilai hingga manakah pengetahuan yang dia peroleh dan ditransformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala- gejala lain.

A. Pengertian Prestasi Belajar Kimia

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar. Lebih khusus lagi, prestasi belajar adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh tujuan instruksional yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar.

Prestasi belajar yang dicapai dengan tingkat kecerdasan atau potensi yang dimiliki oleh siswa. Prestasi belajar sebelumnya selalu baik menjadi tidak baik apabila seorang siswa mengalami kesulitan belajar karena bersangkutan tidak mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan, seperti dalam tujuan pembelajaran khusus. Untuk itu guru harus melakukan pendekatan kepada siswa agar prestasi siswa dapat dipacu untuk meningkatkan secara kontinyu. Prestasi belajar kimia dapat ditingkatkan melalui proses latihan yang intensif.

Selanjutnya prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai. Suatu hasil dapat tercapai setelah seseorang melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian prestasi merupakan hasil yang dapat dicapai seseorang, setelah ia melakukan suatu kegiatan.

Menurut Muhari (1983), “prestasi adalah istilah untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang sesuatu tujuan karena sesuatu usaha telah dilakukan oleh seseorang”. Dalam belajar, prestasi menunjuk pada tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang karena usaha belajar telah dilakukan.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah pada tengah atau akhir serneter guru akan mengadakan evaluasi. Dari hasil evaluasi ini, dapat diketahui tingkat penguasaan masing - masing siswa terhadap mata pelajaran yang telah diajarkan Hasil evaluasi ini merupakan prestasi bagi siswa, prestasi dalam belajarnya tadi hasil evaluasi ini merupakan indikator prestasi belajar siswa.

Jadi dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil yang dicapai setelah belajar dapat diukur apabila telah diadakan evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang kualitasnya baik.

Slameto (1995) mengemukakan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan antara lain adalah bakat, lingkungan belajar, perlengkapan belajar, cara guru mengajar, perhatian siswa, waktu yang tersedia untuk belajar, dorongan dari pihak luar dan sebagainya”.

Faktor - faktor tersebut oleh Sukardi (1983) dikelompokkan dalam dua kelompok yakni:

1). Faktor internal ialah faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi, termasuk maupun mental atau psikofisiknya yang ikut menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar.

2). Faktor eksternal, ialah faktor yang bersumber dari luar individu yang bersangkutan, misalnya ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, alat- alat pelajaran yang tidak memadai, dan ligkungan sosial maupun lingkungan alamiahnya.

B. Pembelajaran dengan Metode Galperin

Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasa disebut metode mengajar.

Cara belajar siswa aktif yang dicanangkan dalam proses belajar mengajar kimia di SMU lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam mencari, mengolah dan menyimpulkan pelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah memilih strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian bahan-bahan pelajaran kepada siswa, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik.

Pemilihan metode mengajar yang dikemukakan oleh Roestiyah (1989) didasarkan pada sifat pelajaran, alat- alat yang tersedia, besar kecilnya kelas, tempat dan lingkungan, kesanggupan guru, banyak sedikitnya bahan dan tujuan pelajaran,

Metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pelajaran dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Semakin besar pengaruhnya untuk menghasilkan sesuatu semakin efektif metode tersebut. Sedangkan metode mengajar dikatakan efisien jika penerapannya dalam menghasilkan sesuatu yang diharapkan relatif menggunakan tenaga, usaha, pengeluaran biaya, dan waktu minimum atau semakin kecil tenaga, usaha, biaya, dan waktu yang dikeluarkan semakin efisien metode tersebut.

Salah satu jenis metode mengajar yang menekankan kepada keaktifan siswa adalah pembelajaran metode Galperin yang dikemukakan oleh Jipto Utomo dan Kees Ruijter (1990) yang terdiri atas empat tahap kegiatan yaitu:

1. Orientasi

Pada tahap orientasi, guru mengemukakan isi dan struktur mata pelajaran Hubungan mata pelajaran yang dibahas dengan mata pelajaran lain dalam rangka kurikulum dan kegunaan mata pelajaran itu diinformasikan kepada siswa. Ide-ide dilontarkan tanpa banyak penggunaan fakta pendukung. Komentar yang meragukan semakin mendukung. Anggota kelompok tidak akan mendukung hanya satu usulan. Dalam fase ini anggota kelompok masih dalam taraf saling mengenal, menjelaskan ide - ide dan menyatakan sikap sementara.


2. Latihan

Pada tahap latihan, siswa ditugaskan membahas soal-soal atau melakukan praktikum agar siswa itu mengerti materi pelajaran yang diberikan dan mencapai tujuan pengajaran. Latihan itu dapat dilakukan secara berkelompok yang terdiri atas 2- 4 orang. Pada tahap latihan guru berperan sebagai fasilator. Guru tidak hanya duduk dikursinya, tetapi juga berjalan-jalan melihat setiap kelompok. Guru juga siap memberikan penjelasan seperlunya bila ada siswa yang menanyakan sesuatu berkaitan dengan soal atau tugasnya.

3. Umpan Balik

Pada tahap umpan balik, siswa mendiskusikan hasil latihan. Diskusi berlangsung antar kelompok dan dipimpin oleh guru yang berperan sebagai moderator. Hasil diskusi antar kelompok atau diskusi panel disimpulkan oleh guru. Jadi pada waktu diskusi kelompok berlangsung yaitu pada waktu mengerjakan tugas guru berperan sebagai fasilitator.

4. Lanjutan

Pada tahap lanjutan, siswa diberi kesempatan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan dan belajar dari kesalahan-kesajahan itu. Ujian tidak diberikan sebelum siswa memperbaiki kesalahan- kesalahannya. Pada tahap terakhir ini jelas ditandai oleh semangat kesatuan dan disini nampak pula adanya usaha-usaha untuk menghindarkan ataupun menghilangkan komentar dan usul yang dapat memancing para anggota untuk kembali keproses yang diwarnaioleh konflik dan perdebatan.

Kadang- kadang kita menghadapi soal yang tidak dapat dipecahkan dengan satu jawaban saja. Untuk mencari jawaban yang tepat maka diperlukan teori Galperin. Semua jawaban ditampung dan dipertahankan, mana yang paling banyak mendekati kebenaran layak sehingga musyawarah yang demokratis dapat diambil kesimpulan.

a. Kebaikan dari metode Galperin yaitu:

1) Menyadarkan anak didik bahwa ada masalah yang dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan atau satu jawaban saja.

2) Menyadarkan anak didik bahwa teori Galperin, mereka saling menggunakan pendapat secara konstruktif/dapat diperoleh suatu keputusan yang lebih baik.

3) Membiasakan anak didik suka mendengar pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, membiasakan bersifat toleran.

4) Menimbulkan kesanggupan pada anak didik untuk merumuskan pikirannya secara teratur dan dalam bentuk yang dapat diterima orang lain.

5) Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.

6) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya.

7) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab
dan megemukakan pendapat

8) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.

9) Pembentukan kebiasaan - kebiasaan membuat gerakan - gerakan yang kompeks, rumit, menjadi lebih otomatis.

b. Kekurangan metode Galperin

1) Pembicaraan terkadang menyimpang sehingga memerlukan waktu yang panjang

2) Mungkin dikuasai oleb orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.

3) Tidak dipakai dalam kelompok besar

4) Siswa merasa takut apabila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.

5) Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.

6) Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.

7) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

C. Metode Ceramah

Cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak dahulu guru dalam usaha menularkan pengetahuan pada siswa, ialah secara lisan atau ceramah. Cara ini kadang - kadang membosankan maka dalam pelaksanaannya memerlukan keterampilan tertentu, agar gaya penyajiannya tidak membosankan dan menarik perhatian murid.

Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai tehnik-tehnik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok permasalahan secara lisan.

Biasanya guru menggunakan teknik ceramah bila memiliki tujuan agar siswa dapat mendapatkan informasi tentang suatu pokok atau persoalan tertentu. Memang hal itu wajar digunakan bila sekolah itu tidak memiliki bahan bacaan tentang masalah yang akan dibicarakan. Mengingat juga bahwa jumlah siswa pada umumnya banyak, sehingga sulit untuk menggunakan teknik penyajian lain kecuali ceramah untuk menjangkau jumlah siswa sebanyak itu.

Apalagi bila guru memiliki keterampilan berbicara yang dapat menarik perhatian siswa, biasanya cenderung untuk mcnggunakan teknik ceramah pula, kurang perhatian pada penggunaan teknik-teknik lain, karena tidak akan mengembangkan kepandaian berbicara si guru. Didorong pula oleh tanggung jawa guru untuk berusaha memperkenalkan pokok-pokok terpenting yang merupakan suatu kerangka yang bulat dari sesuatu pelajaran yang baru, dengan sendirinya guru akan menggunakan teknik ceramah. Dengan alasan siswa harus tertarik pada pelajaran baru itu, ditunjang pula keterampilan guru untuk berbicara, maka siswa akan menyenanginya bahan pelajaran baru itu. Kemudian bila guru sedang mengajar bermaksud ingin membuat kesimpulan pelajaran yang baru diberikan itu, untuk mengambil inti sari atau pokok- pokok terpenting agar siswa terbiasa berbuat demikian, maka teknik ceramah berperan pula.

Walaupun demikian situasi yang menunjang pelaksanaan teknik ceramah itu, guru perlu memperhatikan keadaan-keadaan seperti ini. Pertama apabila sekolah
telah tersedia bahan bacaan / buku-buku yang berisi bahan atau masalah yang akan dipelajan itu. Kedua bila jumlah siswa tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan guru dapat menggunakan teknik-teknik penyajian yang lain lebih efektif. Ketiga apabila bila guru bukan seorang pembicara yang baik, tidak mampu menarik perhatian siswa.
Dengan demikian guru harus lebih hati- hati dalam menggunakan teknik ceramah.

D. Tinjauan Umum Tentang Pokok Bahasan Kimia Inti dan Radiasi

Kimia inti dan radiasi meliputi sub pokok bahasan :

a. Keradioaktifan

Sekarang sudah banyak unsur radioaktif yang ditemukan di alam dan dicantumkan dalam sistem periodik. Unsur radioaktif memiliki nomor atom lebih dari 83.

Unsur - unsur yang memiliki nomor atom kurang dan 83 dapat memiliki beberapa Isotop (unsur beratom sama tetapi bernomor massa berbeda) isotop yang unsur radioaktif disebut isotop radioaktif atau radioisotop.

Radioisotop dapat mengalami reaksi nuklir atau reaksi inti ( nucleus = inti). Energi yang dibebaskan dari reaksi nuklir disebut energi nuklir. Cabang ilmu kimia yang mempelajari radioisotop disebut kimia inti ( nuclear chemistery)

b. SinarRadioaktif

Jenis sinar radioaktif disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Sinar Radioaktif

NO.

Nama Senyawa

Simbol

1

2

3

4

5

6

7

Partikel Atom
Sinar Alfa
Sinar Beta
Sinar Gamma
Sinar Proton
Sinar positron
Sinar Neutron

AXZ

4a2

0b-1

00

1P1

0e1

1n0


c. Peluruhan Zat Radiokatif

Reaksi peluruhan adalah reaksi spontan suatu unsur radioakiif sehingga berubah menjadi unsur lain. Reaksi peluruhan merupakan reaksi inti. Zat radioaktif dialami dapat meluruh dengan disertai pemancaran sinar alfa (peluruhan alfa), pemancaran sinar beta ( peluruhan beta ), atau pemancaran sinar gamma ( peluruhan gamma ).

226Ra88 222Rn86 + 4He2

Perhatikanlah bahwa nilai nomor massa di ruas kiri, sama dengan jumlah nomor massa di ruas kanan. Demikian pula halnya untuk nomor atom. Jumlah angka di ruas kiri = jumlah angka di ruas kanan. Nomor massa = 226 = 222 + 4, nornor atom = 88 = 86 + 2 .

d. Kegunaan Radioisotop

Kegunaan radioisotop sangat bergantung pasa kebijaksanaan umat manusia karena radioisotop dapat digunakan untuk peningkatan kesejahteraan atau kebalikannya dapat digunakan untuk membuat kehancuran.

Pemanfaatan radioisotop berbagai bidang disiplin ilmu terlalu banyak misalnya bidang kesehatan, industri pengawetan makanan, untuk mendeteksi kebocoran pipa bawah tanah, bidang pertanian, bidang hidrologi, bidang Biologi, bidang Kimia, pembangkit tenaga listrik serta penanggalan karbon Nana Sutresna
(2000).

e. Dampak Penggunaan Radioisotop

Kita telah mengetahw beberapa kegunaan radioisotop bagi kesejahteraan manusia, karena radioisotop juga memiliki dampak negatif

Radiasi yang dipancarkan oleh sinar radioaktif dapat merusak sel, menyebabkan kelainan pada sel, dan bahkan mematikan sel mahluk hidup Beberapa efek negatif radiasi unsur radioaktif terhadap manusia sebagai berikut :

1. Radiasi unsur radioaktif dapat merusak jaringan sel

2. Radiasi unsur radioaktif dapat menurunkan kekebalan tubuh terhadap penyakit

3. Radiasi unsur radioaktif dapat menyebabkan kerusakan kulit dan sistem saraf. (Nana Sutresna, 2000).

Abdullah Pandang dan Sutrisno ( 1991, 67) meneliti tentang penerapan
sistem pengajaran CBSA dan pengaruhnya terhadap peningkatan prestasi belajar murid SD. Mereka menemukan bahwa CBSA mempunyai dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar murid SD. Sikap murid SD terhadap pelaksanaan CBSA dalam proses belajar mengajar diteliti oleh Soetinah Soewondo (1990: 73). Soetinah Soewondo menemukan bahwa murid SD yang mengikuti proses belajar mengajar dengan system CBSA mempunyai prestasi belajar lebih baik dari pada murid SD yang mengikuti proses belajar mengajar dengan cara konvensional. Jika murid SD dapat ditingkatkan prestasi belajarnya dengan sistem CBSA, diharapkan siswa SMA yang mengikuti proses belajar mengajar dengan sistem CBSA juga dapat ditingkatkan prestasi belajamya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abd. Rasyid, dkk (1994) menemukan bahwa prestasi belajar siswa SMU Sulawesi Selatan dalam mata pelajaran Kimia pada pokok bahasan Ikatan Kimia, Kesetimbangan Kimia, Larutan, dan Elektrokimia dapat ditingkatkan dengan jalan menerapkan teori pendidikan Galperin dalam proses belajar mengajar Kimia pada keempat pokok bahasan tersebut.

Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan hasil-hasil penelitian yang relevan sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maka penerapan metode Galperin dalam proses belajar-mengajar perlu dilakukan di SMU khususnya mata pelajaran Kimia.




BAB III
METODE PENELITIAN


A. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah metode pembelajaran kimia pada pengajaran pokok bahasan kimia inti dan radiasi dengan menggunakan metode Galperin. Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar.


B. Desain Penelitian

Kelompok

Tes awal

Perlakuan

Tes akhir

Eksperimen

Control

TE 1

TK1

XE

XK

TE2

TK2

Keterangan:
TEl :
tes awal yang diberikan kepada siswa dalam kelompok eksperimen
TKI : tes awal yang diberikan kepada siswa datam kelompok kontrol
XE : proses belajar mengajar kimia
berdasarkan pada teori galperin
XK : proses belajar mengajar kimia berdasarkan pada cara konvensional
TE2 : tes
akhir yang diberikan kepada siswa dalam kelompok eksperimen
TK2 : tes akhir yang diberikan kepada siswa kelompok kontrol.


C. Definisi Operasional Variabel

Yang dimaksud dengan proses belajar kimia berdasarkan pada metode Galperin adalah proses belajar mengajar dalam mata pelajaran kimia pada pokok bahasan kimia inti dan radiasi yang terdiri atas empat tahap kegiatan yaitu orientasi, latihan, umpan balik, dan lanjutan. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar siswa-siswa dalam kelompok eksperimen (penerapan metode Galpenn) dibagi atas kelompok-kelompok yang terdin atas 4 orang. Latihan atau tugas yang diberikan oleh guru dikerjakan oleh siswa secara kelompok. Hasil latihan dibahas dalam diskusi panel atau diskusi antar kelompok dan dibimbing oleh guru yang berperan sebagai moderarator. Hasil diskusi menjadi umpan balik bagi siswa. Pada tahap proses belajar mengajar siswa melanjutkan latihannya untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat.

Yang dimaksud dengan proses belajar-mengajar Kimia berdasarkan pada cara konvensional adalah proses belajar mengajar yang sudah lazim dilakukan oleh guru kimia yaitu guru menyajikan materi pelajaran dengan metode ceramah yang biasa diselingi dengan tanya jawab.

Yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Prestasi belajar ditunjukan oleh skor yang diperoleh siswa.

Yang dimaksud dengan peningkatan prestasi belajar adalah peningkatan yang diukur dari prestasi belajar sebelum mengikuti hingga sesudah mengikuti proses belajar mengajar. Skor peningkatan prestasi belajar dihitung dari selisih skor tes akhir dan skor tes awal.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMU Negeri I Watansoppeng pada tahun 2001 / 2002, yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa 305 siswa.

Berdasarkan observasi dan informasi dan guru pada sekolah tersebut bahwa penempatan siswa dalam satu kelas secara acak, sehingga tidak ada kelas yang didominasi oleh siswa yang pintar dan bodoh. Dengan demikian peneliti berasumsi bahwa semua kelas mempunyai latar belakang siswa yang sama. Oleh karena itu, sampel dipilih secara kelas random sampling. Dan enam kelas yang ada diundi dua kelas dan yang terpilih sebagai sampel adalah kelas II 1 dan II 3.


E. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan eksperimen ditandai dengan penerapan pola perlakuan yaitu penerapan metode Galperin pada pokok bahasan kimia inti dan radiasi. Penelitian ini berlangsung lebih kurang 3 bulan di SMU Negeri I Watansoppeng. Dalam pelaksanaannya dibagi atas beberapa tahap yang dilakukan yaitu :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini diadakan observasi di lokasi penelitian setelah mendapat persetujuan dan kepala sekolah dan guru bidang studi kimia, ditentukan dua kelas yaitu kelas II 1 dan II 3 sebagai sampeI yang digunakan dalam penelitian. Sebelum dilaksanakan proses belajar mengajar, terlebih dahulu dibuat satuan pelajaran (SP) Pokok bahasan bahasan kimia inti dan radiasi dengan alokasi waktu 15 jam pelajaran (10 kali pertemuan termasuk tes evaluasi). Satuan pelajaran-pelajaran tersebut
ditunjukkan pada lampiran I.

2. Tahap Pelaksanaan

Proses belajar mengajar dilaksanakan dengan menggunakan teori Galperin yang terdiri atas empat tahap kegiatan yaitu orientasi, latihan, umpan balik, dan lanjutan. Tahap latihan itu dikerjakan secara kelompok yang terdiri atas 13 kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 3 atau 4 orang.


F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini , berupa tes prestasi belajar kimia yang diambil dan buku paket kimia SMU kelas II yang berkaitan dengan pokok bahasan yang telah diajarkan yaitu kimia inti dan radiasi oleh peneliti yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus, dan dijabarkan dan tujuan pembelajaran umum yang tercantum dalam kurikulum kimia tahun 1999.

Tes prestasi belajar kimia disusun dalam bentuk tes pilihan ganda yang terdiri atas 5 pilihan jawaban dengan jumlah tes 29 soal. Ranah kognitif yang diukur adalah sesuai dengan taksonomi Bloom yaitu ingatan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi
(C3).


G. Teknik Pengumpulan Data

Data tentang prestasi kimia inti dan radiasi kimia kelas II SMU Negeri I Watansoppeng diperoleh dengan jalan memberikan tes kepada siswa yang terpilih menjadi sample penelitian. Tes itu dgunakan sebagai tes awal dan tes akhir. Tes awal diberikan sebelum berlangsung proses belajar mengajar sedangkan tes akhir diberikan setelah berlangsung proses belajar mengajar, peningkatan prestasi belajar siswa dihitung dari selisih antara skor akhir dengan tes awal.


G. Teknik Analisis Data

Untuk mengolah data yang terkumpul dalam penelitian ini dipergunakan analisis deskriptif meliputi rata-rata, standar deviasi, persentase .



DISINI ADA RUMUS ????


Keterangan :

SB = Jumlah skor benar yang diperoleh siawa

SM = Jumlah skor maksimum

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik stalistik deskriptif dan teknik statistik inferensial. Statistik deskriptif untuk memberikan gambaran umum terhadap hasil penelitian dengan menentukan tabel distribusi, frekuensi, nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata hitung dan standar deviasi. Data persentase gain skor setiap siswa dikelompokkan atas empat kategori menturut patokan yang dikemukakan oleh Arikunto (1998).


76- 100% = baik
56 - 75% = sedang
40 - 55% = kurang baik
0
- 39% = jelek

a. Pengujian Normalitas

Bentuk menguji kenormalan disajikan dengan bantuan komputer program pengolahan minitab. Pengujian kenormalan disajikan dalam bentuk program probalitas normal dengan menggunakan taraf signifikan a = 0,05.

Ho = data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 = data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
Dengan kriteria penolakan HI bila nilai P <
a dan Ho diterima jika nila P ≥ a

b. Pengujian Homogenitas

Kriteria pengujian adalah homogen jika P ≥ a, dimana nilai taraf signifikan atau a = 0,05.

c. Untuk menguji hipotesis, digunakan teknik statistik inferensial dengan menggunakan uji-t.

Hipotesis yang diuji yaitu :

Ho : µo µ2

H1 : µ1 > µ2

Keterangan :

µ1= Nilai rata-rata kelompok siswa yang diajar dengan
metode Galperin.

µ2= Nilai rata-rata kelompok siswa yang diajar dengan metode Konverisiorial

Kriteria pengujiannya adalah:

Jika t-hitung t-tabel (a: dk), Ho diterima

Jika t-hitung > t-tabel (a: dk), Ho ditolak atau H1 diterima


BAB IV


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian.

Untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik variabel yang menjadi obyek penelitian, maka berdasarkan peneletian yang dilakukan di SMU Negeri 1 Watansoppeng dengan sampel 101 siswa secara deskriptif diperoleh data hasil prestasi belajar pada pokok bahasan kimia inti dan radiasi disajikan pada tabel 2 untuk kelompok kontrol dan tabel 3 untuk kelompok eksperimen.

Tabel 2. Data basil analisis statistik deskriptif kelompok kontrol (penerapan metode Galperin pada pokok babasan kimia intl dan radiasi siswa Kelas II SMU Negeri 1 Watansoppeng .

Data Kelompok Kontrol

(Metode Konvensional)

Skor rata-rata tes awal (pre-tes)

Skor rata-rata tes akhir (post-tee)

Selisih rata-rata skor (gain skor)

Standar deviasi

Gain skor tertinggi

Gain skor terendah

13.66


26.96


13.30


3.48

20

5

Tabel 3. Data hasil analisis statistik deskriptif untuk kelompok ekperimen (penerapan metode Galperin pada pokok bahasan kimia inti dan radiasi) siswa kelas II SMU Negeri I Watansoppeng .

Data Kelompok Kontrol

(Metode Konvensional)

Skor rata-rata tes awal (pre-tes)

Skor rata-rata tes akhir (post-tee)

Selisih rata-rata skor (gain skor)

Standar deviasi

Gain skor tertinggi

Gain skor terendah

11.41


25.60


14.19


2.57

20

10

Selanjutnya data gain skor yang diperoleh masing-masng siswa pada kedua kelompok dikategorikan atas 4 kategori gain skor seperti terlihat pada tabel 4 untuk kelompok kontrol dan tabel 5 untuk kelompok ekaperimen.

Tabel 4. Pengkategonkan gain skorkelompok kontrol

Kategori

Rentang Persentase

Frekuensi

Persentase

Tinggi (T)

Sedang (S)

Rendah (R)

Sangat Rendah (SR)

76 – 100

56 – 75

40 – 55

0 – 39

0

14

24

12

0%

28.00%

48.00%

24.00%

Jumlah


50

100%

Untuk memperjelas data dari tabel 4 diatas, dibuatlah histogram seperti terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Histogram gain skor kelompok kontrol

Tabel 5. Pengkategorian gain skor kelompok eksperimen

Kategori

Rentang Persentase

Frekuensi

Persentase

Tinggi (T)

Sedang (S)

Rendah (R)

Sangat Rendah (SR)

76 – 100

56 – 75

40 – 55

0 – 39

0

12

31

8

0%

23.52%

60.78%

15.68%

Jumlah


51

100%

Untuk memperjelas data dan tabel 5 di atas dibuatlah histogram seperti terlihat pada gambar 2.


Gambar 2. Histogran gain skor kelompok eksperimen.

Berdasarkan hasil analisis statistik pada a = 0 05, diperoleh thitung = -1.47 dan ttabel = 1.65. Hal ini, menunjukkan bahwa thitung, lebih kecil dari ttabel. Dengan demikian Ho diterima. Dengan kalimat lain, tidak ada perbedaan prestasi belajar kimia siswa SMU Negeri I Watansoppeng yang diajar dengan penerapan metode Gaiperin dengan siswa yang diajar dengan metode konvensional pada pokok bahasan kimia inti dan radiasi.


Data selengkapnya disajikan pada lampiran 9.


B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan persentase diketahui bahwa siswa yang diajar dengan metode Galperin berdasarkan sampel yang diteliti ternyata memperlihatkan selisih rata-rata skor (gain skor) 14,19 dan kelompok konvensional (kontrol) memiliki rata-rata skor (gain skor) 13.30, yang masing-masing kedua metode tersebut terdapat pada kategori sedang. Dan tabel 4 dan 5 terlihat bahwa sebagian besar kedua metode tersebut memiliki dan berada pada kategori sedang dan selebihnya pada kategoni rendah dan sangat rendah sekali. Dengan melihat tidak adanya perbedaan kategori tersebut atau ada persamaan yang didapatkan maka kelompok eksperimen. memiliki nilai perbedaan yang tak berarti dengan kelompok kontrol atau biasa disebut sama - sama bisah dipakai. Namur hasil analisis statistik berdasarkan uji t, diperoleh nilai thitung= -1.47 dan ttabel= 1.65. Hal ini menunjukkan bahwa, thitung lebih kecil dan ttabel. Berdasarkan kriteria pengujian, maka nilai t tersebut menunjukkan hipotesis Ho. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, tidak ada perbedaan prestasi belajar kimia siswa SMU Negeri I Watansoppeng yang diajar dengan penerapan metode Galperin dengan siswa yang diajar dengan metode konvensional pada pokok bahasan Kimia Inti dan Radiasi.

Hat ini menunjukkan pula, kegiatan proses belajar mengajar untuk pokok bahasan kimia inti dan radiasi dapat dilakukan dengan metode konvenisional, atau dengan penerapan metode Galperin.

Tidak adanya perbedaan prestasi belajar dan kedua kelompok siswa tersebut, dapat pula disebabkan karena masing-masing kelompok memiliki sarana belajar dan faktor pendukung dalam belajar, serta fasilitas-fasilitas lainnya yang sama, misalnya tersedianya buku kimia di perpustakaan sekolah, waktu yang digunakan untuk belajar, jumlah buku kimia yang dimiliki, dan kemampuan mereka dalam memahami materi pelajaran. Sebagaimana yang disarankan dalam penerapan metode Galperin, bahwa salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar kimia berdasarkan pada metode Galperin adalah buku pegangan siswa. Tanpa buku pegangan, sulit bagi siswa untuk melaksanakan latihan atau mengerjakan tugas yang diberikan.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, temyata di SMU yang ditempati melakukan penelitian sudah banyak siswa yang memiliki buku pegangan sehingga siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar baik dari kelompok kontrol maupun kelompok eksprimen, dalam satu kelompok diskusi, terdapat 2 atau 3 siswa yang memiliki buku pegangan.

Apabila diperhatikan prestasi pembelajaran dicapai siswa pada kelompok yang diajar dengan metode Galperin, temyata prestasi pembelajaran dengan metode
ini, tergolong tinggi dibandingkan dengan yang diajar dengan metode konvensional (walaupun secara analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan yang berarti). Hal tersebut berarti kemampuan siswa dalam menerima dan menyerap pokok bahasan lebih baik pula. Tingginya prestasi tersebut dapat disebabkan oleh ketertiban siswa dalam proses belajar mengajar, antara lain adanya kerjasama yang baik antara siswa dalam mengerjakan setiap latihan yang diberikan, sehingga dapat mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat baik waktu terjadi proses umpan balik antara siswa dalam kelompok pada saat berlangsung diskusi. Dengan demikian kegiatan proses belajar mengajar tidak didominasi oleh guru, tetapi oleh siswa yang aktif menggunakan lebih dari satu alat inderanya dalam aktivitas belajarnya.

Materi kimia inti dan radiasi jika diajarkan, tidak cukup dengan hanya metode ceramah (kelompok kontrol). Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mampu menggunakan metode Galperin agar dalam penyampaian materi, siswa tidak merasa bosan. Dengan adanya metode Galperin tersebut siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan yang dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa :

Prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode Galperin lebih tinggi dari pada prestasi siswa yang diajar dengan metode ceramah pada pokok bahasan kimia inti dan radiasi. Hal ini mengindikasikan bahwa metode Galperin cukup efektif digunakan dalam pembelajaran kimia khususnya pada pokok bahasan kimia inti dan radiasi serta pokok bahasan lain yang mempunyai karakteristik yang sama

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, dikemukakan saran sebagai berikut :

1. Agar proses belajar-mengajar kimia berdasarkan pada metode Galperin dapat diterapkan di SMU, kepala sekolah hendaknya berupaya melengkapi fasilitas yang menunjang proses belajar-mengajar seperti buku bacaan, overhead projector, dan peralatan laboratorium.

2. Untuk mengetahui seberapa jauh manfaat penerapan metode Galperin dalam proses belajar-mengajar kimia, para peneliti dibidang pendidikan kimia hendaknya melakukan serupa pada pokok-pokok bahasan ilmu kimia lainnya.

3. Kepada guru SMU Negeri I Watansoppeng , khususnya guru kimia sebaiknya menggunakan metode Galperin dalam proses pembelajaran, khususnya untuk pokok bahasan kimia inti dan radiasi.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rasyid, 1994, Penerapan Teori dalam proses belajar mengajar kimia pada pokok bahasan Ikatan Kimia, Keseimbangan Kimia Larutan dan E/ektrokimia Di SMA Sulawesi Selatan. Laporan. Ujung Pandang FPMIPA IKIP Ujung Pandang.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur penelitian . Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 1983. Metode belajar don Kesulian - kesulitan Belajar. Bandung. Tarsito.

Middlecamp, C. dan E. Kean. 1985 Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta Gramedja.

Muhari. 1993 Suasana Rumah dan Prestasi Belajar. Suatu Studi Tentang Pengaruh Suasana Runah dan Prestasi, Belajar di Jawa Timur Disertasi Pascasarjana
UGM Yokyakarta.

Nana Sutresna. 2000. Kimia untuk SMU Kelas II. Bandung: Grafindo Media Pratama

Nasution 1995. Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Paeru, AD. 1987. Studi Eksperimen Tentang Metode Penemuan dan Metode Eksositori, dalam Mengajarkan Komposisi, Transformasi di Kelas II Ilmu-ilmu fisik SMA Negeri di Kotamadya Ujung Pandang. Malang : Pasca Sarjana IKIP Malang.

Roestiyah, N. K 1986. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Bumi Aksara

Roojakker, Ad. 1990. Mengajar dengan sukses Petunjuk untuk Merencanakan dan Menyumpaikan Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Sardiman. 1987. Interaksi, dan Motivasi, Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Cipta

Slameto, 1995. Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sudjana. Nana. 1991. Model-model Belajar CBSA. Bandung: Sinar Baru

Utomo. T. dan Ruijter. 1990. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan Jakarta Gramedia.

Pramudya Ksatria Budiman kimia