Bukan Pakar SEO Ganteng

Showing posts with label Caleg. Show all posts
Showing posts with label Caleg. Show all posts

CALEG PERAIH SUARA MINIM

Pemilu legislatif 2009 menyisakan banyak kisah unik sekaligus miris. Cerita calon anggota legislatif (caleg) yang tidak menunjukkan perolehan suara signifikan menjadi bahan pembicaraan di mana-mana. Ada yang unik, lucu, bahkan menyedihkan. Di antara mereka malah ada yang memilih jalan pintas, bunuh diri karena malu perolehan suaranya jauh di bawah estimasi semula.


Hingga saat ini sudah tak terhitung lagi kasus caleg mengalami depresi karena terciumnya kekalahan dari sebuah ambisi tak berbatas. Tingkah laku mereka bermacam-macam. Ada yang linglung, ada yang mengamuk, meminta kembali sarung bantuannya, atau meminta tim sukses mengembalikan biaya selama kampanye, mengusir penduduk yang menempati tanahnya karena kebetulan dia adalah tuan tanah.

Tiba-tiba seorang caleg menyegel sebuah sekolah karena merasa dikhianati, tak seorang pun dari mereka yang bekerja di sekolah itu memilihnya, padahal sang caleg merupakan perintis pembangunan sekolah tersebut, dst.

Pertarungan senantiasa menghasilkan dua kemungkinan; kalah dan menang. Sehingga menjadi tak elok bila setelah pesta demokrasi lima tahunan itu digelar, para pesertanya malah tidak siap pada dua kemungkinan itu. Pendirian klasik kerap ditemui, hanya siap menang tapi tak siap kalah. Biaya tinggi selama sosialisasi dan kampanye selalu menjadi alasan mengapa seseorang tidak siap kalah. Padahal baiaya-biaya itu adalah harga yang harus dikorbankan.

Namun, sebagian kecil saja di antara mereka yang menganggapnya lumrah. Biaya besar tersebut apapun alasannya harus kembali, atau paling tidak mendatangkan kemenangan, sementara biaya besar tidaklah berbanding lurus dengan kemenangan.

Saat ini perhitungan manual oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih berlangsung. Meski sudah ada kepastian kemenangan partai versi lembaga penghitung cepat, versi KPU tetap saja dinanti, karena versi inilah menjadi dasar resmi satu-satunya dari seluruh keputusan menang-kalah itu. Di tangan KPU dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), para petarung menggantungkan nasib. Pasalnya, bila panitia melakukan kesalahan penghitungan, disengaja atau tidak, maka seorang caleg akan bernasib lain.

Hari-hari menegangkan sesungguhnya terjadi bukan pada saat kampanye, melainkan beberapa hari setelah pemberian suara oleh rakyat. Karena itu, bila hingga hari ini kita masih menemukan atau mendengar tingkah laku aneh para caleg, maka hal itu menjadi lumrah. Sebab, hari-hari itu merupakan hari-hari yang panjang dan melelahkan.

Terasa panjang karena menanti sebuah kepastian yang justru mengaduk-aduk perasaan; cukup atau tidak perolehan suara partainya untuk harga sebuah kursi. Kalaupun cukup, apakah kursi itu untuk dia atau justru buat kader lain separtai. Melelahkan memang.(^^)

Pramudya Ksatria Budiman Caleg

CALEG SELEBRITI 2009

Sejumlah caleg berlatar belakang selebriti yakin mampu mengubah wajah DPR yang saat ini terpuruk. Kendati banyak yang meragukan integritas dan kapasitasnya, mereka berkomitmen menjadi wakil rakyat yang bersih serta mampu memberi angin segar dalam kerja legislasi.
Paling tidak ada sekitar 61 orang, atau sekitar 0,6 persen, yang punya latar belakang dunia hiburan. Mereka selebriti yang namanya cukup dikenal khalayak luas. Toh meski kecil, sebenarnya persentase jumlah selebriti yang menjadi caleg meningkat. Pada pemilihan umum tahun 2004 lalu, jumlah artis yang ikut dalam daftar celeg tidak sampai 20-30-an.
Komitmen tersebut diungkapkan Tantowi Yahya dan Rieke Dyah Pitaloka yang tampil sebagai pembicara dalam diskusi bertema Persaingan Menuju Senayan di DPD kemarin.
Rieke yang dicalonkan PDIP dan Tantowi Yahya dari Partai Golkar menyatakan siap memberikan kontribusi positif bila menjadi wakil rakyat. Terutama mengubah image bahwa anggota DPR mudah disuap dan menerima gratifikasi. ''Modal yang paling penting (untuk menjadi anggota dewan, Red) adalah kesiapan mental dan finansial. Dan saya bersyukur dua hal itu sudah terpenuhi,'' ujar Tantowi.
Dia memaparkan, keputusannya meninggalkan dunia selebriti yang penuh kemewahan merupakan salah satu pengorbanan besar dalam hidupnya. Karena itu, dia meminta agar para wartawan mencatat komitmennya untuk tidak menerima gratifikasi dalam bentuk apa pun ketika nanti terpilih menjadi wakil rakyat. ''Saya tidak kaya. Tapi, saya merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Saya rasa, rayuan seperti itu tidak akan membuat saya tergoda,'' tegasnya.
Untuk menunjukkan kompetensinya, Tantowi berjanji menolak jika ditempatkan partainya di komisi yang membidangi masalah yang tidak dia kuasai. Caleg yang dipasang dari dapil Sumsel itu berharap ditempatkan di komisi pendidikan, seni, dan budaya. ''Saya ditawari partai ditempatkan di komisi I. Alasannya, saya fasih berbahasa Inggris dan menjabat organisasi persahabatan Amerika-Indonesia selama dua periode. Tapi, saya dengan tegas menolak,'' ungkapnya.
Rieke justru menyayangkan stigma buruk yang masih diberikan masyarakat kepada artis saat maju sebagai caleg. Meski belum menunjukkan perannya, sejumlah selebriti yang sudah menjadi anggota DPR terbukti tidak mempunyai catatan buruk. ''Mengapa masyarakat tidak mempertanyakan mereka yang diduga pernah melanggar HAM dan malah mendirikan partai atau maju sebagai calon presiden?'' ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, dia menuturkan, sebagai anggota dewan, seluruh tingkah laku selama melaksanakan tugas kedewanan akan dipertanggungjawabkan secara pribadi. Karena itu, dia berharap masyarakat tidak menggeneralisasi kelakuan buruk anggota DPR.
''Kalau ditanya soal kasus Agus Tjondro, saya dengan tegas akan menolak berbuat seperti itu, meski yang bersangkutan mengaku menerima suap. Tapi, itu sudah berlangsung lama. Seharusnya Mas Agus menolak (uang gratifikasi) sejak awal,'' katanya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Indonesia Bonie Hargens pesimistis atas harapan perubahan di parlemen. Sebab, berdasar daftar caleg tetap (DCT) yang dikeluarkan KPU, mayoritas orang-orangnya sama. ''Sirkulasi kepemimpinan terseok-seok. Saya sampai bosan melihat DCT,'' ujarnya mengkritik.

Sumber : http://www.kendaripos.co.id


Pramudya Ksatria Budiman Caleg , Selebriti