Nama: Prof. Dr. Boediono
Lahir : Blitar, 25 Februari 1943
Agama: Islam
Pekerjaan:
- Gubernur Bank Indonesia.
- Menteri Koordinator Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu (2005-2009)
- Menteri Keuangan Kabinet Gotong Royong (2001-2004)
- Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999)
- Direktur I Bank Indonesia Urusan Operasi dan Pengendalian Moneter (1997-1998)
- Direktur III Bank Indonesia Urusan Pengawasan BPR (1996-1997)
- Dosen Fakultas Ekonomi UGM
Sosok Boediono yang santer akan digaet SBY sebagai cawapresnya, rupanya menggoyahkan koalisi Cikeas. Hal ini juga merupakan indikator bagaimana politik dimainkan iramanya sebagai sebuah seni berbagai kemungkinan. Masyarakat yang diposisikan laiknya penonton, belakangan tentu makin sulit mencerna jalan cerita lakon para aktor yang tak lain adalah para elit politik. Cukup berbahaya memang, karena akan semakin memperlihatkan borok mereka di tengah-tengah masyarakat. Kendati merupakan hak penuh SBY, penunjukan Boediono, diam-diam menohok elit parpol peserta koalisi. Siang kemarin, empat partai peserta koalisi Cikeas, PKS, PAN, PKB, dan PPP mempertanyakan keputusan sepihak SBY itu. Pertanyaannya adalah apakah alasan paling rasional mengapa pilihan itu jatuh di luar parpol. Setidaknya jawaban SBY bisa menjadi perisai praktis argumentatif bagi elit kepada konstituennya masing-masing.
Tapi begitulah. Kenyataan politik tidak selalu berjalan lurus dan bebas intrik tingkat tinggi. Perubahan dalam hitungan menit pun bukan sesuatu yang langka, sehingga tebakan sangat mungkin meleset meski secara kasat mata sudah dapat dipastikan hasilnya. Selain soal cawapres dari luar partai, tampaknya para aktivis parpol sangat menyayangkan tidak cairnya komunikasi antara SBY dengan parpol koalisi. Sehingga penunjukan Boediono dinilai kurang nyambung.
Dari kasus ini dipetik dua poin penting, pertama ada ego sektoral parpol yang ingin ditegakkan, menjual kadernya sendiri kendati keputusan sepenuhnya ada pada SBY. Kedua, kurang lancarnya komunikasi politik di pihak SBY sebelum penunjukan Boediono mencuat di permukaan. Padahal, sejatinya sebuah kehendak baik (koalisi) harus tuntas pembicaraannya di awal, agar tidak justru menyendat jalannya platform koalisi di masa mendatang.
Kita berharap, intrik elit parpol segera berakhir dan menemukan jalan keluar. Ini penting, sebab tantangan bangsa ke depan jauh lebih berat ketimbang hanya memikirkan bagaimana memenangkan pertarungan menuju RI-1. Jika koalisi harus tercerai-berai, lakukanlah sekarang sebelum semuanya amburadul. Tapi bila memang sudah bulat, maka jalankan sesuai fatsun politik yang ada. Tidak perlu memainkan sandiwara terlalu lama, sebab toh akan menyeruak juga nantinya kebosanan rakyat. Komitmen itu sangat penting dipegang teguh. Sebab dari komitmenlah, seseorang akan dicitrakan baik atau buruk.
Sumber :
http://www.fajar.co.id
http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/b/boediono/index.shtml
Pramudya Ksatria Budiman
Capres
,
Cawapres
,
Politik
,
SBY-Boediono