Isu penculikan anak dengan pengambilan organ tubuh yang beredar via pesan pendek (SMS) dan selebaran, makin meresahkan masyarakat Sul-Sel. Bukan hanya mengganggu ketenangan masyarakat, isu ini juga telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
Fakta itu membuat gerah Kapolda Sulsel, Inspektur Jenderal Polisi Johny Wainal Usman. Kapolda pun langsung membentuk tim khusus yang bertugas menelusuri pelaku penyebar SMS dan selebaran berantai itu..
Untuk menghindari bertambahnya korban salah sasaran, Kapolda meminta masyarakat tidak main hakim sendiri jika menemukan oknum yang dicurigai. Dia juga berharap masyarakat tetap tenang dan tidak mudah terpancing dengan isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Kita minta masyarakat tidak mudah terpancing. Juga jangan main hakim sendiri,” ucap Johny.
Imbauan Kapolda Sulselbar itu memang patut mendapat perhatian seluruh kalangan. Maklum, isu menyesatkan soal penculikan yang khusus mengincar sejumlah organ korbannya, terus merebak ke sejumlah daerah di Sulsel. Bahkan hingga ke pelosok desa.
Anak-anak jadi takut keluar rumah begitu pula orang tua jadi khawatir.
Jika tidak segera dikendalikan, masyarakat akan semakin resah. Polisi pun berjanji secepatnya menangkap pelaku yang menyebar isu ini. Mereka yang terbukti mengirimkan SMS dan menggandakan selebaran akan dikenakan pelanggaran hukum.
Inilah SMS yang meresahkan tersebut yang saya copy dari Fajar Online :
“Sudah satu bulan kabar meresahkan ini beredar di sejumlah daerah di Sulsel, di antaranya Enrekang, Bone, Barru, Soppeng, Makassar dan Gowa. Dalam satu minggu terakhir makin kencang dan telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang tak bersalah.
Lebih lanjut Kapolda Sulselbar Inspektur Jenderal Polisi Johny Wainal Usman Menyatakan bahwa SMS itu merupakan kerjaan orang iseng. Saya minta masyarakat bisa mencerna dengan baik pesan singkat itu dan tidak mudah percaya. Itu pekerjaan orang sakit jiwa. Masyarakat jangan resah dengan isu itu. Kita bukan orang terbelakang. Jangan ladeni yang begituan. Tentunya, kami sebagai aparat kepolisian tidak akan tinggal diam dan akan mengambil tindakan.
Sementara itu, Psikolog Universitas Negeri Makassar (UNM), Widyastuti, S.Psi, M.Psi mengatakan, merebaknya isu penculikan untuk mengambil organ tubuh wajar jika membuat warga resah. Tapi keresahan tak seharusnya membuat warga membabi buta dan main hakim sendiri. Sebab menurut dia, bisa jadi itu tidak benar.
Widya mengatakan harus ada bukti kuat sebelum menuduh orang. Jangan sampai hanya sekadar menuduh hingga orang lain menjadi korban.
“Jadi memang kalau mendengar isu wajar kalau muncul keresahan. Selayaknya warga waspada. Tapi jangan kemudian menjadi membabi buta,” kata Widya.
Bukti sangat penting sebelum ada tindakan. Dan kalau pun ada yang kemudian terbukti, ia berharap warga tak melakukan aksi main hakim sendiri.
“Sebaiknya diserahkan ke yang berwajib. Setelah itu, proses hukumnya dikawal bersama,” harapnya.
Penilaian lain ditegaskan pengamat politik dan kepolisian Unhas, Dr Nurcahaya Tandang. Merebaknya isu penculikan dan pengambilan organ tubuh manusia dianggap sebagai sebuah skenario untuk mengacaukan Sulsel. Isu ini sengaja dirancang sedemikian rupa agar masyarakat menjadi resah dan gampang diadu domba. Akhirnya terjadi teror luar biasa di tengah masyarakat.
Fakta itu membuat gerah Kapolda Sulsel, Inspektur Jenderal Polisi Johny Wainal Usman. Kapolda pun langsung membentuk tim khusus yang bertugas menelusuri pelaku penyebar SMS dan selebaran berantai itu..
Untuk menghindari bertambahnya korban salah sasaran, Kapolda meminta masyarakat tidak main hakim sendiri jika menemukan oknum yang dicurigai. Dia juga berharap masyarakat tetap tenang dan tidak mudah terpancing dengan isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Kita minta masyarakat tidak mudah terpancing. Juga jangan main hakim sendiri,” ucap Johny.
Imbauan Kapolda Sulselbar itu memang patut mendapat perhatian seluruh kalangan. Maklum, isu menyesatkan soal penculikan yang khusus mengincar sejumlah organ korbannya, terus merebak ke sejumlah daerah di Sulsel. Bahkan hingga ke pelosok desa.
Anak-anak jadi takut keluar rumah begitu pula orang tua jadi khawatir.
Jika tidak segera dikendalikan, masyarakat akan semakin resah. Polisi pun berjanji secepatnya menangkap pelaku yang menyebar isu ini. Mereka yang terbukti mengirimkan SMS dan menggandakan selebaran akan dikenakan pelanggaran hukum.
Inilah SMS yang meresahkan tersebut yang saya copy dari Fajar Online :
Buat seluruh warga Indonesia, khususnya Sulsel, ada pesan SMS dari Kapolres Palu. Katanya, ini kejadian nyata dan jangan diremehkan. Ada sekelompok preman yang mencari korban 400 orang. Tua, muda, maupun anak-anak untuk mengambil alat-alat dalam anggota tubuh manusia. Ciri-ciri orang tersebut, memakai mobil Avansa silver dengan nomor polisi DN 1857, motor satria hitam dengan nomor DN 1011, motor revo merah dengan nomor DN 3838, motor mio merah pengendaranya bertato penuh sebadan.
Ciri-ciri yang sangat menonjol adalah tato kawat duri di leher. Di antara keningnya ada bintik tato, bernama Jamal, asal Parigi. Tolong buat pemerintah, khususnya polisi untuk menjaga dan mengamankan masyarakat. Terima kasih.
“Sudah satu bulan kabar meresahkan ini beredar di sejumlah daerah di Sulsel, di antaranya Enrekang, Bone, Barru, Soppeng, Makassar dan Gowa. Dalam satu minggu terakhir makin kencang dan telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang tak bersalah.
Lebih lanjut Kapolda Sulselbar Inspektur Jenderal Polisi Johny Wainal Usman Menyatakan bahwa SMS itu merupakan kerjaan orang iseng. Saya minta masyarakat bisa mencerna dengan baik pesan singkat itu dan tidak mudah percaya. Itu pekerjaan orang sakit jiwa. Masyarakat jangan resah dengan isu itu. Kita bukan orang terbelakang. Jangan ladeni yang begituan. Tentunya, kami sebagai aparat kepolisian tidak akan tinggal diam dan akan mengambil tindakan.
Sementara itu, Psikolog Universitas Negeri Makassar (UNM), Widyastuti, S.Psi, M.Psi mengatakan, merebaknya isu penculikan untuk mengambil organ tubuh wajar jika membuat warga resah. Tapi keresahan tak seharusnya membuat warga membabi buta dan main hakim sendiri. Sebab menurut dia, bisa jadi itu tidak benar.
Widya mengatakan harus ada bukti kuat sebelum menuduh orang. Jangan sampai hanya sekadar menuduh hingga orang lain menjadi korban.
“Jadi memang kalau mendengar isu wajar kalau muncul keresahan. Selayaknya warga waspada. Tapi jangan kemudian menjadi membabi buta,” kata Widya.
Bukti sangat penting sebelum ada tindakan. Dan kalau pun ada yang kemudian terbukti, ia berharap warga tak melakukan aksi main hakim sendiri.
“Sebaiknya diserahkan ke yang berwajib. Setelah itu, proses hukumnya dikawal bersama,” harapnya.
Penilaian lain ditegaskan pengamat politik dan kepolisian Unhas, Dr Nurcahaya Tandang. Merebaknya isu penculikan dan pengambilan organ tubuh manusia dianggap sebagai sebuah skenario untuk mengacaukan Sulsel. Isu ini sengaja dirancang sedemikian rupa agar masyarakat menjadi resah dan gampang diadu domba. Akhirnya terjadi teror luar biasa di tengah masyarakat.
Pramudya Ksatria Budiman
Isu Penculikan