Sampai Ujung Dunia sebuah Film produksi Nasi Putih Pictures (NPP) itu, memercayakan Monty Tiwa sebagai sutradaranya.Sebagaimana dikatakan Tino Kawilarang selaku eksekutif produser dalam syukuran film itu di kantor NPP di kawasan Bekasi, Jakarta, beberapa waktu yang lalu, Sampai Ujung Dunia bertulang cerita komedi drama romantis. "Dengan kandungan misi mengenalkan kepada penonton tentang keunggulan pendidikan Indonesia di dunia penerbangan," katanya.
Dengan demikian, film yang dibuat untuk menyasar semua lapisan penonton itu, tidak semata bernarasi tentang kisah cinta. Tino dan Monty Tiwa sekaligus mendapat bagian menulis cerita. Sedangkan sejumlah pemain utamanya adalah, Gading Marten, Dwi Sasono dan Renata Kusmanto.
Sampai Ujung Dunia adalah produksi perdana NPP, dengan bantuan kerjasama IMF Moviesta Pictures, yang tercatat pernah melahirkan sejumlah film pop seperti XL, Laskar Pemimpi, dan Get Married 3.
Masih menurut Tino, film perdananya itu akan diproduksi dengan tingkat kecermatan yang tinggi. Dengan mengutamakan kualitas cerita dan produksi. Dengan menggunakan camera red, dan dukungan tata suara dolby digital surround 5.1, sehingga menghasilkan output teknis yang baik.
Sedangkan sejumlah lokasi syutingnya telah ditetapkan sebagai latar cerita. Dari Jakarta, Bogor, Tangerang hingga Amsterdam, Belanda. Sementara mengenai cerita besar film Sampai Ujung Dunia, Tino enggan mengungkapkannya. Yang pasti, katanya, menarasikan kisah persahabatan tiga anak manusia dari kecil hingga dewasa. "Persahabatan yang menjaga cita-cita menjadi manusia berguna," ujarnya.
Dwi Sasono mengaku senang dilibatkan dalam film ini. Bukan semata dapat kembali bekerja sama dengan Monty Tiwa yang telah lama dikenalnya, sejak menjadi penulis skenario film Mendadak Dangdut yang disutradarai Rudi Sudjarwo, di mana dia menjadi aktor utamanya. "Jadi, kayak ketemu temen lama aja," katanya.
Sinopsis Film Sampai Ujung DuniaGilang (Gading Marten), Daud (Dwi Sasono) dan Anissa (Renata Kusmanto) sudah bersahabat sejak kecil. Mereka bertiga datang dari latar belakang yang berbeda. Satu cinta-cita Anissa yang dijanjikan untuk dipenuhi oleh kedua 'kakak' nya adalah, ingin berkeliling dunia.
Waktu berlalu dan mereka beranjak remaja. Daud dan Gilang pun mulai menyadari bahwa perasaan sayang mereka kepada Anissa telah berubah menjadi cinta yang mendalam. Keduanya menyatakan cinta kepada sang gadis di saat yang hampir bersamaan. Anissa pun bingung, dia sama-sama mencintai kedua sahabatnya dan tidak mau pertemanan mereka retak. Akhirnya Anissa pun mempunyai ide untuk 'menyelamatkan' persahabatan itu. Anissa mengajukan syarat, barangsiapa yang bisa pertama kali mengajaknya berkeliling dunia, akan diterima sebagai kekasihnya.
Ini menjadi motivasi untuk Gilang dan Daud. Selepas SLTA keduanya pun berpisah. Gilang melanjutkan sekolah di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia-Curug, sedangkan Daud diterima di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran di Merunda. Diam-diam mereka tetap berharap dengan profesinya nanti dapat mewujudkan keinginan Anissa.
Sampai akhirnya Anissa harus menyampaikan sebuah rahasia kepada keduanya. Bahwa rupanya, cita-cita Anissa mungkin tidak akan bisa tercapai bila tidak dilaksanakan secepatnya. Karna si gadis baru divonis memiliki penyakit kelainan jantung yang dapat berakibat fatal.
Bagaimana Gilang dan Daud menyikapi 'deadline' yang diberikan Anissa? Siapakah yang akan berhasil membahagiakan si gadis di masa-masa akhir hidupnya?
