Sebelum peluncuran secara resmi, Budayawan Ahmad Tohari memberikan apresiasi kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) atas izin terhadap film "Sang Penari" yang diangkat dari novelnya yang berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk".
"Filmnya lumayan bagus, penting bagi generasi muda untuk menonton film ini. Ini promosi ya," kata Ahmad Tohari di sela-sela acara "Gendu-Gendu Rasa: Nguri-uri Budaya Banyumasan" yang diselenggarakan Pusat Penelitian Budaya Daerah dan Pariwisata Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, di Gedung LPPM Unsoed Purwokerto, Senin.
Menurut dia, hal ini disebabkan karena dalam film "Sang Penari" terdapat adegan dramatisasi politik, berupa adegan penembakan orang-orang yang dianggap terlibat Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).
Padahal, kata dia, adegan tersebut tidak ada di dalam novel karyanya yang berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk".
"Ini merupakan keberanian dari sutradara untuk menampilkan adegan tersebut. Juga satu hal lagi, kok tentara (TNI) mengizinkan film ini beredar, jadi kemajuan pula yang dilakukan tentara karena membiarkan film ini lolos ke masyarakat," kata dia yang akrab dipanggil dengan sebutan "Kang Tohari".
Oleh karena itu, dia mengaku berterima kasih kepada sutradara yang berani mengungkap adegan pembunuhan terhadap orang yang dianggap anggota PKI, serta kepada TNI yang membiarkan film ini lolos.
"Itu merupakan perubahan yang luar biasa. Dan saya membiarkan sutradara untuk menafsirkan novel saya untuk dijadikan film karena yang akan difilmkan adalah tafsir sutradara, bukan teks saya," kata dia menegaskan.
Disinggung mengenai inspirasi pascapeluncuran film "Sang Penari", dia mengaku ingin melaksanakan anjuran almarhum HB Jassin yang sengaja menemuinya pada tahun 1987 untuk memintanya melanjutkan novel "Ronggeng Dukuh Paruk" ini.
Dalam hal ini, kata dia, almarhum HB Jassin meminta novel tersebut dilanjutkan dengan menyoroti kehidupan Goder (sosok anak kecil dalam novel tersebut, yang masih memiliki jiwa lurus di tengah kehidupan Dukuh Paruk yang penuh kemaksiatan, red.).
"Itu anjuran Pak HB Jassin yang selama ini saya diamkan. Nah, akhir-akhir ini saya tergoda untuk merenungkan kembali anjuran Pak HB Jassin. Siapa tahu sekarang ini saya akan menulis, tapi saya tak berjanji ya," katanya.
Film produksi Salto Film Company ini menyuguhkan sajian berbeda dalam dunia perfilman Indonesia. Bintang papan atas seperti Slamet Rahardjo, Landung Simatupang, Dewi Irawan, Tio Pakusadewo, Lukman Sardi, Happy Salma, dan Teuku Rifnu Wikana ikut memperkuat film ini dengan akting mereka.
Seperti diketahui, film "Sang Penari" yang tayang perdana di bioskop mulai 10 November 2011 ini diangkat dari novel karya Ahmad Tohari yang berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk"
Sinopsis Film Sang Penari
Sebuah cerita cinta yang terjadi di sebuah desa miskin Indonesia pada pertengahan 1960-an. Rasus (Nyoman Oka Antara), seorang tentara muda menyusuri kampung halamannya, mencari cintanya yang hilang, Srintil (Prisia Nasution).
Cerita berawal ketika keduanya masih sangat muda dan saling jatuh cinta di kampung mereka yang kecil dan miskin, Dukuh Paruk. Tapi kemampuan menari Srintil yang magis menghalangi cinta mereka, karena hal itu membuat para tetua dukuh percaya bahwa Srintil adalah titisan ronggeng. Dan saat Srintil menyiapkan diri untuk tugasnya, ia menyadari bahwa menjadi seorang ronggeng tidak hanya berarti menjadi pilihan dukuhnya di pentas-pentas tari. Srintil akan menjadi milik semua warga Dukuh Paruk. Hal ini menempatkan Rasus pada sebuah dilema. Ia merasa cintanya telah dirampas. Dalam keputusasaan, Rasus meninggalkan dukuhnya untuk menjadi anggota tentara.
Lalu jaman bergerak, di mana Rasus harus memilih: loyalitas kepada negara, atau cintanya kepada Srintil. Dan ketika Rasus berada dalam dilema, ia sudah kehilangan jejak kekasihnya. Pencariannya tidak mudah dan baru membuahkan hasil setelah 10 tahun kemudian, nasib mempertemukan Rasus dengan Srintil.
Trailer Film Sang Penari
Pramudya Ksatria Budiman
Info Film Terbaru
,
Movie Trailer
,
Sang Penari