Bukan Pakar SEO Ganteng

Showing posts with label Widodo Cahyo Putra. Show all posts
Showing posts with label Widodo Cahyo Putra. Show all posts

Widodo Cahyo Putra, Punggawa Peraih Emas 1991



ForzaPersija Jalan Tuhan selalu ada dimana-mana. Begitu pun dengan jalan Tuhan yang diberikan kepada Widodo Cahyo Putra, mantan bintang Timnas Merah-Putih dan Persija. Berikut ini merupakan profil Widodo Cahyo Putra seperti yang dikutip dari Tabloid Bola edisi 2.290 Sabtu-Minggu, 24-25 Desember 2011 halaman 27.




Begitu unik ketika mendengar cerita Widodo mendulang sukses di kancah sepak bola nasional. Siapa mengira bahwa cederanya Warta Kusuma, seorang pemain timnas yang kala itu membela klub Galatama Warna Agung, justru menjadi pembuka karier bagi Widodo.

Pada 1988, Warta yang mengalami cidera diberi rekomendasi oleh Pelatih Warna Agung, Endang Witarsa untuk menjalani terapi di Tasikmalaya, Jabar. Kebetulan saat itu disana terdapat terapis yang cukup populer di kalangan pelatih dan pemain Jabar. Di Tasik, Warta dititipkan kepada Oteng, seorang pengusaha yang masih punya hubungan dengan Endang.

Oteng yang merupakan warga keturunan Tionghoa itu ternyata juga pecandu sepak bola. Bahkan Oteng mmepunyai dua klub yang sedang mengikuti turnamen di kota itu. Satu klub milik Oteng telah tersingkir, sementara satu klub lagi masih berpeluang menembus babak final. Klub yang masih berpeluang inilah yang bermaterikan Widodo.

Kesempatan emas pun datang, dalam sebuah partai final turnamen antar kampung itu, Oteng, Warta dan Endang hadir.

"Saat itu saya bermain dengan tiga kakak kandung saya, yakni Immanuel Dwi Prio sebagai striker, Yoga Budi Pramono sebagai gelandang sayap, Karyono sebagai gelandang, serta saya sendiri bermain sebagai striker. Kami menang di final. Rasanya momen itu tak akan terlupakan, sebab saya bermain bersama tiga saudara kandung saya. Rasanya seperti sebuah kemenangan keluarga." kata Widodo sambi tersenyum.

Dewi fortuna ternyata tak hanya sampai disitu mengikuti Widodo. Endang juga begitu tertarik dengan penampilan Widodo.

Sebuah skill individu alami yang dimiliki Widodo membuang Endang mempunyai niat untuk memboyongnya ke klub Warna Agung yang bermarkas di Jakarta. Namun tawaran itu tidak lantas diterima Widodo. Sebuah pemikiran matang membuat Widodo tidak begitu saja tergiur dengan gemerlapnya klub besar di Jakarta.

"Saat itu bagi pemain kampung seperti saya tentu saja mempunyai mimpi besar bermain di klub sebesar Warna Agung yang bermarkas di Jakarta. Tapi saya berpikir, bahwa menyelesaikan sekolah dahulu itu lebih bijaksana. Apalagi saat itu saya sudah duduk di kelas tiga SMA. Tanggung rasanya jika harus ditinggalkan." ucap Widodo.

Pertengahan 1989, ketika Widodo telah resmi menamatkan sekolahnya, Widodo pun resmi memenuhi janjinya datang untuk bermain di Warna Agung.

Namun Widodo sadar, bahwa dari ibu kota ini semua kesempatan dan mimpinya sebagai pemain nasional bisa diraihnya. Proses dilalui dengan sabar dan telaten. Tidak mudah puas menjadi salah satu faktor yang membuat Widodo berkembang. Selain menyerap ilmu dari pelatih, Widodo juga belajar dari pemain-pemain lain yang lebih senior. Bahkan Widodo bekerja keras dengan menambah porsi latihan sendiri.

Usaha positif akan selalu membawa manfaat. Sebuah momen yang begitu penting dia dapatkan. Setahun bermain di level kompetisi profesional, nama Widodo langsung tercatat di sebagai salah satu pemain timnas junior yang ketika itu disiapkan mengikuti ajang Pra-Olimpiade.

Bahkan setahun kemudian pemain asal Majenang, Cilacap, Jateng itu sukses menembus skuad timnas senior dan mempersembahkan medali emas bagi Merah-Putih di ajang SEA Games 1991.

"Saya juga mencetak tiga gol di event ini dan kami mendapatkan emas. Inilah momen terpenting saya sebagai pemain timnas." kenang suami Adna Rohanny ini.

Widodo lantas hijrah ke klub Petrokimia Gresik yang kala itu ditangani oleh pelatih kawakan Andi Teguh. Disnilah Widodo semakin mendapatkan tempat di hati pecinta sepak bola nasional, khususnya masyrakat Gresik.

Polesan yang diberikan Andi semakin menyempurnakan kemampuan Widodo, terlebih ketika dipadukan pemain asal Brazil Jacksen Tiago serta Carlos De Melo. "Widodo adalah talenta terbaik yang pernah dimiliki Indonesia dan saya beruntung pernah bermain bersamanya." komentar Jacksen yang kini fokus melatih Persipura.

Gresik memang punya tempat tersendiri bagi Widodo. Baginya Gresik tak hanya kota yang telah membesarkan karirnya sebagai pemain. Namun dari Gresik, Widodo juga memulai peruntungannya sebagai pelatih. Seusai pensiun bermain, Widodo lantas menjajal berkarier sebagai pelatih.

Mendirikan Akademi Sepak Bola

Totalitas Widodo si sepak bola ternyata tak hanya terhenti ketika dirinya memutuskan gantung sepatu. Namun, sebuah mimpi besar sedang dibidikannya seusai pensiun sebagai pemain. Ya, Widodo ingin sekali menularkan ilmu yang telah didapatkannya kepada banyak pemain muda.

Jika kebanyakan para mantan pemain memilih berbisnis, Widodo memilih mendirikan Akademi Sepak Bola Wahan Cipta Pesepakbola (WCP) yang berkantor di Jl. Jawa 18 Komplek GKB Gresik.

Pilih membaktikan diri untuk sepak bola Indonesia

"Mulanya saya memang punya beberapa rencana untuk mencoba usaha yang murni berorientasi bisnis. Tapi setelah saya pertimbangkan dan berkonsultasi dengan istri, akhirnya saya mantap mendirikan akademi. Kebetulan ada beberapa teman seperti Sulkan, Sashi Kirono serta Nugroho juga mempunyai pandangan sama serta mendukung penuh rencana ini." ucap pria pengagum Juergen Klinsmann ini.

Widodo memang sadar bahwa usahanya membuat akademi masih jauh dari harapan jika dilihat dari sudut pandang bisnis. Namun hati kecil pemain yang terkenal dengan gol saltonya ke gawang Kuwait di Piala Asia 1996 itu tetap optimis dengan pilihannya.

Gol Spektakuler Widodo Cahyo Putra
"Saya tahu ini akan sulit mendapatkan untung secara hitungan bisnis. Tapi saya tidak bisa mengingkari hati nurani. Ada kepuasan tersendiri ketika saya berada di tengah pemain muda." jelasnya.

Apalagi sekarang banyak orang tua yang ingin memasukan anaknya ke akademi sepak bola. Plus, ilmu sepak bola yang semakin berkembang harus disalurkan.

Belum setahun memang akademi WCP ini berdiri namun sebuah pencapaian yang menggembirakan telah diraihnya. Setidaknya empat pemain pilar kesebelasan SMPN 3 Gresik yang tahun ini menjuarai Liga Pendidikan Indonesia adalah hasil binaan akademi WCP. Termasuk striker Dimas Malik yang punya kans besar sebagai pemain muda Indonesia yang dikirim berlatih di Spanyol.

Sorot Skill Individu

Widodo punya pengamatan tersendiri mengenai perkembangan sepak bola nasional. Ia membandingkan antara generasi sebelumnya dengan generasi sekarang. Menurutnya, perbedaan terlihat dari sudut pandang skiill individu pemain.

Menurutnya, generasi dulu adalah generasi pemuja teknik individu. Tak heran jika di masa tersebut prestasi timnas Merah-Putih cukup moncer.

Analisis Widodo bisa jadi benar, sebab menurut pengakuan, M. Basri, mantan pemain nasional yang kini melatih Persiba Bantul, pernah mengatakan bahwa jika timnas Merah-Putih bertandang ke Tokyo melawan Timnas Jepang, itu ibarat berwisata, sebab Merah-Putih pasti menang.

Mempertanyakan keahlian pemain generasi saat ini.
Kondisi telah terbalik. Jangankan untuk mengalahkan Timnas Jepang, merebut kampiun di Asia Tenggara saja timnas kesulitan. Menurut Widodo, hal ini disebabkan mulai merosotanya kualitas skill individu pemain. Padahal skill individu pemain adalah modal utama untuk menciptkan team work yang bagus dalam sebuah tim.

"Bagaimana permainan tim bisa bagus jika skill individu pemainnya tidak bagus? Akibatnya banyak terjadi kesalahan dalam permainan. Kita lihat Barca bisa menerapkan permainan dengan baik juga dengan dukungan skill individu yang mumpuni, setelah itu disempurnakan dengan fisik dan mentalnya." jelasnya.

Akan tetapi, penilaian Widodo tersebut bukanlah sebuah pesimistis. Dirinya menilai generasi mendatang justru bisa menjadi generasi emas dan mungkin akan bisa mencapai lebih jauh dari pendahulunya. Dukungan teknologi di era terkini memungkinkan pemain untuk mengembangkan skill individu.

"Sekarang begitu mudah kita mendapatkan informasi dari televisi maupun internet. Tak hanya yang  berbentuk turtotial dasar-dasar sepak bola, namun kita juga bisa dengan mudah melihat suara televisi maupun cuplikan-cuplikan video berkualitas di Youtube yang bisa dijadikan inspirasi bagi pemain untuk mengembangkan keterampilan mereka." ungkapnya.


Pramudya Ksatria Budiman Legenda Persija , Widodo Cahyo Putra