Adakah yang lebih bening dari suara hati, Kala ia menegur kita tanpa suara. Adakah yang lebih jujur dari nurani, Saat ia menyadarkan kita tanpa kata-kata. Adakah yang lebih tajam dari mata hati, Ketika ia menghentak kita dari beragam kesalahan. Saat yang paling indah dari seluruh putaran kehidupan ini adalah saat kita mampu secara jujur dan tulus mendengar suara hati.
Bisikannya lembut, mengusap, kerap muncul bila kita menghadapi suatu hal. Kadang mendorong-dorong, atau seperti mengetuk, terkadang seperti desir angin dan teramat polos. Dalam QS An-Najm (52:11) disebutkan bahwa hati tidak akan mendustakan apa yang dilihatnya.
Beberapa hal sederhana bisa kita rasakan suara hati. Ketika hari libur nyepi kemarin saat masih nyaman di depan TV sambil menikmari secangkir kopi panas, terdengar pengumuman untuk kerja bakti membersihkan lingkungan.
Seketika terdengar bisikan lembut untuk terlibat dalam kegiatan tersebut. Ada perasaan gembira terbersit akan lingkungan sekeliling akan bersih. Namun ada sedikit perasaan dongkol lantaran waktu bersantai harus terganggu. Semoga hanya saya yang terkadang merasakan hal seperti ini.
Ketika pulang ke rumah. Sebuah undangan pernikahan dari seseorang tergeletak di meja tamu. Keika mengamati undangan tersebut, baik yang menikah maupun yang mengundang tidak ada yang saya kenal. Tapi nama saya tertulis demikian lengkap, benar, berikut gelarnya.
Terbersit perasaan gembira terhadap undangan tersebut lantaran , saya diingat dan dihargai. Muncul bisikan lembut untuk menyiapkan waktu menghadiri undangan tersebut. Namun seketika muncul perasaan lain merasa kesal lantaran undangan tersebut akan menyita waktu saya.
Ketika suatu waktu saya tengah berkendara. Udara cukup panas dan lalulintas sangat padat karena kebetulan jam pulang kantor. Tiba-tiba sebuah motor kehilangan keseimbangan kemudian masuk ke selokan. Bersusah payah pengendara itu menarik motornya agar naik ke pinggir jalan.
Ada bisikan untuk turut membantu? Ada elusan lembut yang berharap agar pengendara itu tidak mengalami luka sedikit pun dan semoga selamat sampai ke tujuan? Namun seketika kembali muncul anggapan bahwa pengendara itu tidak berhati-hati dan kalau menolongnya justru akan menghambat perjalanan saya.
Suatu ketika saya sedang makan siang di sebuah warung. Nasi hangat, ikan goreng dan sambal tomat sangat mengundang selera saya. Di dekat saya seekor kucing sejak tadi mengendus ikan goreng yang saya makan dengan penuh nafsu. Lehernya naik turun. Bibirnya menjilat-jilat. Kucing itu berputar-putar di kaki saya.
Ada dorongan untuk ikut berbagi? Namun muncul perasaan untuk menghalau kucing itu dengan kaki lantaran saya merasa terganggu?
Beberapa kejadian di atas menunjukkan bagaimana suara hati kita melintas teramat lembut. Terkadang kita peduli, mengikutinya, tapi tak jarang kita mengabaikan dan membiarkan berlalu. Bisikan hati antara yang negatif dan positif teramat dekat batasnya. Tarik-menarik untuk saling menguasai.
Kita tidak pernah tahu dari mana bisikan itu muncul. Tidak pernah pula kita tahu bagaimana wujudnya. Sebuah hadis menyebutkan, di dalam jasad manusia ada segumpal daging. Apabila ia baik, baik pula seluruh jasadnya. Apabila ia rusak, rusak pula seluruh jasadnya. Segumpal daging itu adalah hati.
Bisikannya lembut, mengusap, kerap muncul bila kita menghadapi suatu hal. Kadang mendorong-dorong, atau seperti mengetuk, terkadang seperti desir angin dan teramat polos. Dalam QS An-Najm (52:11) disebutkan bahwa hati tidak akan mendustakan apa yang dilihatnya.
Beberapa hal sederhana bisa kita rasakan suara hati. Ketika hari libur nyepi kemarin saat masih nyaman di depan TV sambil menikmari secangkir kopi panas, terdengar pengumuman untuk kerja bakti membersihkan lingkungan.
Seketika terdengar bisikan lembut untuk terlibat dalam kegiatan tersebut. Ada perasaan gembira terbersit akan lingkungan sekeliling akan bersih. Namun ada sedikit perasaan dongkol lantaran waktu bersantai harus terganggu. Semoga hanya saya yang terkadang merasakan hal seperti ini.
Ketika pulang ke rumah. Sebuah undangan pernikahan dari seseorang tergeletak di meja tamu. Keika mengamati undangan tersebut, baik yang menikah maupun yang mengundang tidak ada yang saya kenal. Tapi nama saya tertulis demikian lengkap, benar, berikut gelarnya.
Terbersit perasaan gembira terhadap undangan tersebut lantaran , saya diingat dan dihargai. Muncul bisikan lembut untuk menyiapkan waktu menghadiri undangan tersebut. Namun seketika muncul perasaan lain merasa kesal lantaran undangan tersebut akan menyita waktu saya.
Ketika suatu waktu saya tengah berkendara. Udara cukup panas dan lalulintas sangat padat karena kebetulan jam pulang kantor. Tiba-tiba sebuah motor kehilangan keseimbangan kemudian masuk ke selokan. Bersusah payah pengendara itu menarik motornya agar naik ke pinggir jalan.
Ada bisikan untuk turut membantu? Ada elusan lembut yang berharap agar pengendara itu tidak mengalami luka sedikit pun dan semoga selamat sampai ke tujuan? Namun seketika kembali muncul anggapan bahwa pengendara itu tidak berhati-hati dan kalau menolongnya justru akan menghambat perjalanan saya.
Suatu ketika saya sedang makan siang di sebuah warung. Nasi hangat, ikan goreng dan sambal tomat sangat mengundang selera saya. Di dekat saya seekor kucing sejak tadi mengendus ikan goreng yang saya makan dengan penuh nafsu. Lehernya naik turun. Bibirnya menjilat-jilat. Kucing itu berputar-putar di kaki saya.
Ada dorongan untuk ikut berbagi? Namun muncul perasaan untuk menghalau kucing itu dengan kaki lantaran saya merasa terganggu?
Beberapa kejadian di atas menunjukkan bagaimana suara hati kita melintas teramat lembut. Terkadang kita peduli, mengikutinya, tapi tak jarang kita mengabaikan dan membiarkan berlalu. Bisikan hati antara yang negatif dan positif teramat dekat batasnya. Tarik-menarik untuk saling menguasai.
Kita tidak pernah tahu dari mana bisikan itu muncul. Tidak pernah pula kita tahu bagaimana wujudnya. Sebuah hadis menyebutkan, di dalam jasad manusia ada segumpal daging. Apabila ia baik, baik pula seluruh jasadnya. Apabila ia rusak, rusak pula seluruh jasadnya. Segumpal daging itu adalah hati.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori
My Journey
/
Opini
dengan judul
KETIKA HATI BERBISIK
. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL
https://sisatruk.blogspot.com/2010/03/ketika-hati-berbisik.html
.
Artikel Terkait My Journey , Opini
Ditulis oleh:
Pramudya Ksatria Budiman
-
Rating : 4.5
Belum ada komentar untuk " KETIKA HATI BERBISIK "
Post a Comment
Beri komentar anda.