Rabu, 28/11/2012 13:34 WIB
Jakarta - BJ Habibie melepas Timor Timur (Timtim, sekarang berubah menjadi Timor Leste) dari Indonesia saat menjabat Presiden RI ke-3. Langkah Habibie tersebut dinilai tepat.
"Saya pikir Indonesia telah melakukan keputusan yang tepat saat itu. Saya pikir dalam melihat masalah Timor Timur saat itu lihatlah masa lampau, lihat sekarang dan lihatlah masa depan," ujar Prof Dr Bridget Welsh, Associated Professor Singapore Management University, dalam bahasa Inggris.
Welsh merupakan salah satu penulis buku bertajuk 'Demokrasi Take Off?: The BJ Habibie Period'. Dia mengatakan hal itu dalam bedah buku di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta, Rabu (28/11/2012).
Acara tersebut dihadiri BJ Habibie yang mengenakan kemeja kotak-kotak warna kuning, putih dan hitam serta peci hitam. Hadir juga mantan Wakil PM Malaysia Anwar Ibrahim, peneliti senior CSIS J Kristiadi, Dewan Pakar Habibie Center Umar Juworo, Ketua Institute For Democracy and Human Right The Habibie Center Dewi Fortuna Anwar.
Welsh sempat bertanya pada Habibie alasan pelepasan Timor Timur.
"Saya tanya Habibie mengapa melepaskan Timor Timur apakah itu satu kesalahan. Dia menjawab bahwa persoalan ini pasti akan menimbulkan risiko yang signifikan. Maka ini membutuhkan suatu keputusan yang independen. Dalam buku ini hal tersebut akan diulas," kata dia.
Setelah melepaskan diri dari Indonesia, lanjut Welsh, demokrasi di Timor Timur berkembang. Bahkan representasi perempuan di sana melebihi Indonesia.
"Meskipun ekonomi di sana sedang berjuang untuk tumbuh," tutur Welsh.
Menurut Welsh, buku tentang pelepasan Timor Timur itu mengingatkan kita bahwa masih banyak negara lain yang sedang membangun demokrasi. Dia pun mencontohkan Myanmar.
"Minggu lalu saya ke Myanmar. Di sana mereka masih menghadapi isu desentralisasi, keterbukaan pers dan demokrasi," ucap Welsh.
(nik/nrl)
Belum ada komentar untuk " Profesor Singapura: Keputusan Habibie Lepas Timtim Tepat "
Post a Comment
Beri komentar anda.