Saya pernah membaca joke ini sebelumnya, namun kebetulan hari ini saya membaca kisahnya kembali dalam sebuah Harian Lokal. Makanya saya tulis ulang untuk jadi bahan perenungan kita bersama.
Ini sebuah joke olok-olok lagi untuk negeri kita. Dikisahkan di sebuah negara asing ada pertandingan menembak jitu. Pesertanya dari banyak negara, tidak ketinggalan dari Indonesia. Kalau urusan bermancanegara, kita memang tidak mau ketinggalan.
Itu sebabnya, pejabat kita suka sekali bikin acara studi banding ini dan itu. Persoalan ada manfaatnya atau tidak, ya urusan belakang. Mungkin suatu waktu ada studi banding lagi, khusus belajar pada satu negara, bagaimana memanfaatkan hasil studi banding he… he….
Kembali ke pertandingan menembak tadi, giliran pertama tampil penembak dari Inggris. Seseorang mengepit balon di ketiaknya. Dengan mata tertutup penembak dari Inggris membidik balon dan dor. Balon meledak karena pelor tepat mengenai sasaran. Penembak Inggris naik ke panggung diiringi tepuk tangan penonton. Dia memberi hormat sembari dengan bangga berkata; I am Robinhood.
Giliran berikut penembak dari Amerika. Dengan kehebatan yang sama dia menyelesaikan tembakannya dengan baik. Balon pecah diterjang peluru dan orang yang mengepit balon selamat. Juga diiringi tepuk tangan riuh rendah penembak Amerika naik panggung dan dengan lantang berkata; I am Rambo.
Lalu tiba giliran penembak Indonesia. Tampilannya juga kelihatannya meyakinkan. Matanya menyorot tajam. Dengan sigap ia juga menembakkan pistol, dor. Balon terbang ke udara tidak pecah, tapi yang tembus jidat orang yang mengepit balon. Penembak Indonesia dengan tenang naik ke panggung.
Tidak ada tepuk tangan, tapi kegaduhan orang menyaksikan insiden itu. Tapi dengan percaya diri penembak Indonesia tetap menuju mikrofon lalu berujar mantap; I am sorry.
Ini joke sebenarnya sebuah olok-olok untuk negeri atau bangsa kita. Entah siapa yang mengarang ceritanya. Yang jelas, pernah dilontarkan di televisi oleh almarhum Gus Dur. Beliau memang jagonya joke.
Banyak interpretasi yang bisa diberikan terhadap joke tadi. Salah-satunya itulah gambaran kondisi kita ikut dalam percaturan dunia global saat ini. Kita dengan percaya diri alias PD ikut percaturan dunia global, tapi kita tidak punya persiapan yang bisa diandalkan untuk bersaing.
Akhirnya kita kedodoran di mana-mana. Bahkan dalam bidang kita pernah punya reputasi dunia di masa lalu, sekarang kita sudah tersisih. Contohnya bulu tangkis.
Tapi joke semacam itu, walaupun bernada olok-olok, seharusnya melecut kita untuk bangkit memperkuat diri membangun prestasi. Sudah masanya kita meninggalkan mental asal ada, asal jadi, yang penting bisa ikut, yang penting bisa ke luar negeri dan berbagai prinsip asal-asalan.
Kita harus mampu membangun rasa percaya diri yang beralasan. Kita harus memiliki keyakinan yang beralasan baru ikut bertarung. Jangan sampai dalam persaingan global kita terus-terusan hanya bisa bilang; I am sorry.
Itu sebabnya, pejabat kita suka sekali bikin acara studi banding ini dan itu. Persoalan ada manfaatnya atau tidak, ya urusan belakang. Mungkin suatu waktu ada studi banding lagi, khusus belajar pada satu negara, bagaimana memanfaatkan hasil studi banding he… he….
Kembali ke pertandingan menembak tadi, giliran pertama tampil penembak dari Inggris. Seseorang mengepit balon di ketiaknya. Dengan mata tertutup penembak dari Inggris membidik balon dan dor. Balon meledak karena pelor tepat mengenai sasaran. Penembak Inggris naik ke panggung diiringi tepuk tangan penonton. Dia memberi hormat sembari dengan bangga berkata; I am Robinhood.
Giliran berikut penembak dari Amerika. Dengan kehebatan yang sama dia menyelesaikan tembakannya dengan baik. Balon pecah diterjang peluru dan orang yang mengepit balon selamat. Juga diiringi tepuk tangan riuh rendah penembak Amerika naik panggung dan dengan lantang berkata; I am Rambo.
Lalu tiba giliran penembak Indonesia. Tampilannya juga kelihatannya meyakinkan. Matanya menyorot tajam. Dengan sigap ia juga menembakkan pistol, dor. Balon terbang ke udara tidak pecah, tapi yang tembus jidat orang yang mengepit balon. Penembak Indonesia dengan tenang naik ke panggung.
Tidak ada tepuk tangan, tapi kegaduhan orang menyaksikan insiden itu. Tapi dengan percaya diri penembak Indonesia tetap menuju mikrofon lalu berujar mantap; I am sorry.
Ini joke sebenarnya sebuah olok-olok untuk negeri atau bangsa kita. Entah siapa yang mengarang ceritanya. Yang jelas, pernah dilontarkan di televisi oleh almarhum Gus Dur. Beliau memang jagonya joke.
Banyak interpretasi yang bisa diberikan terhadap joke tadi. Salah-satunya itulah gambaran kondisi kita ikut dalam percaturan dunia global saat ini. Kita dengan percaya diri alias PD ikut percaturan dunia global, tapi kita tidak punya persiapan yang bisa diandalkan untuk bersaing.
Akhirnya kita kedodoran di mana-mana. Bahkan dalam bidang kita pernah punya reputasi dunia di masa lalu, sekarang kita sudah tersisih. Contohnya bulu tangkis.
Tapi joke semacam itu, walaupun bernada olok-olok, seharusnya melecut kita untuk bangkit memperkuat diri membangun prestasi. Sudah masanya kita meninggalkan mental asal ada, asal jadi, yang penting bisa ikut, yang penting bisa ke luar negeri dan berbagai prinsip asal-asalan.
Kita harus mampu membangun rasa percaya diri yang beralasan. Kita harus memiliki keyakinan yang beralasan baru ikut bertarung. Jangan sampai dalam persaingan global kita terus-terusan hanya bisa bilang; I am sorry.
Pramudya Ksatria Budiman
Intermezzo
,
Jokes