Siapakah sebenarnya orang kaya menurut Anda?
Banyak orang mendefinisikan kaya dan miskin semata-mata dari dimensi fisik. Dari sudut pandang ini maka kekayaan diukur dari banyaknya harta fisik yang dimiliki seseorang. Padahal sesungguhnya harta yang kita miliki itu berada di luar diri kita, dan karena itu suatu ketika mereka pun akan berpisah dari kita.
Ketika meninggal dunia kita meninggalkan semua harta kita, bahkan yang belum sempat kita nikmati. Pada saat itu kita akan sampai pada kesadaran bahwa di dunia ini tidak pernah ada yang disebut hak milik, semuanya hanyalah hak pakai.
Berikut sebuah kisah yang saya terima melalui email dari Sahabat :
Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin.
Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya.'Bagaimana perjalanan kali ini?'
'Wah, sangat luar biasa Ayah.' sahut anaknya.
'Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin.' kata ayahnya.
'Oh iya.' kata anaknya.
'Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?' tanya ayahnya.
Kemudian si anak menjawab, 'Saya saksikan bahwa kita hanya punya satu anjing, mereka punya empat.
Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ke tengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya.
Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari.
Kita memiliki patio sampai ke halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh. Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita.
Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya. Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri. Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi.'
Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara. Kemudian sang anak menambahkan, 'Terima kasih Ayah, telah menunjukkan kepada saya betapa miskinnya kita.'
Kadang-kadang kita sering melupakan apa yang telah kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya. Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain. Semua ini tergantung dari cara pandang seseorang.
Mungkin akan lebih baik jika kita bersyukur kepada Allah sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta apa yang belum kita miliki. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang bersyukur. Aamiin
Selamat berlibur.........
Banyak orang mendefinisikan kaya dan miskin semata-mata dari dimensi fisik. Dari sudut pandang ini maka kekayaan diukur dari banyaknya harta fisik yang dimiliki seseorang. Padahal sesungguhnya harta yang kita miliki itu berada di luar diri kita, dan karena itu suatu ketika mereka pun akan berpisah dari kita.
Ketika meninggal dunia kita meninggalkan semua harta kita, bahkan yang belum sempat kita nikmati. Pada saat itu kita akan sampai pada kesadaran bahwa di dunia ini tidak pernah ada yang disebut hak milik, semuanya hanyalah hak pakai.
Berikut sebuah kisah yang saya terima melalui email dari Sahabat :
Suatu ketika seseorang yang sangat kaya mengajak anaknya mengunjungi sebuah kampung dengan tujuan utama memperlihatkan kepada anaknya betapa orang-orang bisa sangat miskin. Mereka menginap beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang sangat miskin.
Pada perjalanan pulang, sang Ayah bertanya kepada anaknya.'Bagaimana perjalanan kali ini?'
'Wah, sangat luar biasa Ayah.' sahut anaknya.
'Kau lihatkan betapa manusia bisa sangat miskin.' kata ayahnya.
'Oh iya.' kata anaknya.
'Jadi, pelajaran apa yang dapat kamu ambil?' tanya ayahnya.
Kemudian si anak menjawab, 'Saya saksikan bahwa kita hanya punya satu anjing, mereka punya empat.
Kita punya kolam renang yang luasnya sampai ke tengah taman kita dan mereka memiliki telaga yang tidak ada batasnya.
Kita mengimpor lentera-lentera di taman kita dan mereka memiliki bintang-bintang pada malam hari.
Kita memiliki patio sampai ke halaman depan, dan mereka memiliki cakrawala secara utuh. Kita memiliki sebidang tanah untuk tempat tinggal dan mereka memiliki ladang yang melampaui pandangan kita.
Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka melayani sesamanya. Kita membeli untuk makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri. Kita mempunyai tembok untuk melindungi kekayaan kita dan mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi.'
Mendengar hal ini sang Ayah tak dapat berbicara. Kemudian sang anak menambahkan, 'Terima kasih Ayah, telah menunjukkan kepada saya betapa miskinnya kita.'
~~~~ooo000ooo~~~~
Kadang-kadang kita sering melupakan apa yang telah kita miliki dan terus memikirkan apa yang tidak kita punya. Apa yang dianggap tidak berharga oleh seseorang ternyata merupakan dambaan bagi orang lain. Semua ini tergantung dari cara pandang seseorang.
Mungkin akan lebih baik jika kita bersyukur kepada Allah sebagai rasa terima kasih kita atas semua yang telah disediakan untuk kita daripada kita terus menerus khawatir untuk meminta apa yang belum kita miliki. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang bersyukur. Aamiin
Selamat berlibur.........
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori
Renungan
dengan judul
KITA SEMUA KAYA
. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL
http://sisatruk.blogspot.com/2009/12/kita-semua-kaya.html
.
Artikel Terkait Renungan
Ditulis oleh:
Pramudya Ksatria Budiman
-
Rating : 4.5
Belum ada komentar untuk " KITA SEMUA KAYA "
Post a Comment
Beri komentar anda.