Rentetan peristiwa, malapetaka dan bencana, Peringatan' demi 'peringatan' dari sang Pencipta diperlihatkan terus secara beruntun di negeri ini.
Kita mesti memahami bahwa tidak ada satu pun kejadian yang terjadi di alam ini tanpa seizin Allah swt. Sehingga menjadi keharusan bagi kita untuk bertafakur dan introspeksi menyingkap hikmah di balik bencana, dan mengambil pelajaran dari teguran dan peringatan Allah tersebut. Apakah perilaku kita selama ini telah menyimpang dari petunjuk Allah swt, menyalahi, atau bahkan menentang syariat-Nya.
Berbagai bencana di darat, laut, dan udara di negara ini sesungguhnya tidak terlepas dari ulah dan perbuatan kita sendiri. Terhadap kekayaan sumber daya alam, misalnya, banyak pihak terutama perusahaan besar, secara rakus dan tidak bijak telah mengeksploitasinya demi mengejar profit semata.
Kemudian, begitu banyak penguasa dan pemegang kebijakan di negeri ini kian terjangkit penyakit hubbud-dunya (cinta dunia), sehingga lebih suka korupsi dan disuap hingga mengabaikan kepentingan rakyat. Sementara ada juga masyarakat sudah hilang ketakwaan dan keimanannya, sehingga tidak malu-malu lagi berbuat maksiat.
Berbagai bencana di darat, laut, dan udara di negara ini sesungguhnya tidak terlepas dari ulah dan perbuatan kita sendiri. Terhadap kekayaan sumber daya alam, misalnya, banyak pihak terutama perusahaan besar, secara rakus dan tidak bijak telah mengeksploitasinya demi mengejar profit semata.
Kemudian, begitu banyak penguasa dan pemegang kebijakan di negeri ini kian terjangkit penyakit hubbud-dunya (cinta dunia), sehingga lebih suka korupsi dan disuap hingga mengabaikan kepentingan rakyat. Sementara ada juga masyarakat sudah hilang ketakwaan dan keimanannya, sehingga tidak malu-malu lagi berbuat maksiat.
Terlalu banyak peringatan, sepertinya tidak mampu menggerakkan mereka yang telanjur berada di ruang "kesesatan". Setiap subuh kita diingatkan oleh beragam mubalig di beberapa saluran televisi. Begitu banyak tanda-tanda kebesaran Allah swt belum mampu menyadarkan kita. Kita merampas dan mengambil hak sesama kita.
Belum lagi kita merusak lingkungan kita. Padahal kita harus menjadi rahmat bagi semesta alam (QS: 21: 107). Rahmat bukan sekadar untuk umat manusia melainkan juga mencakup berbagai makhluk lain.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori
Bencana Alam
/
Gunung Merapi
/
Renungan
/
Tsunami Mentawai
dengan judul
Saatnya Introspeksi
. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL
http://sisatruk.blogspot.com/2010/11/saatnya-introspeksi.html
.
Artikel Terkait Bencana Alam , Gunung Merapi , Renungan , Tsunami Mentawai
Ditulis oleh:
Pramudya Ksatria Budiman
-
Rating : 4.5
Belum ada komentar untuk " Saatnya Introspeksi "
Post a Comment
Beri komentar anda.