Entah insidental atau memang sudah direncanakan, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menggelar rapat tertutup di rumah dinasnya, Selasa (4/12/2012) sore. Beberapa waktu sebelumnya, ia baru saja menemui Menteri Keuangan (Menkeu) Agus Martowardojo di gedung Kementerian Keuangan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, guna mencari kata deal dari pemerintah pusat terkait kelanjutan pembangunan angkutan massal berbasis rel atau mass rapid transit (MRT).
Setelah menggelar rapat di rumah dinas, pada malam hari Jokowi mengajak belasan wartawan dari berbagai media cetak untuk masuk ke rumah dinasnya di Jalan Taman Suropati No 7, Menteng, Jakarta Pusat. Tak menunggu lama, para wartawan langsung menyambut tawaran langka ini. Aji mumpung karena para awak media ini sudah mengawal agenda rapat tersebut selama beberapa jam di tengah guyuran hujan rintik.
Mantan Wali Kota Solo itu telah menunggu di ruang tamu dengan mengenakan batik coklat, celana hitam, dan bertelanjang kaki. Di atas meja tampak mangkuk dan beberapa piring yang belum dibenahi. Mungkin bekas makan malam Jokowi bersama istrinya, Iriana Joko Widodo, yang sempat menyapa ramah para wartawan saat menaiki tangga menuju lantai dua rumahnya.
Jokowi menjelaskan, agenda rapat yang berjalan sekitar dua jam sebelum digelar untuk membahas berbagai persoalan, khususnya terkait anggaran untuk mendukung program-programnya di tahun depan. Tak tanggung-tanggung, Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama juga hadir dalam rapat tersebut. Demikian juga Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Sarwo Handayani, dan tim anggaran pemerintah daerah (TAPD).
Hal yang disinggung dalam rapat itu meliputi pematangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang masih menuai tarik ulur antara eksekutif dan legislatif. Jokowi juga membahas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan meminta komitmen legislatif untuk memberi tambahan anggaran untuk Kartu Jakarta Sehat (KJS) melalui APBD Perubahan tahun depan.
Hal-hal lainnya adalah mengenai pemantapan transportasi di Jakarta, pembangunan jalan layang (elevated) non-tol dari Ciledug sampai Blok M, dan tentunya mengenai pembangunan megaproyek MRT. Meski belum ada putusan resmi terkait dua hal itu, Jokowi menyatakan mendukung pembangunan jalan layang non-tol asalkan produktif dan berharap pembangunan MRT dapat cepat dilanjutkan.
Di akhir perbincangan dengan para wartawan, Jokowi mengungkapkan perasaannya setelah memimpin Jakarta selama 50 hari. Menurutnya, tak ada masalah berat di Ibu Kota. Ini karena Jakarta memiliki kekuatan cukup untuk meretas semua masalah yang timbul atau bahkan yang sudah mengerak, seperti kemacetan dan semrawutnya tata letak kota.
Jokowi memilih untuk tetap bekerja dengan optimistis dan melewati semuanya tanpa harus menjadikan tugas sebagai beban tambahan. Meski beberapa program yang telah dilaksanakan kini hanya dijadikan model untuk membangun sistem, tetapi di tahun selanjutnya ia yakin semua program akan berjalan baik.
Itulah mengapa ia bersama wakilnya Basuki Tjahaja Purnama terus bekerja secara estafet melakukan koordinasi dengan jajaran di bawahnya dan semua mitra kerja tanpa harus meninggalkan kegiatan yang telah mendongkrak citranya, yakni blusukan berbelanja masalah sampai ke pelosok Jakarta.
"Enggak ada masalah yang berat karena duit ada dan manajemen ada. Saya enggak pernah ngeluh. Masalah besar ya, iya, tapi optimistis semua bisa diselesaikan. Kerja kok mengeluh? Optimistis saja, ceria," kata Jokowi dengan senyum khasnya.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori
dengan judul
50 Hari Menjabat, bagi Jokowi Tak Ada yang Berat
. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL
http://sisatruk.blogspot.com/2012/12/50-hari-menjabat-bagi-jokowi-tak-ada.html
.
Artikel Terkait
Ditulis oleh:
Unknown
-
Rating : 4.5
Belum ada komentar untuk " 50 Hari Menjabat, bagi Jokowi Tak Ada yang Berat "
Post a Comment
Beri komentar anda.