Jakarta - Demi mengakomodir keinginan pengguna internet Indonesia yang haus akan konten asing, para penyedia internet menghabiskan 250 Gbps data untuk sambungan koneksi internasional dengan biaya hingga triliunan.
Seperti dituliskan sebelumnya bahwa 70% konten internet di Indonesia adalah milik negara lain. Hal ini tentu saja merugikan, karena banyak pengiklan yang justru menginvestasikan duitnya di perusahaan asing, bukan perusahaan di negeri sendiri.
Dari segi bandwidth yang dikeluarkan juga terbilang merugikan. Saat ini ada sekitar 250 Gbps sambungan internasional dari dan ke Indonesia ke luar negeri yang memakan biaya sampai Rp 1,5 triliun. Inilah jumlah devisa negara yang setiap tahunnya terbang ke luar negeri.
"Ini pemborosan. Kenapa ekonomi itu justru lari keluar. Kalau yang diakses dalam negeri besar, maka bandwidth lokal akan semakin besar dan itu jauh lebih murah dan bandwidth internasional bisa dihemat. Sehingga uang yang mestinya keluar bisa dimanfaatkan untuk ekonomi nasional," kata Ketua Umum Klik Indonesia Henri Kasyfi.
Saat ini tercatat ada sekitar 63 juta pengguna internet aktif di Indonesia, jumlah itu pun diprediksi kian membengkak jika melihat jumlah penjualan smartphone yang mencapai 100 juta setiap tahunnya. Jadi tak heran jika penyedia konten asing berlomba-lomba menggerus potensi pasar di Indonesia.
"Kini saatnya kita untuk bergerak, bekerja sama, saling bahu membahu untuk membangun konten Indonesia," tutup Henri yang juga komisaris Internet Data Center Indonesia (IDC), dalam keterangan yang diterima detikINET, Selasa (11/12/2012).
( eno / ash )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
Belum ada komentar untuk " Banyak Akses Situs Asing, Rp 1,5 Triliun Melayang Tiap Tahun "
Post a Comment
Beri komentar anda.