Kejadian menegangkan sangat terasa saat Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akan meninggalkan Balaikota Jakarta untuk berkunjung Kejaksaan Tinggi DKI. Seperti biasa, wartawan setia menunggu pria yang akrab disapa Ahok itu untuk keluar dari ruangannya.
Saat ada wartawan yang bertanya terkait program Bike Sharing yang diusulkan oleh LSM ITDP, tiba-tiba saja seorang mahasiswa menggunakan almamater berwarna merah dan berasal dari Universitas Bung Karno menghampiri Basuki. Dia langsung bicara panjang lebar terkait banyaknya mini market di Jakarta dan kondisi pasar tradisional yang semakin mengenaskan.Basuki yang awalnya masih menjawab pertanyaan wartawaan, tampaknya mulai terpancing emosi dengan ucapan mahasiswa tersebut. Terlebih ketika mahasiswa itu menuntut janji Jokowi-Basuki untuk memperbanyak pasar tradisional.
Raut muka Basuki yang tadinya ceria berubah menjadi merah dan tampak ketus. Urat-uratnya pun tampak di leher dan kening Basuki menggambarkan suasana hatinya yang kesal karena dituntut oleh mahasiswa tersebut.
Raut muka Basuki yang tadinya ceria berubah menjadi merah dan tampak ketus. Urat-uratnya pun tampak di leher dan kening Basuki menggambarkan suasana hatinya yang kesal karena dituntut oleh mahasiswa tersebut.
Berikut percakapan antara Basuki dengan mahasiswa itu:
Mahasiswa UBK (M): Pak begini mengenai pasar tradisional, semakin buruk sekali kondisinya. Sekarang kenyataannya banyak minimarket yang menjamur.
Basuki (B): Ya, kita mau bangun pasar tradisional.
M: Tapi faktanya mini market-mini market semakin merebak dan menjamur. Tadi kita sudah melakukan aksi unjuk rasa ke 7 Eleven Matraman Jakarta Pusat. Kita melakukan aksi menggugat di depan sana, tetapi salah satu 7 Eleven ini... (belum selesai bicara)
B: PTUN kan orang, ya kita kalah, rakyat juga yang bobol di APBD. Ya semua ada kajiannya, bukan kayak mahasiswa mau main berantem saja. Kalau mau ngajak berantem, aku lebih jagoan!
M: Masalahnya itu kita mau berbicara. Mana janji Gubernur?
B: Makanya saya bilang, Anda jangan teriak-teriak. Anda tenang saja, kami ini baru dua bulan. Kami belum keluarkan izin satu pun. Kalau kami sudah keluarkan izin, ya tuntutlah mana janji kami. Saya marah karena Anda menuntut mana janji kami? Kami baru dua bulan, Bung! Jadi Anda jangan tuntut mana janji anda tadi! Kalau Anda tidak singgung, ya saya tidak marah. Anda singgung itu, makanya sekarang saya tantang Anda begitu. Ya kan? Kami baru dua bulan. Kami belum keluarkan izin satupun. Kami sedang menganalisa, semua yang sudah dikeluarkan izin, apa saja yang bisa dicabut. Anda kurang apalagi? Kami sedang mau siapkan semua pasar-pasar baru, semua apartemen terpadu pasar, nanti diundi. Apartemen tidak perlu dibeli, tapi diundi. Tapi, kalau kamu menjual, saya usir satu lantai. Karena di rakyat juga ada oknum yang kurang ajar. Begitu dapat rumah susun malah dijual. Dapat pasar langsung dijual, makanya yang dapat orang kaya lagi! Anda mau bilang sosialis? Wah kalau kita bicara, kita lebih ketat soal begituan.
M: Ini mau diperjelas, mini market semakin menjamur (dengan nada tinggi dan menunjuk Basuki).
B: Makanya, itu bukan izin kami. Kami sedang minta Dinas UKM 1.500 tempat untuk pasar. Anda tanya sama UKM. Kita akan bikin pasar. Masih enggak cukup? Kamu tanya sama UKM, 1500!
M: Makanya kita berharap pihak Gubernur untuk bisa mewujudkan janji.
B: Makanya saya enggak suka kalimat 'mana janji Anda'. Saya tidak suka kata 'mana janji Anda'! Keluar kalimat tadi mengerti enggak?!
Percakapan selama lima menit itu cukup mengundang perhatian masyarakat yang berada di Balaikota Jakarta dan Gedung Blok G. Setelah itu, Basuki langsung memasuki mobil dinasnya untuk segera bertemu dengan pihak Kejati DKI.
Sementara itu, mahasiswa UBK tersebut diamankan oleh pihak Pengamanan Dalam (Pamdal) DKI dan saat ini ia bersama teman-temannya sudah meninggalkan Balaikota Jakarta.
Mahasiswa UBK (M): Pak begini mengenai pasar tradisional, semakin buruk sekali kondisinya. Sekarang kenyataannya banyak minimarket yang menjamur.
Basuki (B): Ya, kita mau bangun pasar tradisional.
M: Tapi faktanya mini market-mini market semakin merebak dan menjamur. Tadi kita sudah melakukan aksi unjuk rasa ke 7 Eleven Matraman Jakarta Pusat. Kita melakukan aksi menggugat di depan sana, tetapi salah satu 7 Eleven ini... (belum selesai bicara)
B: PTUN kan orang, ya kita kalah, rakyat juga yang bobol di APBD. Ya semua ada kajiannya, bukan kayak mahasiswa mau main berantem saja. Kalau mau ngajak berantem, aku lebih jagoan!
M: Masalahnya itu kita mau berbicara. Mana janji Gubernur?
B: Makanya saya bilang, Anda jangan teriak-teriak. Anda tenang saja, kami ini baru dua bulan. Kami belum keluarkan izin satu pun. Kalau kami sudah keluarkan izin, ya tuntutlah mana janji kami. Saya marah karena Anda menuntut mana janji kami? Kami baru dua bulan, Bung! Jadi Anda jangan tuntut mana janji anda tadi! Kalau Anda tidak singgung, ya saya tidak marah. Anda singgung itu, makanya sekarang saya tantang Anda begitu. Ya kan? Kami baru dua bulan. Kami belum keluarkan izin satupun. Kami sedang menganalisa, semua yang sudah dikeluarkan izin, apa saja yang bisa dicabut. Anda kurang apalagi? Kami sedang mau siapkan semua pasar-pasar baru, semua apartemen terpadu pasar, nanti diundi. Apartemen tidak perlu dibeli, tapi diundi. Tapi, kalau kamu menjual, saya usir satu lantai. Karena di rakyat juga ada oknum yang kurang ajar. Begitu dapat rumah susun malah dijual. Dapat pasar langsung dijual, makanya yang dapat orang kaya lagi! Anda mau bilang sosialis? Wah kalau kita bicara, kita lebih ketat soal begituan.
M: Ini mau diperjelas, mini market semakin menjamur (dengan nada tinggi dan menunjuk Basuki).
B: Makanya, itu bukan izin kami. Kami sedang minta Dinas UKM 1.500 tempat untuk pasar. Anda tanya sama UKM. Kita akan bikin pasar. Masih enggak cukup? Kamu tanya sama UKM, 1500!
M: Makanya kita berharap pihak Gubernur untuk bisa mewujudkan janji.
B: Makanya saya enggak suka kalimat 'mana janji Anda'. Saya tidak suka kata 'mana janji Anda'! Keluar kalimat tadi mengerti enggak?!
Percakapan selama lima menit itu cukup mengundang perhatian masyarakat yang berada di Balaikota Jakarta dan Gedung Blok G. Setelah itu, Basuki langsung memasuki mobil dinasnya untuk segera bertemu dengan pihak Kejati DKI.
Sementara itu, mahasiswa UBK tersebut diamankan oleh pihak Pengamanan Dalam (Pamdal) DKI dan saat ini ia bersama teman-temannya sudah meninggalkan Balaikota Jakarta.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori
dengan judul
Basuki Naik Pitam: Kami Baru Dua Bulan, Bung!
. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL
http://sisatruk.blogspot.com/2012/12/basuki-naik-pitam-kami-baru-dua-bulan.html
.
Artikel Terkait
Ditulis oleh:
Unknown
-
Rating : 4.5
Belum ada komentar untuk " Basuki Naik Pitam: Kami Baru Dua Bulan, Bung! "
Post a Comment
Beri komentar anda.