Lady Gaga yang bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta dijadwalkan berkonser di Indonesia pada tanggal 3 Juni 2012. Penyanyi yang selalu memakai pakaian yang unik dan seksi saat tampil di panggungnya. Hal ini tentu saja berlawanan dengan norma-norma ketimuran yang ada Indonesia.
Seperti diberitakan sebelumnya, pihak Polda Metro Jaya tidak merekomendasi Lady Gaga untuk menggelar konsernya di Jakarta. Penolakan tersebut berdasar pada persoalan sosial budaya. Pihak Polda mengaku mendapat masukan dari berbagai pihak yang menyatakan gaya dan pakaian Lady Gaga tidak mendidik serta tak sesuai dengan budaya bangsa.
Respon keras dari berbagai pihak yang menilai Lady Gaga membawa aliran setan, serta busana dan aksi panggung yang kerap ditampilkan Lady GaGa dinilai terlalu seksi. malah ada kalangan yang memprediksi kalau Lady Gaga adalah simbolik satanic yang nyembah Lucifer/AntiChrist/pemimpin iblis tertinggi jelmaan dari malaikat yang dibuang kebumi karena sombong.
Lady Gaga yang dalam penampilannya sering menampilkan lambang/symbol mata satu/iluminati. Maraknya pembicaraan di Twitter itu juga berimbas pada munculnya "Lady Gaga" sebagai trending topics di Twitter dalam beberapa hari terakhir menyusul penolakan konsernya yang juga terjadi di Filiphina . Dari sekian banyak kicauan para tweeps, ada beberapa dukungan terhadap Lady Gaga agar bisa tetap menyambangi Indonesia untuk menggelar konser.
Namun demikian, ada juga yang mendukung sikap kepolisian untuk tidak mengizinkan Corporate Legal Big Daddy Entertainment, promotor Lady Gaga, menggelar konser di Indonesia.
Namun demikian banyak pihak yang berpendapat bahwa Lady GaGa sebenarnya hanya pekerja seni, dan tidak lebih seksi dari hiburan masyarakat yang telah mengakar di Indonesia, seperti dangdut koplo. Dangdut modern yang dimainkan satu grup musik atau orkes Melayu (OM), dengan biduanita yang kadang memiliki goyangan yang sensual. Hal ini lantas menimbulkan pertanyaan, seperti apakah aksi panggung dari Lady GaGa, dan seberapa jauh aksi panggung dari penyanyi dangdut koplo? Aksi panggung berupa penampilan live baik dengan koreografi, goyangan atau atraksi lain di atas panggung.
Lady GaGa biasa mempersiapkan konsep yang bakal ia hadirkan di atas panggung, tampil atraktif di hadapan ribuan penonton dengan koreografi yang sudah tertata. Sementara biduan dangdut koplo rata-rata memiliki kemampuan bergoyang yang menjadi ciri khas mereka. Proses improvisasi di atas panggung adalah faktor penunjang kesuksesan show mereka. Biduan juga punya pilihan untuk tampil seksi atau sekedar bergoyang biasa.
Standar norma yang berbeda antara Indonesia dan Amerika memang menghadirkan gap tersendiri. Lady GaGa kerap tampil live dengan baju eksentrik, terbuka, atau bermodel bikini. Kostum tersebut masih bisa diterima oleh masyarakat Amerika, namun tampaknya bakal dipermasalahkan di Indonesia. Untuk standar kostum, meski biduan dangdut koplo yang seksi kerap tampil dengan goyangan hot dan kostum mini, standar mereka masih bisa sejalan dengan masyarakat.
Terdapat perbedaan mendasar mengenai interaksi antara sang bintang dengan penonton. Dalam konser Lady GaGa, interaksi terjalin lewat komunikasi verbal, dan jarang ada penonton yang berada di atas panggung kala sang musisi tengah menggeber aksinya. Sementara itu, penonton dan biduan dangdut koplo jauh lebih intim. Apalagi bila ada tradisi saweran, penonton seolah berlomba-lomba berdiri di atas panggung bersama sang biduan, menaburkan uang dan kadang menyelipkannya ke bagian tubuh sang penyanyi, dan biduan dangdut koplo biasanya bergoyang semakin panas kala uang mengalir.
Jika kita lihat dari beberapa sisi tersebut, apakah wajar jika konser Lady GaGa diprotes dengan alasan seksi, sementara ada tontonan yang jauh lebih seronok mengakar di masyarakat? Atau jika memang sepatutnya Lady GaGa tidak diperkenankan untuk konser di Indonesia, maka mungkin sebaiknya Konser Dangdut Koplo juga mulai harus dicekal..........
Lady Gaga yang dalam penampilannya sering menampilkan lambang/symbol mata satu/iluminati. Maraknya pembicaraan di Twitter itu juga berimbas pada munculnya "Lady Gaga" sebagai trending topics di Twitter dalam beberapa hari terakhir menyusul penolakan konsernya yang juga terjadi di Filiphina . Dari sekian banyak kicauan para tweeps, ada beberapa dukungan terhadap Lady Gaga agar bisa tetap menyambangi Indonesia untuk menggelar konser.
Namun demikian, ada juga yang mendukung sikap kepolisian untuk tidak mengizinkan Corporate Legal Big Daddy Entertainment, promotor Lady Gaga, menggelar konser di Indonesia.
Namun demikian banyak pihak yang berpendapat bahwa Lady GaGa sebenarnya hanya pekerja seni, dan tidak lebih seksi dari hiburan masyarakat yang telah mengakar di Indonesia, seperti dangdut koplo. Dangdut modern yang dimainkan satu grup musik atau orkes Melayu (OM), dengan biduanita yang kadang memiliki goyangan yang sensual. Hal ini lantas menimbulkan pertanyaan, seperti apakah aksi panggung dari Lady GaGa, dan seberapa jauh aksi panggung dari penyanyi dangdut koplo? Aksi panggung berupa penampilan live baik dengan koreografi, goyangan atau atraksi lain di atas panggung.
Lady GaGa biasa mempersiapkan konsep yang bakal ia hadirkan di atas panggung, tampil atraktif di hadapan ribuan penonton dengan koreografi yang sudah tertata. Sementara biduan dangdut koplo rata-rata memiliki kemampuan bergoyang yang menjadi ciri khas mereka. Proses improvisasi di atas panggung adalah faktor penunjang kesuksesan show mereka. Biduan juga punya pilihan untuk tampil seksi atau sekedar bergoyang biasa.
Standar norma yang berbeda antara Indonesia dan Amerika memang menghadirkan gap tersendiri. Lady GaGa kerap tampil live dengan baju eksentrik, terbuka, atau bermodel bikini. Kostum tersebut masih bisa diterima oleh masyarakat Amerika, namun tampaknya bakal dipermasalahkan di Indonesia. Untuk standar kostum, meski biduan dangdut koplo yang seksi kerap tampil dengan goyangan hot dan kostum mini, standar mereka masih bisa sejalan dengan masyarakat.
Terdapat perbedaan mendasar mengenai interaksi antara sang bintang dengan penonton. Dalam konser Lady GaGa, interaksi terjalin lewat komunikasi verbal, dan jarang ada penonton yang berada di atas panggung kala sang musisi tengah menggeber aksinya. Sementara itu, penonton dan biduan dangdut koplo jauh lebih intim. Apalagi bila ada tradisi saweran, penonton seolah berlomba-lomba berdiri di atas panggung bersama sang biduan, menaburkan uang dan kadang menyelipkannya ke bagian tubuh sang penyanyi, dan biduan dangdut koplo biasanya bergoyang semakin panas kala uang mengalir.
Jika kita lihat dari beberapa sisi tersebut, apakah wajar jika konser Lady GaGa diprotes dengan alasan seksi, sementara ada tontonan yang jauh lebih seronok mengakar di masyarakat? Atau jika memang sepatutnya Lady GaGa tidak diperkenankan untuk konser di Indonesia, maka mungkin sebaiknya Konser Dangdut Koplo juga mulai harus dicekal..........