Bukan Pakar SEO Ganteng

Showing posts with label Opinion. Show all posts
Showing posts with label Opinion. Show all posts

Memaknai Hari Pendidikan Nasional 2011



Hari ini 2 Mei 2011, bangsa kita merayakan Hari Pendidikan Nasional bertepatan dengan hari lahirnya Ki Hajar Dewantara (2 Mei 1889–28 April 1959; nama asli: Raden Mas Soewardi Soeryaningrat) merupakan seorang seorang Pahlawan Nasional yang juga merupakan Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Namanya juga diabadikan pada nama sebuah Kapal Perusak Kawal berpeluru kendali. Kapal ini juga merupakan kapal perang latih bagi anggota TNI AL dan dinamakan KRI Ki Hajar Dewantara.


Sesosok anak bangsa yang menjadi mascot pendidikan Indonesia, dengan sebuah ajarannya yang sangat termasyur yaitu tut wuri handayani dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan, ing madya mangun karsa di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dan ing ngarsa sung tulada di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik. Sebuah runtutan kalimat yang memiliki semangat morality dan kemajuan.Namun bagaimana pendidikan Indonesia sekarang ?

Bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam persaingan global, pendidikan merupakan kunci utamanya. Pendidikan adalah tugas negara yang paling penting dan sangat strategis. Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan prasyarat dasar bagi terbentuknya peradaban yang baik. Sebaliknya sumberdaya manusia yang buruk, akan secara pasti melahirkan masyarakat yang buruk pula.

Untuk mengantar kepada visi pendidikan yang demikian, dan melihat realitas pendidikan di negeri ini masih sangat jauh dari harapan . Bahkan, jauh tertinggal dari negara – negara lain. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari tiga hal : Pertama, paradigma pendidikan nasional yang sangat sekuler dan materialistik sehingga tidak menghasilkan manusia yang berkualitas utuh, lahir dan batin. Kedua, semakin mahalnya biaya pendidikan dari tahun ke tahun. Ketiga, rendahnya kualitas SDM yang dihasilkan untuk bersaing secara global.

Sistem pendidikan yang sekuler materialistik tersebut sebenarnya hanyalah merupakan bagian belaka dari sebuah sistem kehidupan berbangsa dan bernegara yang juga sekuler dan materialistik. Memang, dalam sistem sekuler materialistik itu, yang namanya pandangan, aturan, dan nilai – nilai Islam tidak pernah secara sengaja digunakan untuk menata berbagai bidang, terutama dalam pendidikan ini. Karena itu, di tengah-tengah sistem sekuleristik lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai agama dan segala akibat-akibatnya yang menimpa bangsa dan negara ini.

Bila kita ingin jujur mengevaluasi pendidikan kita, maka tentu kita akan sangat miris dengan fakta-fakta dilapangan ,Benarkah pendidikan telah kehilangan makna yang sebenarnya? Amat miris jika menjawab yang sesungguhnya.

Dibutuhkan pendekatan sosiologis untuk melihat pendidikan secara jernih. Tapi fakta di lapangan berkata lain. Belakangan ini para orangtua menjerit karena biaya masuk sekolah dan perguruan tinggi terbilang mahal. Tekanan hidup kian terasa, saat hiruk-pikuk politik jauh dari harapan masyarakat. Masyarakat sulit untuk membantah fakta itu. Tampaknya semua itu memberikan penjelasan bahwa pendidikan atas apa yang telah diprediksikan Henry A Giroux tentang keprihatinannya terhadap pendidikan yang memanjakan efisiensi ekonomis dalam praktiknya. Giroux menengarai bahwa dalam dunia pendidikan telah terjadi pengkerdilan makna dan hakikat pendidikan.

Dalam memaknai pendidikan setiap bangsa memiliki pengalamannya sendiri-sendiri. Begitu juga dengan Indonesia. Belum tuntasnya reformasi pendidikan karena belum terbukanya ruang dialog sebagai tindakan komunikasi. Iklim demokrasi sekarang ini malah tidak menjamin membawa pendidikan ke arah yang lebih transformatif. Pembenahan pendidikan baru pada tahap kulit luarnya saja belum kepada sistemnya sebagai kulit yang paling dalam.

Solusi fundamental dari potret buram pendidikan ini, sistem pendidikan harus diarahkan pada perubahan paradigma, yaitu pondasi dari akidah Islam yang tidak mengenal dikotomi pendidikan umum dan agama. Akhirnya lahirlah ribuan intelektual muslim yang memahami agama sekaligus siap menjawab tantangan di zamannya. Semoga!

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2011


CLIK HERE iPad 2 FREE
Photobucket

Briptu Norman dan Reformasi Polri

Briptu Norman Kamaru, kini bukan saja seorang polisi, namun juga seorang selebriti yang dikenal luas di masyarakat. Aktivitasnya pun langsung berubah, karena begitu bangun dan salat subuh, dengan pengawalan langsung meluncur ke stasiun televisi yang mengundangnya.

Saking padatnya jadwal, Norman yang asli Gorontalo itu sampai kehabisan seragam kebesarannya. Dari rumah dia hanya membawa empat seragam, namun seiring waktu sudah habis dan belum sempat dicuci.

Briptu Norman dan Luna Maya"Iya kehabisan seragam. Nunggu dibuatin baju lagi. Saya nggak nyangka akan kaya gini. Cuma bawa 4 baju. Entar minjem teman lagi," ungkap Norman Kamaru usai tampil di acara Dahsyat, di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa 12 April.

Keisengan Briptu Norman kini berbuah emas yang tidak hanya menjadikan ia sebagai sosok polisi yang kini dibanggakan para petinggi di tempat dia membaktikan diri sebagai Bhayangkara Negara, tetapi juga tiba-tiba menjadi populer sebagai selebriti yang bertalenta karena mampu menduplikasi bintang Bolywood Shahrukh Khan dalam bernyanyi sambil berjoget.

Kini ia tidak hanya dikenal oleh kawan-kawannya di kesatuan Brimob Polda Gorontalo, tetapi sosok Briptu Norman telah terkenal sebagai selebriti polisi oleh jutaan rakyat Indonesia, lantaran kemunculannya sebagai bintang tamu di acara-acara stasiun TV Swasta seperti dalam acara ”Tarung Dangdut” di MNC TV dan ”Bukan Empat Mata” di Trans TV.

Subhanallah begitulah cara Allah mengangkat derajat hamba-Nya yang bertakwa dengan memberinya jalan keluar dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya....”(Qs.:65:2-3)

Kini Briptu Norman tidak hanya menjadi seorang polisi populer, tetapi ia telah menjadi inspirasi baru bagi keberlanjutan reformasi perpolisian di negeri ini.

Masyarakat tentu berharap kemunculan Briptu Norman dalam gayanya yang polos dan lugas bernyanyi dan berjoget sungguhpun dalam uniform kepolisiannya, menjadi entry point bagi polri melakukan perubahan-perubahan pencitraan pelayanan untuk menjadi lebih dicintai oleh rakyat. Ini kesempatan baik untuk meyakinkan rakyat bahwa ”reformasi kepolisian”, bukan sekadar kamuflase untuk melepaskan citra buruk masa lalu, tetapi tujuannya jelas yaitu menjadikan polri sebagai polisi negara sekaligus sebagai polisi rakyat.

Hal itu penting, karena selama ini dalam banyak kasus oknum anggota polri dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penjaga Kamtibmas dan penegak hukum, seringkali merugikan kepentingan rakyat, padahal polisi juga berfungsi sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.

Di semua negara, polisi dibentuk dengan tujuan untuk menjalankan ketiga fungsi tersebut secara baik dan benar dengan prinsip ”polisi negara adalah polisi rakyat”.

Untuk itu polisi jangan membangun pencitraan menakut-nakuti rakyat, tetapi ayomi dan layanilah rakyat agar tercipta kantibmas dan tegaknya hukum secara baik, bukan sebaliknya demi kantibmas dan atas nama penegakan hukum rakyat dapat dikorbankan.

Polisi sebagai bagian dari pemerintahan yang mengemban fungsi mewujudkan keamanan dalam negari, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketenteraman rakyat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia seyogyanya diusung dalam citra
the police is from the people, by the people, for the people sebagai landasan filosofis dalam mewujudkan konsep good police governance (kepolisian yang baik) yang berorientasi bagi pelindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat.

Briptu Norman, sesungguhnya telah menyodorkan bentuk pendekatan layanan yang senafas dengan harapan masyarakat, oleh karena rakyat tidak hanya merindukan kehangatan rangkulan polisi negara, tetapi juga mendambakan kenikmatan suasana canda dan sentuhan hati polisi rakyat sungguhpun itu hanya lewat nyanyi dan joget India dari Briptu Norman Kamaru sebagai polisi rakyat dari Gorontalo itu. Wassalam

DAPATKAN iPad 2 GRATIS DARIPhotobucket

Working While on Holiday or Vacation While at Work

At times, every day a holiday, just a busy day. Just as I typed the Nyepi holiday yesterday. The children want to come here, others want to go there, while I myself really want to go there. New to unify the level of desire alone is so full of noise. Once the intention has been able to put together the issue because more and more equipment to be prepared.

If it is filled with holiday travel and recreation, not infrequently the result even tired at all. On the road, people-minded people turned out in large amounts. As a result, recreation will include a calmness which was supposed to meet was actually noise. In the scramble lane road, in the scramble seat restaurant, in turn scramble recreation.

The impact of this fight finally felt at all, the holiday, often even in the form of pressure. So there is often forgotten the opposite. Originally the time for a vacation, even hectic full exhaustion. If so, what is more busy between work time and time off it?

The question is what changed my perception of the definition of holiday. A true vacation is finally over empties into the heart, not on holidays. Basically, anyone can. Working too tired, too tired on vacation, then what's the difference. Then there's the mouth of the holiday in the heart, not there on holidays.

Now our task is to create an libut day it freely, we are at will, anytime, no matter at work. When she typed routine tasks, I bring up a child's face on a computer screen, all of a sudden I got a taste of different type.

Typing is not working but typing while playing with the kids all find the money even on vacation, pushing the kids on the swings, my brain could have returned to the office, into the work and become targets of terror of all time.

So, we can work while on vacation, or vacation while working up to you choose which one.


DAPATKAN iPad 2 GRATIS DARIPhotobucket
Pramudya Ksatria Budiman Holiday , Opinion , Vacation