Bukan Pakar SEO Ganteng

Showing posts with label Tradisional. Show all posts
Showing posts with label Tradisional. Show all posts

Pelestarian Budaya Tradisional Sebagai Wahana Pemersatu Bangsa

Pada umumnya kegiatan budaya tradisional selama ini hanya dilaksanakan oleh orang tua, anak-anak cenderung lebih memilih nonton TV dibandingkan belajar tentang budaya.

Seiring dengan perkembangan zaman, nilai budaya tradisional mulai terlupakan oleh generasi muda akibat teknologi. Untuk itu saatnya memberikan pelajaran tentang budaya kepada generasi muda terutama di kalangan usia sekolah, dengan melibatkan mereka dalam seluruh kegiatan budaya tradisional, agar mereka mengerti betapa pentingnya budaya yang tidak hanya sebagai ciri khas suatu daerah tetapi juga menceritakan kehidupan para pendahulu kita.

Melalui budaya suatu daerah bisa terkenal dimana-mana. Untuk itu budaya tradisional tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kepedulian kita semua untuk menanamkan rasa percaya diri bagi generasi muda bahwa ternyata budaya tradisional zaman dulu tidak ketinggalan, tetapi masih sangat relevan dengan budaya-budaya saat ini.

Generasi muda berperan penting dalam mengangkat kembali nilai budaya tradisional yang mulai termarginalkan supaya tidak hilang seiring dengan perkembangan teknologi.

~~~~~~~~

Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Iklan Indonesia Bersatu di BlogCamp.

laptop gratis

BAT CITY ; AWARD






Salah satu tradisi kebudayaan bugis yang cenderung termarginalkan adalah Mappadendang. Ritual Mappadendang ini adalah acara yang dilakukan setelah panen padi sebagai tanda ucapan syukur kepada Allah SWT atas limpahan karunia yang diberikan berupa hasil panen padi yang berlimpah. Awalnya acara ini dilakukan sebagai wujud penghormatan kepada Dewi Sri (Dewi Padi)

Watan Soppeng adalah salah satu kota kabupaten tercantik di Provinsi Sulawesi Selatan. Suasana di dalam kota tampak teduh, karena hampir semua ruas jalan dipenuhi oleh pohon asam dan jenis pohon lainnya yang berjejer di sisi kiri dan kanan jalan. Kota kecil dan berhawa sejuk ini berada di pegunungan dengan ketinggian 200 meter di atas permukaan laut.

Menurut catatan sejarah, sebagaimana tertulis dalam Lontara Bugis (tulisan kuno orang Bugis), Kota Soppeng merupakan bekas kota kerajaan masa lampau yang memiliki wilayah kekuasaan dan pengaruh yang cukup luas. Di kota ini terdapat komplek Istana Raja (Datu) Soppeng yang dibangun oleh I Latemmamala yang bergelar Petta Bakkae pada tahun 1261 M. Di dalam komplek tersebut terdapat sejumlah bangunan, di antaranya: Bola RidiE (Rumah Kuning), yaitu tempat penyimpanan benda-benda atribut Kerajaan Soppeng; SalassaE, yaitu bekas Istana Datu Soppeng; dan Menhir Latammapole, yaitu tempat melaksanakan hukuman bagi para pelanggar adat. Di kota ini juga terdapat komplek makam Jera LompoE dan KalokoE Watu. Di dalam komplek makam Jera LompoE terdapat makam Raja-raja (Datu) Soppeng, Luwu dan Sidrap pada abad XVII. Sementara di dalam komplek KalokoE Watu terdapat makam We Tenri Sui, ibu kandung Arung Palakka.

Kota Watansoppeng memiliki keunikan yang sangat mengagumkan, sehingga ia dijuluki sebagai “Kota Kalong” atau “Kota Pekalongan” (bukan nama kota yang ada di Pulau Jawa).

Pengunjung jangan terkejut ketika memasuki jantung Kota Watansoppeng, karena akan mencium bau khas yang sangat menyengat hidung. Bau khas itu tidak lain adalah bau kalong atau kelelawar. Bau kalong tersebut akan semakin menyengat jika pengunjung berada tepat di bawah pohon tempat para kalong tersebut bergelantungan.

Menjelang malam, kalong-kalong tersebut terbang meninggalkan pepohonan untuk mencari makan. Saat kalong-kalong yang jumlahnya ribuan tersebut terbang, langit seakan tertutup oleh bayangan hitam. Kawanan kalong tersebut akan kembali ke pepohonan pada subuh hari dengan suara gemuruh seakan membangunkan warga Kota Soppeng untuk segera melaksanakan shalat subuh dan melakukan aktivitas sehari-hari.

Tidak seorang pun penduduk yang tahu persis kapan tepatnya kalong-kalong tersebut mulai bersarang di atas pepohonan yang berjejer di ruas-ruas jalan Kota Watan Soppeng. Masyarakat hanya meyakini bahwa keberadaan kalong yang mirip tikus tersebut sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Lebih dari itu, mereka juga meyakini bahwa kalong-kalong tersebut merupakan “penjaga” kota Watan Soppeng. Bahkan, mereka sangat percaya bahwa kalong-kalong tersebut menjadi pertanda dan pemberi informasi tentang sesuatu yang baik dan buruk yang akan terjadi di kota ini. Jika kalong-kalong tersebut pergi meninggalkan Kota Watan Soppeng dalam waktu yang lama, maka itu sebagai pertanda bahwa akan terjadi bencana yang menimpa masyarakat dan kota tersebut.


Itu mungkin hanya sekelumit tentang kota yang saya tempati sekarang, sedangkan salah satu warisan budaya yang menjadi pembuka postingan ini adalah mappadendang, merupakan peer yang harus saya kerja dari sobat Blogger kita Aprillins atas Penganugerahan Award 50 koment kepada saya.



Selanjutnya jawaban peer kedua atas Award 3S (Sangat Semangat Sekali) :



Semangat dalam hidup saya tidak pernah pudar, karena saya selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh-Nya, berupa :
  1. Keluarga yang utuh, seorang isteri dengan dua orang anak yang berbakti senantiasa memberi saya dorongan untuk berbuat lebih baik.
  2. Pekerjaan yang layak dan mulia sebagai seorang Guru, yang meskipun mempunyai penghasilan yang relatif kecil dibandingkan profesi lainnya namun rasa syukur saya akan apa yang diberikan oleh-Nya telah menuntun saya untuk senantiasa bersemangat dan bekerja lebih baik lagi.
  3. Sahabat-sahabat yang tersebar di seantero jagad yang senantiasa membuat saya tersenyum, yang membuat wawasan saya bertambah meskipun hanya melalui postingannya yang kocak dan menggelitik.

Beres deh,... 2 peer telah saya kerjakan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Kalaupun ada koreksi,... maka saya dengan senang hati akan menerima melalui kotak komentar dibawah.