Usaha sineas dan pekerja film Indonesia yang telah memutar kembali roda industri perfilman Tanah Air setelah sempat mati suri selama beberapa tahun, memang patut di apresiasi.
Kerja keras, kreatifitas dan tekad mereka yang besar untuk memajukan perfilman dalam negeri memang membanggakan. Berkat kerja keras mereka, bioskop-bioskop di negeri ini tak lagi didominasi oleh film-film impor dari Hollywood, Bollywood, atau dari Asia Timur (Jepang, Taiwan, Korea, China-Mandarin). Film-film kita sudah mulai menunjukan taring. Tapi, itu hanya dari segi kualitas. Jika berbicara pada tataran kualitas tema, isi, serta ide cerita yang diusung oleh film-film buatan dalam negeri, kita masih jauh ketinggalan.
Berlebihan memang jika mengatakan bahwa film-film Indonesia kurang bermutu, demi mengingat ada beberapa film kita yang menda¬pat penghargaan di beberapa ajang berskala besar seperti film Pasir Berbisik Gie, Berbagi Suami, Opera Jawa atau Sampai pada Janji JoniJamila dan Sang Presiden. Tapi, jika kita melihat secara umum, film-film produksi Tanah Air memang kurang bersisi.
Tema-tema yang diangkat terasa monoton dan terkesan mengikut-ikut. Film-film kita banyak yang hanya mengang¬kat tema-tema tema humor serta horor dengan bumbu vulgar seperti Air Terjun Pengantin dan Suster Keramas.
Meskipun beberapa tahun terakhir muncul beberapa film bertema lain seperti, Ayat-ayat Cinta, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi namun Film Horor nampaknya banyak mendominasi industri film sekarang ini. Tren tampaknya memang menjadi suatu keniscayaan bagi kalangan sineas yang kurang produktif. Dan menurut penilaian saya pribadi film-film lokal yang diproduksi belakangan ini, maka kita akan melihat betapa tidak produktifnya ide/tema yang digarap dalam film-film tersebut.
Seperti halnya dengan film Toilet 105 yang akan dirilis di Bioskop mulai 14 Januari 2010 besok. Berikut adalah sinopsisnya :
Toilet umum biasanya tidak selalu bersih dan wangi, maklum namanya toilet umum, sehingga digunakan banyak orang. Tapi berbeda dengan toilet yang dimiliki oleh SMU Bina Persada. Selalu wangi dan bersih, dan jadi favorit, tak hanya siswa-siwa tapi juga 'penghuni' lainnya, yakni makhluk halus.
Okta (Ricky Harun), Ical (Lionil Tikoalu), dan Rio (Rizky Putra) adalah para siswa SMU Bina Persada yang selalu mendapat teror dari 'penghuni' toilet itu.
Dan teror itu pun semakin gencar ketika SMU Bina Persada kedatangan murid baru, Marsya (Coralie Gerald). Para warga sekolah semakin sering sering melihat penampakan-penampakan yang membuat bulu kudu kuduk berdiri, yakni berupa potongan-potongan tubuh. Sang satpam sekolah (Aming), guru favorit (Indra Birowo) hingga guru paling killer (Suti Karno), semua ketakutan dengan teror si 'penunggu' toilet.
Akhirnya, Marya sadar bahwa ialah yang diincar oleh setan penunggu toilet ini. Ia harus menuntaskan sebuah dendam, jika Marsya tak mau terus-terusan diteror oleh setan itu. Terlebih lagi, ia tak mau timbul semakin banyak korban di sekolah barunya.
Apakah yang akan dilakukan Marsya agar setan toilet itu tak lagi meneror seluruh isi sekolah? Lalu apa sebenarnya rahasia di balik teror setan toilet tersebut? Silahkan anda menyaksikannya besok. Awas, jangan pernah sendirian, karena sineas kita sangat ahli dalam menakut-nakuti penonton!
Kerja keras, kreatifitas dan tekad mereka yang besar untuk memajukan perfilman dalam negeri memang membanggakan. Berkat kerja keras mereka, bioskop-bioskop di negeri ini tak lagi didominasi oleh film-film impor dari Hollywood, Bollywood, atau dari Asia Timur (Jepang, Taiwan, Korea, China-Mandarin). Film-film kita sudah mulai menunjukan taring. Tapi, itu hanya dari segi kualitas. Jika berbicara pada tataran kualitas tema, isi, serta ide cerita yang diusung oleh film-film buatan dalam negeri, kita masih jauh ketinggalan.
Berlebihan memang jika mengatakan bahwa film-film Indonesia kurang bermutu, demi mengingat ada beberapa film kita yang menda¬pat penghargaan di beberapa ajang berskala besar seperti film Pasir Berbisik Gie, Berbagi Suami, Opera Jawa atau Sampai pada Janji JoniJamila dan Sang Presiden. Tapi, jika kita melihat secara umum, film-film produksi Tanah Air memang kurang bersisi.
Tema-tema yang diangkat terasa monoton dan terkesan mengikut-ikut. Film-film kita banyak yang hanya mengang¬kat tema-tema tema humor serta horor dengan bumbu vulgar seperti Air Terjun Pengantin dan Suster Keramas.
Meskipun beberapa tahun terakhir muncul beberapa film bertema lain seperti, Ayat-ayat Cinta, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi namun Film Horor nampaknya banyak mendominasi industri film sekarang ini. Tren tampaknya memang menjadi suatu keniscayaan bagi kalangan sineas yang kurang produktif. Dan menurut penilaian saya pribadi film-film lokal yang diproduksi belakangan ini, maka kita akan melihat betapa tidak produktifnya ide/tema yang digarap dalam film-film tersebut.
Seperti halnya dengan film Toilet 105 yang akan dirilis di Bioskop mulai 14 Januari 2010 besok. Berikut adalah sinopsisnya :
Toilet umum biasanya tidak selalu bersih dan wangi, maklum namanya toilet umum, sehingga digunakan banyak orang. Tapi berbeda dengan toilet yang dimiliki oleh SMU Bina Persada. Selalu wangi dan bersih, dan jadi favorit, tak hanya siswa-siwa tapi juga 'penghuni' lainnya, yakni makhluk halus.
Okta (Ricky Harun), Ical (Lionil Tikoalu), dan Rio (Rizky Putra) adalah para siswa SMU Bina Persada yang selalu mendapat teror dari 'penghuni' toilet itu.
Dan teror itu pun semakin gencar ketika SMU Bina Persada kedatangan murid baru, Marsya (Coralie Gerald). Para warga sekolah semakin sering sering melihat penampakan-penampakan yang membuat bulu kudu kuduk berdiri, yakni berupa potongan-potongan tubuh. Sang satpam sekolah (Aming), guru favorit (Indra Birowo) hingga guru paling killer (Suti Karno), semua ketakutan dengan teror si 'penunggu' toilet.
Akhirnya, Marya sadar bahwa ialah yang diincar oleh setan penunggu toilet ini. Ia harus menuntaskan sebuah dendam, jika Marsya tak mau terus-terusan diteror oleh setan itu. Terlebih lagi, ia tak mau timbul semakin banyak korban di sekolah barunya.
Apakah yang akan dilakukan Marsya agar setan toilet itu tak lagi meneror seluruh isi sekolah? Lalu apa sebenarnya rahasia di balik teror setan toilet tersebut? Silahkan anda menyaksikannya besok. Awas, jangan pernah sendirian, karena sineas kita sangat ahli dalam menakut-nakuti penonton!
Selama kuasa pasar dan politik kapitalisme masih memainkan peran yang besar di hampir setiap lini kehidupan di negeri ini, kecil harapan industri perfilman Tanah Air akan terus berkembang. Industri perfilman Indonesia hanya akan berjalan di tempat. Jumlah film yang dihasilkan memang besar, namun dari segi kualitas, terkesan kurang berisi dan monoton. Pun, miskin nilai edukasi.
Mohon maaf… itu hanya sekedar penilaian pribadi saya.
Bagaimana dengan penilaian anda? Silahkan share di kotak komentar di bawah.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori
Film
/
Opini
/
Resensi
/
Toilet 105
dengan judul
FILM TOILET 105
. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL
https://sisatruk.blogspot.com/2010/01/film-toilet-105.html
.
Artikel Terkait Film , Opini , Resensi , Toilet 105
Ditulis oleh:
Pramudya Ksatria Budiman
-
Rating : 4.5
Belum ada komentar untuk " FILM TOILET 105 "
Post a Comment
Beri komentar anda.