Pagi itu , Saya terbujuk keinginan si Kecil untuk menangkap Jangkrik di sekitar rumah. Seusai hujan kemudian matahari sedikit bersinar, jangkrik banyak dijumpai lompat-terbang di sana-sini.
Saya tahu bahwa perkenalan pertama si Kecil dengan binatang jenis itu adalah lewat televisi tentang bocah yang sering berpetualang dan menangkap binatang kecil seperti jangkrik.
Cukup lama, Saya belum mendapatkan seekor pun. Pergerakan jangkrik sangat lincah bila dibandingkan dengan gerakan saya . Saya sudah merasa capek, melangkah ke sana kemari sembari membungkuk mencari Jangkrik. Tapi saya tetap berusaha bersabar.
Saya terhibur dengan semangat si kecil untuk menangkap binatang lucu itu.
Tiba-tiba muncul dalam pikiran saya, mengapa waktu seperti ini saya tidak gunakan untuk membaca buku, koran, atau ngeblog...... Tentunya banyak informasi yang terlewatkan serta kesetiaan teman2 berkunjung di blog saya belum bisa terbalas. Dibanding menangkap jangkrik seperti ini.
Tapi si Kecil tampaknya sungguh gembira berlari ke sana-sini mengejar jangkrik yang berlompatan di sekitar pematang sawah. Eits, bukankah ini kesempatan yang mahal? melihat bagaimana ia bergembira adalah suatu kebahagian tersendiri dalam hati saya. Kegembiraan yang ia rasakan menular ke perasaan saya .
Oya, tepat sekali, Saya pernah membaca sebuah artikel laporan penelitian mengungkapkan bahwa kegembiraan seseorang dengan cepat menular kepada orang lain.
Kegembiraan berdampak sistemik yang positif kepada orang yang ada di sekitar kita. Berbeda dengan kemurungan dan kesedihan seseorang, tidak cepat berdampak kepada orang lain.
Saya belum dapat menangkap seekor pun. Namun saya sangat bersyukur "merasakan" hal seperti ini. Saya dapat melihat berbagai jenis rumput, tumbuhan liar, berbagai jenis batu, bunga kecil, bulu bunga, cacing, kadal, siput, kupu-kupu, daun kering, dan mencium bau tanah segar.
O, benarlah apa yang dikatakan Conficius bahwa semua ciptaan Tuhan di dunia mengandung keindahan tetapi hanya segelintir orang yang bisa dan mempunyai kesempatan merasakannya. Luangkan waktu untuk mendapatkan keindahan-keindahan itu. Berjalanlah kalian di muka bumi….
Saya jadi kian bersemangat membantu si Kecil menangkap Jangkrik. Terkadang saya berpura-pura menjatuhkan diri, membuatnya tertawa-tawa. Benar, ini adalah kesempatan yang mahal. Ini adalah kegembiraan yang tertular di antara saya dan si Kecil dan nampaknya matahari pun yang mulai meninggi tertawa gembira melihat suasana kebersamaan kami.
Saya teringat sebuah kisah tentang seorang ayah yang sangat sibuk. Suatu hari, putranya yang berusia lima tahun merengek untuk dimandikan oleh sang ayah, sekali saja. Namun sang ayah tak punya waktu untuk itu. Ia hanya mengusap rambut putranya kemudian melesat pergi ke tempat kerja.
Menjelang malam, sang ayah dikabari putranya demam tinggi. Sang ayah tetap melanjutkan aktivitasnya dan yakin istrinya dapat menangani masalah itu, lantaran pikirnya, itu demam biasa. Tiga jam kemudian, ia mendapat kabar putranya telah meninggal dunia.
Ketika ikut memandikan jenazah putranya, sang ayah itu tersentak. Pagi ketika akan berangkat kantor anaknya merengek untuk dimandikan. Sekarang, ia memandikan tapi dalam kondisi sang anak sudah tidak bernyawa. Menangislah sang ayah, sembari mengatakan berulang-ulang, "Ayah tengah memandikanmu, Sayang…."
Beberapa saat, saya dapat menangkap seekor jangkrik yang besar. Dengan suka cita si Kecil segera memasukkannya ditempat yang sudah disediakan.
Terima kasih banyak Tuhan, saya sudah diberikan suasana kegembiraan dengan si Kecil yang akhir-akhir ini hampir kami lupakan.
Saya tahu bahwa perkenalan pertama si Kecil dengan binatang jenis itu adalah lewat televisi tentang bocah yang sering berpetualang dan menangkap binatang kecil seperti jangkrik.
Cukup lama, Saya belum mendapatkan seekor pun. Pergerakan jangkrik sangat lincah bila dibandingkan dengan gerakan saya . Saya sudah merasa capek, melangkah ke sana kemari sembari membungkuk mencari Jangkrik. Tapi saya tetap berusaha bersabar.
Saya terhibur dengan semangat si kecil untuk menangkap binatang lucu itu.
Tiba-tiba muncul dalam pikiran saya, mengapa waktu seperti ini saya tidak gunakan untuk membaca buku, koran, atau ngeblog...... Tentunya banyak informasi yang terlewatkan serta kesetiaan teman2 berkunjung di blog saya belum bisa terbalas. Dibanding menangkap jangkrik seperti ini.
Tapi si Kecil tampaknya sungguh gembira berlari ke sana-sini mengejar jangkrik yang berlompatan di sekitar pematang sawah. Eits, bukankah ini kesempatan yang mahal? melihat bagaimana ia bergembira adalah suatu kebahagian tersendiri dalam hati saya. Kegembiraan yang ia rasakan menular ke perasaan saya .
Oya, tepat sekali, Saya pernah membaca sebuah artikel laporan penelitian mengungkapkan bahwa kegembiraan seseorang dengan cepat menular kepada orang lain.
Kegembiraan berdampak sistemik yang positif kepada orang yang ada di sekitar kita. Berbeda dengan kemurungan dan kesedihan seseorang, tidak cepat berdampak kepada orang lain.
Saya belum dapat menangkap seekor pun. Namun saya sangat bersyukur "merasakan" hal seperti ini. Saya dapat melihat berbagai jenis rumput, tumbuhan liar, berbagai jenis batu, bunga kecil, bulu bunga, cacing, kadal, siput, kupu-kupu, daun kering, dan mencium bau tanah segar.
O, benarlah apa yang dikatakan Conficius bahwa semua ciptaan Tuhan di dunia mengandung keindahan tetapi hanya segelintir orang yang bisa dan mempunyai kesempatan merasakannya. Luangkan waktu untuk mendapatkan keindahan-keindahan itu. Berjalanlah kalian di muka bumi….
Saya jadi kian bersemangat membantu si Kecil menangkap Jangkrik. Terkadang saya berpura-pura menjatuhkan diri, membuatnya tertawa-tawa. Benar, ini adalah kesempatan yang mahal. Ini adalah kegembiraan yang tertular di antara saya dan si Kecil dan nampaknya matahari pun yang mulai meninggi tertawa gembira melihat suasana kebersamaan kami.
Saya teringat sebuah kisah tentang seorang ayah yang sangat sibuk. Suatu hari, putranya yang berusia lima tahun merengek untuk dimandikan oleh sang ayah, sekali saja. Namun sang ayah tak punya waktu untuk itu. Ia hanya mengusap rambut putranya kemudian melesat pergi ke tempat kerja.
Menjelang malam, sang ayah dikabari putranya demam tinggi. Sang ayah tetap melanjutkan aktivitasnya dan yakin istrinya dapat menangani masalah itu, lantaran pikirnya, itu demam biasa. Tiga jam kemudian, ia mendapat kabar putranya telah meninggal dunia.
Ketika ikut memandikan jenazah putranya, sang ayah itu tersentak. Pagi ketika akan berangkat kantor anaknya merengek untuk dimandikan. Sekarang, ia memandikan tapi dalam kondisi sang anak sudah tidak bernyawa. Menangislah sang ayah, sembari mengatakan berulang-ulang, "Ayah tengah memandikanmu, Sayang…."
Beberapa saat, saya dapat menangkap seekor jangkrik yang besar. Dengan suka cita si Kecil segera memasukkannya ditempat yang sudah disediakan.
Terima kasih banyak Tuhan, saya sudah diberikan suasana kegembiraan dengan si Kecil yang akhir-akhir ini hampir kami lupakan.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori
Curhatku
/
Opini
/
Renungan
dengan judul
KEGEMBIRAAN SISTEMIK
. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL
https://sisatruk.blogspot.com/2010/03/kegembiraan-sistemik.html
.
Artikel Terkait Curhatku , Opini , Renungan
Ditulis oleh:
Pramudya Ksatria Budiman
-
Rating : 4.5
Belum ada komentar untuk " KEGEMBIRAAN SISTEMIK "
Post a Comment
Beri komentar anda.