Bukan Pakar SEO Ganteng

Mencari Sosok Panutan


Umat manusia diciptakan hanya dua alternatif, tidak ada alternatif ketiga atau pada posisi antar keduanya, yaitu menjadi pemimpin atau yang dipimpin.

Dalam Islam disebut sebagai Jamiyyatul muslimin, berada di luar itu berarti di luar sistem. Syariat Islam mengatur bagaimana beribadah kepada Allah sesuai dengan keteladanan pemimpin dan pemimpin berkewajiban menjaga keselamatan umat dalam beribadah kepada Allah.

Kondisi dewasa ini seperti anak ayam kehilangan induk, hiruk-pikuk tak tahu arah. Mengapa demikian? Jawabannya sederhana tetapi sangat sulit sekali terwujud karena sekarang ini mencari seorang figur sosok pemimpin yang sekaligus teladan itu seperti mencari benda di bawah reruntuhan puing-puing bangunan yang hancur karena gempa.

Banyak orang yang mengaku dan menempatkan diri sebagai pemimpin, baik formal maupun nonformal karena ambisinya untuk menduduki jabatan itu maka harus ditempuh dengan cara-cara yang tidak wajar. Bagaimana mungkin mereka bertanggung jawab atas beban yang menjadi tanggung jawabnya.

Lalu seperti apa sosok pemimpin yang diharapkan? Allah berfiman:

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin,” (QS.At-Taubah: 128).


Dalam peristiwa menghadapi perang Badar, Nabi dan umat Islam secara serempat bersama-sama bekerja bakti menggali parit, di situ tiada yang nampak mana pemimpin dan mana yang dipimpin, mana yang kelas menengah ke atas mana yang akar rumput. Pemimpin tidak memilih pekerjaan yang ringan-ringan. Bahkan ketika didapati sebuah batu yang tidak mampu dipecahkan oleh para sahabat pekerjaan itu diambil alih oleh Rasulullah.

Tidak hanya perasaan hatinya yang ikut hanyut terbawa penderitaan bawahannya dan berupaya cepat mengatasi penderitaan rakyat, maka menanamkan rasa kasih sayang terhadap sesama mukmin adalah penjelmaan keperibadian sosok pemimpin yang jujur sekaligus sebagai teladan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari seorang pemimpin, walaupun tidak mungkin bisa menyejajari sifat utama para Nabi, tetapi ini wajib dimiliki pemimpin teladan. Pertama, sidik atau berkata dan berbuat benar. Kedua, amanah bisa dipercaya, artinya semua amanat yang untuk rakyat. Ketiga, tablig, segala kebenaran harus sampai di tengah-tengah rakyat atau transparan. Keempat, fathanah cepat dan tepat mengambil keputusan demi kepentingan rakyat.

Lalu bagaimana dengan cerita tentang penegakan hukum dan aparatnya di negeri ini ?. Masih sering tersiar kabar tentang aksi-aksi perusakan atau penyerangan terhadap pos-pos atau kantor polisi. Menurut para ahli sebagaian besar hal tersebut merupakan buah dari makin berkurangnya rasa kepercayaan masyarakat terhadap polisi sebagai aparat penegak hukum.

Rasa ketidakpercayaan tersebut terakumulasi, dan ujung-ujungnya masyarakat kita cenderung melampiaskan kekecewaannya dengan main hakim sendiri. Belum lagi permasalahan mafia hukum yang menambah citra buruk kepolisian negeri ini.

Bahkan salah seorang tataran pimpinan polri, justru didakwa kasus penyuapan saat sedang berkoar-koar mengungkap kasus mafia hukum. Lagi-lagi sepertinya kita butuh sosok teladan di sini. Jika kita membuka kembali lembaran-lembaran sejarah bangsa ini, tepatnya pada zaman orde baru, dalam dunia kepolisian, nama Hoegeng tentunya tak asing lagi.

Beliau sekiranya dapat menjadi sosok teladan bagi aparat hukum negeri ini. "Di Indonesia hanya ada dua polisi yang tidak bisa disuap, yaitu polisi tidur dan Hoegeng", begitulah kira-kira ungkapan Gus Dur untuk memberikan gambaran tentang Hoegeng.

Hidup bersahaja dan di dalam menegakkan hukum tak pandang bulu. Bahkan ia berani mengusut kasus penyelundupan mobil mewah di mana pelakunya disebut-sebut dekat dengan keluarga cendana.

Beliau merupakan sosok yang jujur serta konsisten dalam menjalankan tugasnya sebagai aparat penegak hukum. Akan tetapi karena kejujuran serta kekonsistenannya tersebut beliau diberhentikan dari kapolri sebelum habis masa jabatannya. Patutlah ia menjadi sosok teladan bagi lembaga kepolisian negeri ini dan juga bagi masyarakat.


laptop gratis


Kita sudah ketahui bersama bahwa beberapa hari yang lalu, Komisi III DPR akhirnya secara aklamasi menyetujui Komjen Polisi Timur Pradopo sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia menggantikan Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri. Keputusan ini diambil usai uji kelayakan dan kepatutan yang berlangsung selama hampir 11 jam.

Beberapa fraksi memberikan catatan khusus sebelum Timur dilantik menjadi Kapolri. Anatara lain Kapolri harus bisa melakukan reformasi di dalam tubuh Kepolisian dan tidak boleh terjebak sebagai alat kekuasaan dalam pemilu. Timur harus mampu meminimalisasi korupsi yang masih menyelimuti Polri di empat zona rawan korupsi yakni pelayanan, perizinan, zona fiskal, dan zona manajemen personalia.

Semoga saja Komjen Pol Timur Pradopo dapat berbuat yang lebih baik sehingga menjadi sosok panutan yang sudah lama dirindukan. Amin…..

Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Kapolri / Renungan / Timur Pradopo dengan judul Mencari Sosok Panutan . Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://sisatruk.blogspot.com/2010/10/mencari-sosok-panutan.html .

Artikel Terkait Kapolri , Renungan , Timur Pradopo

Ditulis oleh: Pramudya Ksatria Budiman - Rating : 4.5

Belum ada komentar untuk " Mencari Sosok Panutan "

Post a Comment

Beri komentar anda.