Bukan Pakar SEO Ganteng

Sepak Bola: Dari, Oleh, Untuk Rakyat


KOMPAS.com - Suporter menjadi benang merah dalam konstelasi sistem pembinaan pemain muda,  kebijakan finansial itu, dan tim nasional Jerman. Suporter yang notabene adalah masyarakat Jerman dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan klub, dengan kebijakan  kepemilikan klub, yaitu 51 persen saham harus dimiliki suporter, melalui program keanggotaan klub.


Dengan begitu, tak ada entitas tunggal yang menguasai klub. Konsekuensinya adalah tak ada kucuran dana dan aktivitas transfer masif dari pemilik, seperti di Manchester City, Blackburn Rovers, atau Chelsea. Di sisi lain, kebijakan ini meniadakan risiko sebuah klub jatuh ke tangan asing.


Vfl Wolfsburg dan Bayer 04 Leverkusen menjadi pengecualian. Pada dua klub tersebut, saham terbesar dimilik Volkswagen yang bermarkas di Wolfsburg dan  dan Bayer Pharmaceuticals yang bermarkas di Leverkusen. Dengan kata lain, kedua klub itu masih dimiliki entitas yang berasal dari komunitas yang sama.


Kedua perusahaan itu bisa menjadi pemegang saham mayoritas setelah membuktikan komitmennya dengan menanamkan dan mempertahankan sahamnya secara terus-menerus di klub itu selama 20 tahun lebih.


“Bayer Leverkusen dan Wolfsburg adalah pengecualian. Jika sebuah perusahaan mendukung kegiatan sepak bola di sebuah klub selama 20 tahun lebih, mereka diizinkan membeli saham sehingga menjadi pemegang saham mayoritas,” jelas Seifert.


“Gagasannya adalah sebuah perusahaan telah membuktikan diri kepada suporter dan liga bahwa mereka serius berpartisipasi, bukan menganggap ini mainan atau memberikan suntikan dana untuk sementara waktu yang bisa  berubah dari waktu ke waktu,” sambungnya.


Dengan menjadi pemilik sepak bola Jerman, suporter tak diperlakukan sebagai sapi perah. Harga tiket pertandingan diperhitungkan dengan cermat sehingga bisa dijangkau sebanyak mungkin orang.


“Klub tidak menuntut uang lebih (dari suporter). Itu bukan kultur klub (untuk menaikkan harga tiket). Mereka berorientasi kepada suporter. Pendapatan Bundesliga 350 juta euro lebih sedikit dibandingkan Premier League. Namun, Anda tak bisa menaikkan harga tiket dalam hitungan hari,” ulas Seifert.


Pada kesempatan berbeda, Seifert mengatakan, “Anda memiliki investor besar dan serius, tetapi pertanyaannya adalah apa yang terjadi jika Anda mendapatkan investor yang mungkin hanya punya minat untuk jangka pendek. Siapa yang akan membeli saham mereka? Liga lebih memilih memastikan bahwa kompetisi secara keseluruhan menjadi lebih kuat dan investasi itu membantu lebih dari satu klub, yang mungkin bagus untuk suporter, tetapi buruk untuk kompetisi secara keseluruhan.”


Menambahkan itu, Frick menjelaskan, “Saya pernah bertanya kepada banyak ofisial klub: ‘Kenapa Anda tak menaikkan harga tiket hingga kursi pertama di stadion tetap kosong?’ Jawaban pertama mereka selalu adalah mereka akan kehilangan uang dari sponsor, karena sponsor ingin melihat stadion penuh.”


Arsenal adalah klub Premier League dengan harga tiket musiman termahal. Mereka mematok harga tiket musiman dengan harga antara 985 poundsterling hingga hampir 2.000 poundsterling. Terlalu mahal untuk mengingat mereka tak menjuarai apa-apa sejak 2005.


Wigan Athletic adalah klub Premier League dengan harga tiket musiman termurah, dengan harga tiket musiman termurah sekitar 300 poundsterling. Dengan harga sebesar itu, jumlah penonton rata-rata DW Stadium hanya mencapai 17.000. Padahal, stadion itu berkapasitas 25.000.


Di Bundesliga, harga tiket musiman untuk menyaksikan Borussia Dortmund atau Bayern Muenchen mencapai kurang dari 300 poundsterling. Hasilnya, Premier League menduduki peringkat kedua dalam daftar jumlah rata-rata penonton tertinggi pada 2011-2012, dengan rata-rata sekitar 34.000 penonton per pertandingan. Bundesliga menjadi yang pertama, dengan rata-rata sekitar 45.000 penonton pertandingan.


Jumlah tiket musiman juga dibatasi, supaya pertandingan sepak bola disaksikan oleh semakin banyak orang berbeda. Jatah sepuluh persen dari total kapasitas stadion tim tuan rumah merupakan suporter tim lawan. 


Pendapatan tiket ditambah pemasukan dari sponsorship dan hak siar, menurut laporan keuangan 2011-2012 yang dirilis DFL pada Rabu (23/1/2013), 18 klub Bundesliga membukukan keuntungan kolektif setelah dipotong pajak sebesar 55 juta euro dan pendapatan kolektif sebesar 2,08 miliar euro.


Pendapatan kolektif itu naik sebesar 7,2 persen dibanding 2010-2011, dengan 14 dari 18 klub membukukan keuntungan. Pada musim 2009-2010, tujuh klub membukukan keuntungan dan pada musim 2010-2011, 12 klub membukukan keuntungan.


Sementara itu, 18 klub Bundesliga 2 membukukan pendapatan sebesar 384,5 juta euro atau naik 7,4 persen dibanding musim 2010-2011.


Peningkatan itu tak lepas dari membaiknya sistem pembinaan pemain muda, yang membantu klub memangkas anggaran belanja dan gaji pemain.


Artikel Sebelumnya
Melihat Bundesliga dengan Dua Mata (1)

Melihat Bundesliga dengan Dua Mata (2)

Melihat Bundesliga dengan Dua Mata (3)


Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Bola dengan judul Sepak Bola: Dari, Oleh, Untuk Rakyat . Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://sisatruk.blogspot.com/2013/02/sepak-bola-dari-oleh-untuk-rakyat.html .

Artikel Terkait Bola

Ditulis oleh: Unknown - Rating : 4.5

Belum ada komentar untuk " Sepak Bola: Dari, Oleh, Untuk Rakyat "

Post a Comment

Beri komentar anda.