Tradisi Corat-Coret adalah Budaya Kebablasan
Tradisi Corat-Coret adalah Budaya Kebablasan
Tradisi Corat-Coret adalah Budaya Kebablasan
Tradisi Corat-Coret adalah Budaya Kebablasan
Perlu disadari bahwa tradisi itu sebenarnya sudah mencerminkan kita sebagai generasi yang penuh dengan sifat hura-hura dan tidak mempedulikan orang lain. Bukankah lebih baik baju seragam itu dikumpulkan dan nantinya disumbangkan kepada adik kelas atau mereka yang lebih membutuhkan?
Kebiasaan corat-coret seragam kerap berlanjut dengan kegiatan konvoi sepeda motor di jalan raya. Hal ini meninggalkan kesan yang berlebihan dalam meluapkan kegembiraan.
Bagi sebagian orang, memang perlu melepaskan ekspersi setelah sekian bulan waktu fokus belajar, ikut bimbingan belajar dan sebagainya. Namun, tidak mesti melepaskan ekspresi dengan kebablasan seperti corat-coret dan konvoi di jalanan yang dapat membahayakan nyawa sendiri maupun orang lain.
Alangkah baiknya aksi hura-hura sejenak itu diganti dengan kegiatan yang lebih positif, misalnya tetap menggelar adegan corat-coret, tetapi di atas kain putih sepanjang 15 meter. Nantinya, spanduk penuh dengan tanda tangan siswa itu akan dipajang di sekolah. Ataukah menggelar acara menari bersama di lapangan sekolah. Yang menjadi pertanyaan, sampai kapan tradisi corat-coret baju ini bisa dihilangkan? Pekerjaan berat bagi Guru...... terutama saya tentunya...
Belum ada komentar untuk " Corat-Coret Usai Pengumuman Ujian Nasional adalah Budaya Kebablasan "
Post a Comment
Beri komentar anda.