TEMPO.CO, Jakarta - Aktris Ine Febriyanti mengaku sedikit kesulitan ketika diminta untuk membacakan sepotong cerita dari novel karya Leila S. Chudori. Ia justru merasa tidak terbiasa ketika harus menceritakan potongan novel berjudul Pulang dengan membacanya.
"Kesulitannya itu karena membaca. Saya, kan, biasanya perform tanpa teks," kata Ine setelah acara peluncuran novel Pulang di Goethe Institute, Jakarta, pada Rabu, 12 Desember 2012.
Maklum saja, wanita 36 tahun ini sedikit kagok dengan naskah yang harus ia ceritakan. Selain sebagai pemain film, sebenarnya Ine juga aktif dan sering tampil dalam teater-teater yang memang mengharuskannya berekspresi tanpa teks. Ketika di teater pun, ia mengaku lebih bisa memberikan gerakan-gerakan kreatifnya daripada harus duduk membacakan potongan novel. Walau membaca novel juga mengharuskannya dengan ekspresi.
Ine tampil malam itu untuk membacakan cuplikan cerita tentang tokoh Surti Anandari. Surti diceritakan sebagai korban peristiwa tahun 30 September 1965. Ia ditinggal mati oleh suaminya yang tewas dalam konflik tragis sejarah itu. Ia menderita lahir batin melindungi ketiga anaknya saat harus diinterogasi oleh tentara-tentara yang memperlakukannya dengan keji.
Sedikit ketidakmulusan cukup terlihat pada awal pembacaan. Entah memang karena tidak terbiasa berekspresi dengan membaca naskah atau hal lain. Ine beberapa kali salah ketika menyebut kata "interogasi" menjadi "intograsi". Namun, kesalahan kecil itu tidak mengurangi penampilan Ine yang secara umum baik.
Ia mampu mengekspresikan kisah penderitaan seorang wanita sekaligus ibu yang ingin melindungi keluarganya. Dengan logat seperti wanita lugu, Ine membacakan kisah itu sembari memainkan intonasi suara dan ekspresi wajah serta kecepatan membacanya. Bahkan, sang penulis novel, Leila mengaku deg-degan ketika mendengar kisah Surti yang hendak diperkosa oleh salah satu introgator tentara itu. "Saya sampai berdebar ketika tadi dibacakan Ine," kata Leila dari atas panggung.
Pulang menceritakan tentang Dimas Suryo, seorang eksil politik Indonesia bersama ketiga sahabatnya yang terhadang pergi ke Indonesia setelah meletusnya peristiwa 30 September 1965. Paspor mereka dicabut. Latar novel ini pun berganti ke bulan Mei 1968 tentang gerakan berkecamuk di Paris. Kemudian berlanjut ke Mei 1998 di Indonesia dan jatuhnya Presiden Indonesia yang sudah berkuasa 32 tahun.
Novel Pulang mulai ditulis pada 2006-2012. Leila dua kali ke Paris untuk mewawancarai eksel politik yang mendirikan Restoran Indonesia dan mendapatkan buku-buku serta literatur untuk membantu penulisan novelnya itu.
MITRA TARIGAN
Belum ada komentar untuk " Ine Febriyanti Buat Laila Chudori Deg-Degan "
Post a Comment
Beri komentar anda.