TEMPO.CO, Jakarta - Pada 1939 silam, rumah produksi Metro-Goldwyn-Mayer meluncurkan film petualangan The Wizard of Oz. Disadur dari novel The Wonderful The Wizard of Oz karangan L. Frank Baum, film ini bercerita soal gadis cilik, Dorothy, dan anjingnya, Toto, yang terjebak di Negeri Oz. Bersama Scarecrow si orang-orangan sawah, Tin Man si manusia kaleng, dan Cowardly Lion sang singa, Dorothy serta Toto mengembara mencari Oz sang penyihir.
Kini, Walt Disney Pictures kembali mendatangkan Oz ke hadapan penonton dalam film Oz the Great and Powerful. Meski mengambil cerita lama, sutradara Sam Raimi benar-benar menyajikan Oz dari sudut pandang yang berbeda. Kali ini tak ada Dorothy, Toto, Cowardly Lion, dan Tin Man. Untuk Scarecrow, Raimi masih mencantumkannya, namun dengan peran berbeda dari film terdahulu.
Kalau tak ada Dorothy, lalu siapa yang berpetualang di Negeri Oz? Tak lain adalah si Oz sendiri. Di kota kelahirannya, Kansas, Oz (James Franco) menjadi pesulap gadungan. Ia juga seorang pembohong besar dan perayu ulung. Tapi, di Negeri Oz, ia dianggap sebagai penyihir besar yang diramalkan akan menyelamatkan tanah itu dari penyihir jahat.
Sejak layar bioskop menampilkan gambar awal Oz the Great and Powerful, Raimi telah memukau mata penonton. Tidak seperti film masa kini yang memakai seluruh permukaan layar yang panjang, Sam Raimi menampilkan gambar dalam bentuk persegi. Menyisakan ruang hitam di kanan-kiri layar. Dengan warna hitam-putih, pembuka Oz the Great and Powerful mirip film zaman dulu. Atau seperti sutradara Michel Hazanavicius menayangkan The Artist.
Sebelum Oz the Great and Powerful, Sam Raimi terlebih dulu menyutradarai trilogi Spider-Man, yang diperankan Tobey Maguire. Tapi efek tiga dimensi Oz the Great and Powerful lebih terasa. Semburan api dari seorang pemain sirkus yang melewati layar persegi, masuk ke ruang hitam pada kelir, seakan membuat api itu mengarah ke penonton. Apalagi waktu Oz meluncuri air terjun. Sekejap, penonton berasa tengah menumpang kereta roller coaster.
Waktu Oz sampai di Negeri Oz, suasananya seperti tengah menonton babak pembuka Life of Pi. Ketika Pi bercerita soal kelahirannya. Yang beda, Life of Pi menunjukkan aneka hewan dengan ciri khas suaranya. Sedangkan Oz memperlihatkan pelbagai tanaman dan keindahan warnanya.
Semakin masuk ke babak selanjutnya, ada beragam kemiripan tokoh atau adegan dengan film lain. Ada monyet yang berjanji berutang nyawa ke Oz hingga nyawanya habis, seperti Dobby kepada Harry Potter. Ada pula apel beracun mirip cerita Putri Salju. Atau ritual mandi koin di bukit uang layaknya Paman Gober. Meski serupa, tapi Sam Raimi mengemas semuanya dengan apik dan menarik.
Visualisasi Oz the Great and Powerful semakin tak lazim ketika gambar persegi tiba-tiba memanjang, memenuhi layar, dengan beragam warna. Perubahan ini begitu perlahan, hingga penonton bisa saja tak menyadarinya. Di sini, visual Oz tampak seperti Charlie and the Chocolate Factory. Enak di mata.
Soal cerita, Sam Raimi berhasil mengocok perut penonton. Tak habis-habisnya suara tawa bergema di ruang bioskop. Ia pun menebar pelbagai kejutan dalam ceritanya. Tanpa membawa genre musikalisasi, garapan Sam Raimi ini begitu menghibur hati. Plot The Wizard of Oz pun diputarbalikan. Si jahat menjadi baik, tokoh utama menjelma pemeran pembantu, dan babak awal menjadi penutup cerita. Bahkan ia menghapus lagu Over the Rainbow, yang terus dinyanyikan Dorothy di The Wizard of Oz.
Oz the Grat and Powerful
Produser: Joe Roth.
Berdasarkan: Novel The Oz, karya L. Frank Baum.
Pemain: James Franco, Mila Kunis, Rachel Weisz, dan Michelle Williams.
Didistribusikan: Walt Disney Pictures
Durasi: 130 minutes
Genre: Petualangan, fantasi.
CORNILA DESYANA
Belum ada komentar untuk " Berfantasi Bersama Oz the Great and Powerful "
Post a Comment
Beri komentar anda.