Bukan Pakar SEO Ganteng

Benarkah Indonesia Butuh Pemimpin Seperti Soeharto ?



Jelang pemilu nasional tahun depan kini telah mencuat ke permukaan siapa siapa saja calon presiden indonesia periode 2014-2019, sebut saja dari partai golkar ada aburizal bakrie, dari PDIP ada buk megawati, dan dari gerindra ada pak prabowo subianto, namun itu masih belum final karena masih banyak calon presiden yang akan muncul di pemilu tahun depan.

namun dengan gejolak politik di indonesia akhir akhir ini, banyak terdengar suara suara kecil dari rakyat yang menginginkan pemerintahan seperti soeharto yang tegas, bijaksana namun tidak otoriter dan masih dalam batas batas demokrasi, intinya indonesia saat ini butuh pemimpin yang tegas, berani, tidak pengecut.

soeharto dikenal dengan pemimpin indonesia yang otoriter, tapi kita tidak bisa menyalahkan sistem pemerintahan soeharto, kadang di dalam pemerintahan si suatu negara kita membutuhkan sikap otoriter, namun sikap otoriter harus seimbang dengan demokrasi yang mencerminkan indonesia.

namun kini dengan banyaknya gejolak politik di negara negara tetangga, sebut saja malaysia, pihilpines, korea utara, china, japan, dan negara negara di asia pasifik lainnya, kini dianggap mengancam kedaulatan indonesia, belum lagi gerakan saparatis di indonesia seperti OPM, GAM, yang saat ini status nya meningkat alias membahayakan.

kini mulai banyak suara dari rakyat kecil yang menginginkan pemerintahan yang tegas yang memiliki jiwa berani, berani menggertaak negara lain yang melecehkan kedaulatan indonesia, berani mengancam negara lain, dan berani mengambil keputusan yang sulit.

Siapakah Calon Yang Identik Dengan Soeharto?



berikut hasil survey elektebilitas calon presiden yang membuktikan indonesia butuh pemimpin yang tegas saat ini.


seperti yang dilansir rmol.co - Survei SMRC ini sebenarnya bukan survei nasional. Survei hanya dilakukan di DKI Jakarta yang berbarengan dengan survei pilgub DKI. Responden yang dianalisis sebanyak 501 orang dengan margin of errof plus minus 4,5 persen.

Posisi puncak capres dipegang Prabowo Subianto dengan dukungan 19,1 persen. Kemudian disusul oleh Megawati dan Aburizal Bakrie di posisi dua dan tiga dengan dukungan 10,1 persen dan 10 persen. Posisi empat ditempat Jusuf Kalla dengan dukungan 6,5 persen.

Nama-nama calon alternatif seperti Dahlan Iskan, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sri Mulyani, dan Mahfud MD masih berada di bawah. Elektabilas tertinggi dipegang Dahlan dengan dukungan 5,6 persen. Sementara Sultan hanya 4,9 persen, Sri Mulyani 1,6 persen, dan Mahfud hanya 1,4 persen.

“Ini adalah survei semi tertutup. Kita sodorkan sejumlah nama dan hasilnya seperti ini,” ujar CEO SMRC Grace Natalie di Jakarta, kemarin.

Namun begitu, Grace manyatakan, calon alternatif masih punya peluang besar. Hasil survei SMRC nasional Juli lalu menunjukkan, undecided voters alias yang belum menentukan pilihan berjumlah 60 persen. Jika calon alternatif bisa merebut simpatik warga, bukan tidak mungkin elektabilitasnya bisa menyodok ke papan atas. “Peluang masih terbuka.”

Soal tingginya elektabilitas Prabowo, Grace agak heran. Soalnya, Prabowo punya catatan kasus pelanggaran HAM dan penculikan aktivis pada 1997. “Dia (Prabowo) diberhentikan sebagai perwira TNI karena dinilai bertanggung jawab atas peristiwa 1997. Ini keputusan Dewan Kehormatan TNI. Ini pelanggaran HAM serius,” ujar Grace.

Banyak yang mengatakan prabowo terlibat dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia, tapi saya rasa itu tidak benar, kopassus sering dikait kait kan dengan pelanggaran HAM, padahal kopasus adalah tentara terbaik indonesia, yang saat ini tidak di pandang lagi, dan saat nya kita jadikan presiden anggota kopasus, yaitu prabowo subianto.

berikut track record prabowo subianto yang bisa kita pertimbangkan menjadi pilihan kita di pilpres tahun depan, seperti yang dilansir wikipedia.

Operasi Penangkapan Presiden Fretilin Nicolau Lobato
Pada bulan Desember 1978, Kapten Prabowo memimpin pasukan Den 28 Kopassus yang ditugaskan untuk membunuh pendiri dan wakil ketua Fretilin, yang pada saat itu juga menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Timor Leste, Nicolau dos Reis Lobato. Lobato tewas setelah tertembak di perut saat bertempur di lembah Mindelo, pada tanggal 31 Desember 1978. Karena prestasi ini, Prabowo mendapatkan kenaikan pangkat.

Pelatihan Komando di Fort Benning

Setelah kembali dari Timor Timur, karier militernya Prabowo terus melejit. Pada tahun 1983, Prabowo dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teroris (Gultor) Komando Pasukan Khusus TNI AD (Kopassus). Setelah menyelesaikan pelatihan "Special Forces Officer Course" di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggungjawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara.

Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma 
Salah satu pencapaian Prabowo saat menjadi pimpinan Kopassus adalah Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma. Saat itu, 12 peneliti disekap oleh Organisasi Papua Merdeka.
Pada tahun 1996, Komandan Kopassus Prabowo Subianto memimpin operasi pembebasan sandera Mapenduma. Operasi ini berhasil menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti Ekspediti Lorentz '95 yang disekap oleh Organisasi Papua Merdeka. 5 orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia, sedangkan 7 sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda dan Jerman.

Ekspedisi Gunung Everest.
Pada tanggal 26 April 1997, Tim Nasional Indonesia ke Puncak Everest berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi dunia setelah mendaki melalui jalur selatan Nepal. Tim yang terdiri dari anggota Kopassus, Wanadri, FPTI, dan Mapala UI ini diprakarsai oleh Komandan Jendral Kopassus, Mayor Jendral TNI Prabowo Subianto. Ekspedisi dimulai pada tanggal 12 Maret 1997 dari Phakding, Nepal.
"Waktu itu kita mendengar bahwa Malaysia sudah mencanangkan akan mengibarkan bendera kebangsaan mereka pada tanggal 10 Mei 1997. Saya tidak rela bangsa Indonesia, sebagai bangsa 200 juta jiwa, harus kalah dengan bangsa lain di kawasan kita. Karena mencapai puncak tertinggi di dunia sudah menjadi salah satu tonggak ukuran prestasi suatu bangsa" tulis Prabowo dalam buku 'Di Puncak Himalaya Merah Putih Kukibarkan'.
Keberhasilan ekspedisi ini menjadikan Indonesia negara pertama dari kawasan tropis, sekaligus juga negara di Asia Tenggara pertama yang mencatat sukses menggapai puncak Everest.

beliau memang sering di kait kaitkan dengan aksi sejumlah pelanggaran ham di tanah air, sebut saja aksi penculikan, dan aksi kriminal lainya, namun menurut pakar politik, prabowo hanyalah korban dari penguasa masa lalu (soeharto) karena siapapun harus tunduk di bawah rezim nya soeharto, jadi kita tak bisa menyalahkan aksi prabowo jika ia memang benar benar terlibat dengan aksi pelanggaran ham dan aksi kriminal lainnya.

Dan Dengan segala kemiliteran nya beliau dianggap sangat mirip dengan salah satu pemimpin yang tegas indonesia soeharto, dan banyak rakyat kecil yang berharap ketegasan beliau membawa negeri ini ke puncak ke stabilan politik, tak ada lagi korupsi, tak ada lagi negera lain yang berani melecehkan, dan berani mengambil keputusan di saat genting. semoga saja.

ada tanggapan?
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori PolitikPolitik dengan judul Benarkah Indonesia Butuh Pemimpin Seperti Soeharto ? . Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://sisatruk.blogspot.com/2013/05/benarkah-indonesia-butuh-pemimpin.html .

Artikel Terkait PolitikPolitik

Ditulis oleh: Pramudya Ksatria Budiman - Rating : 4.5

Belum ada komentar untuk " Benarkah Indonesia Butuh Pemimpin Seperti Soeharto ? "

Post a Comment

Beri komentar anda.