Acara silaturahmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di pintu gerbang istana bawa bencana. Korbannya adalah Jhony Malela, tunanetra asal Sulawesi akhirnya tewas setelah terinjak-injak kerumunan warga yang berdesakan mengantri di luar gerbang istana. Jenazahnya langsung dibawa ke RSCM diantar oleh sang istri Euis Rusmayati yang juga tunanetra.
“Iya benar ada yg meninggal di depan karena kecapean,” ujar Petugas Dinas Kesehatan DKI, Teresia Indah Susanti, ketika dihubungi wartawan.
Menurut Indah, Jhony yang berusia 45 tahun, tidak bisa bergerak di antrean tengah warga yang tetap berdesakan dan saling dorong, “Dia nggak bisa mundur karena keinjak-keinjak,” ucapnya.
Ia pun menambahkan, Jhony yang sebelumnya pingsan, sempat diberi oksigen dan bantuan napas oleh tim paramedis sekitar 10 menit. Sayangnya, pria yang tinggal di Cinangka ini keburu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Adapun Biro Rumah Tangga Presiden sebelumnya mengatakan Presiden SBY hanya menerima warga di open house sekitar 1.250 orang dari pukul 15.00-17.00 WIB.
Menyusul kasus silaturahmi presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membawa korban, pihak istana meyakini tidak ada unsur kekerasan dari aparat keamanan.
“Saya sempat menanyakan kepada petugas, apakah mereka melakukan tindakan keras kepada pengunjung, dan mereka mengatakan tidak ada. Malah, petugas sudah membuat kesepakatan dengan pengunjung,” ujar juru bicara presiden, Julian Aldrin Pasha di Jakarta, Jumat (10/9).
Lebih lanjut Julian menuturkan, bahwa dengan rasa prihatin yang dalam, seharusnya silaturahmi dengan presiden tak perlu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. “Ada yang bilang, berita di media online, pengunjung datang itu gara uang angpau 300 ribu. Itu tak benar,” tutupnya.
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turut prihatin atas insiden open house di Istana hingga menimbulkan korban tewas seorang tuna netra. Oleh karena itu, sebagai ungkapan bela sungkawa, SBY menyantuni keluarga korban Rp10 juta. Hal itu disampaikan oleh Kepala Biro Pers dan Media, DJ Nachrowi saat memberikan keterangan di presroom Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (10/9).
Presiden SBY sendiri sudah mendengar adanya kabar telah meninggal warga bernama Joni Malela. Presiden menyampaikan ucapan turut berduka kepada keluarga yang sedalam-dalamnya. "Bapak sangat menghargai dan mengapresiasi keinginan dari almarhum Pak Joni untuk bersilaturahmi dengan Bapak. Meskipun Presiden tidak pernah mengundang secara langsung," tukas Julian.
Sementara itu Direktur Lingkar Madani (LIMA), Ray Rangkuti menegaskan apa yang dilakukan Presiden pada Hari Raya Idul Fitri dengan membagikan angpao bagi warga yang bersilaturrahmi di Istana Negara sebagai langkah untuk mencari simpati tapi dengan cara yang tidak mendidik.
"Seorang Presiden sangat tidak layak melakukan cara-cara seperti itu," kata Ray Rangkuti kepada tribunnews.com, Jakarta, Sabtu (11/9/2010)
Tindakan presiden tersebut juga melegalisasi praktek bagi-bagi uang oleh Kepala Pemerintahan kepada rakyat dengan cara yang sama sekali jauh bahkan tidak ada unsur pendidikan kepada rakyat.
"Selain mereduksi makna silaturrahmi yang memang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Namun dalam suasana lain akan menimbulkan persepsi bahwa praktek pembagian uang adalah sesuatu yang bukan saja lazim tapi merupakan sebuah keharusan," tandasnya.
Lebih lanjut Ray Rangkuti mengatakan, sejatinya Presiden menghormati kehormatan jabatan Presiden dengan bertindak layaknya sebagai presiden yang membuat kebijakan lebih berpihak pada kemandirian bangsa dan di dalamnya ada perlindungan khusus kepada pelaku ekonomi lemah.
"Itulah makna penting jabatan Presiden dan salah satu makna penting dari demokrasi," tegasnya.
Kematian Jhony Malela (45) yang tiba-tiba tidak hanya menyisakan kesedihan bagi keluarga yang ditinggalkan saja. Para penyandang tunanetra pun mengalami kesedihan yang sama. Bahkan sebagai wujud solidaritas, para penyandang tunanetra turut menghadiri upacara pemakaman Jhony Malela.
Ketua Umum Ikatan Tunanetra Muslim Indonesi (ITMI) pusat, Yayat Ruhiat mengatakan kematian Jhony menyisakan kesedihan mendalam bagi para penyandang tunanetra. Pasalnya, kata dia, Jhony sangat dikenal baik di kalangan tunanetra sebagai sosok gigih dan pekerja keras.
Menurut Yayat, almarhum Jhony Malela adalah pengurus ITMI pusat. Bahkan setahun lalu, Jhony dikukuhkan sebagai Ketua ITMI Provinsi Banten.
"Anggota kami dari Banten ada yang sengaja datang menghadiri pemakamannya hari ini. Kami semua sangat kehilangan sosok Pak Jhony," kata Yayat saat ditemui Tribun usai pemakaman, Sabtu (11/92010)
Foto tentang Open House ini dapat dilihat disini
“Iya benar ada yg meninggal di depan karena kecapean,” ujar Petugas Dinas Kesehatan DKI, Teresia Indah Susanti, ketika dihubungi wartawan.
Menurut Indah, Jhony yang berusia 45 tahun, tidak bisa bergerak di antrean tengah warga yang tetap berdesakan dan saling dorong, “Dia nggak bisa mundur karena keinjak-keinjak,” ucapnya.
Ia pun menambahkan, Jhony yang sebelumnya pingsan, sempat diberi oksigen dan bantuan napas oleh tim paramedis sekitar 10 menit. Sayangnya, pria yang tinggal di Cinangka ini keburu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Adapun Biro Rumah Tangga Presiden sebelumnya mengatakan Presiden SBY hanya menerima warga di open house sekitar 1.250 orang dari pukul 15.00-17.00 WIB.
Menyusul kasus silaturahmi presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membawa korban, pihak istana meyakini tidak ada unsur kekerasan dari aparat keamanan.
“Saya sempat menanyakan kepada petugas, apakah mereka melakukan tindakan keras kepada pengunjung, dan mereka mengatakan tidak ada. Malah, petugas sudah membuat kesepakatan dengan pengunjung,” ujar juru bicara presiden, Julian Aldrin Pasha di Jakarta, Jumat (10/9).
Lebih lanjut Julian menuturkan, bahwa dengan rasa prihatin yang dalam, seharusnya silaturahmi dengan presiden tak perlu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. “Ada yang bilang, berita di media online, pengunjung datang itu gara uang angpau 300 ribu. Itu tak benar,” tutupnya.
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turut prihatin atas insiden open house di Istana hingga menimbulkan korban tewas seorang tuna netra. Oleh karena itu, sebagai ungkapan bela sungkawa, SBY menyantuni keluarga korban Rp10 juta. Hal itu disampaikan oleh Kepala Biro Pers dan Media, DJ Nachrowi saat memberikan keterangan di presroom Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (10/9).
Presiden SBY sendiri sudah mendengar adanya kabar telah meninggal warga bernama Joni Malela. Presiden menyampaikan ucapan turut berduka kepada keluarga yang sedalam-dalamnya. "Bapak sangat menghargai dan mengapresiasi keinginan dari almarhum Pak Joni untuk bersilaturahmi dengan Bapak. Meskipun Presiden tidak pernah mengundang secara langsung," tukas Julian.
Sementara itu Direktur Lingkar Madani (LIMA), Ray Rangkuti menegaskan apa yang dilakukan Presiden pada Hari Raya Idul Fitri dengan membagikan angpao bagi warga yang bersilaturrahmi di Istana Negara sebagai langkah untuk mencari simpati tapi dengan cara yang tidak mendidik.
"Seorang Presiden sangat tidak layak melakukan cara-cara seperti itu," kata Ray Rangkuti kepada tribunnews.com, Jakarta, Sabtu (11/9/2010)
Tindakan presiden tersebut juga melegalisasi praktek bagi-bagi uang oleh Kepala Pemerintahan kepada rakyat dengan cara yang sama sekali jauh bahkan tidak ada unsur pendidikan kepada rakyat.
"Selain mereduksi makna silaturrahmi yang memang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Namun dalam suasana lain akan menimbulkan persepsi bahwa praktek pembagian uang adalah sesuatu yang bukan saja lazim tapi merupakan sebuah keharusan," tandasnya.
Lebih lanjut Ray Rangkuti mengatakan, sejatinya Presiden menghormati kehormatan jabatan Presiden dengan bertindak layaknya sebagai presiden yang membuat kebijakan lebih berpihak pada kemandirian bangsa dan di dalamnya ada perlindungan khusus kepada pelaku ekonomi lemah.
"Itulah makna penting jabatan Presiden dan salah satu makna penting dari demokrasi," tegasnya.
Kematian Jhony Malela (45) yang tiba-tiba tidak hanya menyisakan kesedihan bagi keluarga yang ditinggalkan saja. Para penyandang tunanetra pun mengalami kesedihan yang sama. Bahkan sebagai wujud solidaritas, para penyandang tunanetra turut menghadiri upacara pemakaman Jhony Malela.
Ketua Umum Ikatan Tunanetra Muslim Indonesi (ITMI) pusat, Yayat Ruhiat mengatakan kematian Jhony menyisakan kesedihan mendalam bagi para penyandang tunanetra. Pasalnya, kata dia, Jhony sangat dikenal baik di kalangan tunanetra sebagai sosok gigih dan pekerja keras.
Menurut Yayat, almarhum Jhony Malela adalah pengurus ITMI pusat. Bahkan setahun lalu, Jhony dikukuhkan sebagai Ketua ITMI Provinsi Banten.
"Anggota kami dari Banten ada yang sengaja datang menghadiri pemakamannya hari ini. Kami semua sangat kehilangan sosok Pak Jhony," kata Yayat saat ditemui Tribun usai pemakaman, Sabtu (11/92010)
Foto tentang Open House ini dapat dilihat disini
Pramudya Ksatria Budiman
Berita.
,
Jhony Malela
,
Open House
,
SBY