Bukan Pakar SEO Ganteng

Showing posts with label Lingkungan. Show all posts
Showing posts with label Lingkungan. Show all posts

Earth Hour 2012 : Ini Aksiku ! Mana Aksimu?

Earth Hour 2011Earth Hour 2012 yang diusung pada tahun ini adalah sebuah gerakan penghematan energi yang tidak hanya terbatas pada pemadaman alat elektronik yang tidak terpakai, tetapi juga dianjurkan untuk melakukan kegiatan ramah lingkungan yang lainnya, seperti Bersepeda, Menggunakan Transportasi Publik, Menanam Pohon, dan lain-lain.

Earth Hour adalah sebuah kegiatan global yang diadakan oleh WWF (World Wide Fund for Nature, juga dikenal sebagai World Wildlife Fund) dan diadakan pada Sabtu terakhir bulan Maret setiap tahunnya yang meminta rumah-rumah dan perkantoran untuk memadamkan lampu dan peralatan listrik yang tidak perlu selama satu jam untuk meningkatkan kesadaran atas perlunya tindakan terhadap perubahan iklim.

Earth Hour dicetuskan oleh WWF dan The Sydney Morning Herald tahun 2007 ketika 2,2 juta penduduk Sydney berpartisipasi dengan memadamkan semua lampu yang tidak perlu. Setelah Sydney, banyak kota-kota lain di seluruh dunia ikut berpartisipasi pada tahun 2008.Earth Hour 2011 akan dilaksanakan pada 26 Maret 2011 pukul 20.30 sampai 21.30 waktu setempat.

Pada event Earth Hour 2011 sebanyak 210 negara ikut berpartisipasi dan pada tahun ini, Earth Hour 2012 sudah terdaftar 227 negara sudah menyatakan kesediaanya untuk ikutan, termasuk Indonesia tentunya.

Perayaan yang kali ini mengusung tema 'Ini Aksiku! Mana Aksimu?' Khusus untuk Indonesia,DKI Jakarta sebagai kota tuan rumah berpartisipasi dengan memadamkan lampu di lima lokasi yang dianggap sebagai ikon Ibukota. Di antaranya Monas dan air mancurnya, Gedung Balai Kota Provinsi DKI Jakarta, Bundaran Hotel Indonesia dan air mancurnya, air mancur Arjuna Wiwaha, serta Patung Pemuda. Ini belum ditambah dua jalur protokol, Jalan Jenderal Sudirman – Jalan MH Thamrin dan Jalan Gatot Subroto – Jalan HR Rasuna Said, yang akan dipadamkan lampunya pada Sabtu, 31 Maret 2012 pukul 20.30 – 21.30 WIB.

Sebagai gambaran bahwa untuk seluruh Indonesia dalam waktu satu jam pada gerakan ini, bisa menghemat energi sebesar 811 megawatt atau setara dengan mematikan satu pembangkit listrik Tenaga Nuklir untuk menerangi lebih dari 1600 desa dan mengurangi pemakaian 267,3 ton karbon dioksida.

Lalu apa peran kita selaku Blogger?.... tidak ada salahnya kita ikutan untuk berpartisipasi dengan ikut mematikan listrik pada jam tersebut, tentu saja tidak online jadinya.... Namun bukan cuman hal itu yang kita bisa perbuat. Dengan tema "Ini Aksiku ! Mana Aksimu?" kta bukan cuman sekedar mematikan lampu selama 1 jam, tetapi melalui kegiatan ini prilaku ramah lingkungan dapat dipelihara dan dikembangkan untuk waktu mendatang.


"Satu Jam Kegelapan Untuk Selamatkan Bumi"




Denaihati
Pramudya Ksatria Budiman Earth Hour 2011 , Info , Lingkungan , Opini

DAMPAK LIMBAH ELEKTRONIK


Kota Guiyu di daratan China adalah rumah bagi 5500 industri rumahan yang mengolah bagian-bagian dari elektronik bekas, yang dikenal dengan sebutan e-waste (sampah elektronik). Berdasarkan data dari situs lokal, wilayah tersebut setiap tahunnya mengolah sekitar 1.5 juta pon sampah yang terdiri dari sampah komputer, ponsel maupun perangkat elektronik lainnya. Industri tersebut menjadi lapangan pekerjaan yang menggiurkan bagi masayarakat di Guiyu.

Kebanyakan ponsel dan perangkat komputer tua dapat dibongkar dan komponen metal di dalamnya didaur ulang, akan tetapi menjalankan proses daur ulang ini secara aman membutuhkan waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu banyak produsen elektronik yang mengirimkan elektronik bekas keluar negeri, di mana alat-alat ini dibakar tanpa mempedulikan linkungan dan kesehatan manusia di sekitarnya.


Hampir 80% dari peralatan elektronik bekas yang diolah berasal dari luar China, terutama sekali dari Amerika, satu-satunya negara industri yang menolak menandatangani perjanjian Basel yang dibuat untuk mengatur ekspor limbah berbahaya ke negara-negara berkembang untuk didaur ulang.

Mereka memilih membuang sampah elektronik di Guiyu dan tempat lain yang serupa di India dan wilayah Afrika, karena biayanya yang murah dan mekanismenya yang lebih mudah, di mana perusahaan tidak terikat peraturan daur ulang yang ketat. Dari bisnis pengolahan limbah elektronik ini, situs Guiyu melaporkan pemasukan tahunan sekitar 75 juta dollar.



Mereka mengolah sampah elektronik dengan memisah-misahkan tiap bagian dan mengelompokkannya, kemudian mengambil kandungan timah, emas, tembaga dan jenis logam lainnya dari papan sirkuit, kabel, chip dan bagian lain dari perangkat elektronik. Pada foto di atas seorang pekerja sedang memanaskan papan komputer di atas lapisan besi untuk melucuti timah solderan dari chip komputer.



Industri kecil ini mempekerjakan 10.000 orang yang kebanyakan masih di bawah umur. Bisa dibayangkan akibat dari komponen elektronik yang mengandung merkuri dan racun yang berbahaya terhadap mereka. Laporan kesehatan dari wilayah Guiyu menyebutkan banyak anak-anak yang menderita karena tingginya tingkat pencemaran lingkungan akibat timah. Kemudian laporan dari universitas Shantou, Guiyu memiliki tingkat penderita penyakit kanker yang disebabkan oleh dioksin paling tinggi di dunia dan peningkatan pada kasus keguguran pada wanita hamil.

Industri semacam ini banyak menghasilkan pencemaran lingkungan karena banyak membuang limbah hasil olahan, terutama debu dari pembakaran batu bara yang langsung dibuang ke sungai dan selokan kota, menyebabkan pencemaran terhadap air sumur dan air tanah.

Melihat gambar-gambar di atas semoga kita bisa semakin arif dan bijak dalam membeli dan menggunakan produk-produk elektronik, belilah yang sesuai dengan kebutuhan dan pertimbangkan juga umur pemakaiannya, sehingga bisa mengurangi volume sampah yang dihasilkan. Beli juga produk-produk hanya dari produsen yang memproduksi produk ramah lingkungan, bisa dilihat melalui Guide to Greener Electronics.

Sumber : Udaramaya.com

Pramudya Ksatria Budiman berita , Lingkungan

LASKAR MANDIRI

Setiap manusia tentunya selalu berkeinginan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak,...tak jarang muncul pertanyaan dalam hati kecil seseorang, "Siapakah saya?". "Mengapa tidak ada pemerataan hidup antara saya dan mereka?".

Namun pertanyaan seperti itu hanya muncul dari sosok seseorang yang tidak pernah puas dengan kehidupannya. Seseorang yang selalu berharap banyak dari apa yang tidak bisa diraihnya. Seseorang yang tidak bersyukur akan nikmat yang telah diperoleh. Karena pada dasarnya nikmat terbesar yang dianugerahkan oleh-Nya yang terkadang kita lupa untuk mensyukurinya adalah 'Kesehatan'. Kesehatan bukanlah segalanya, tapi tanpa kesehatan, segalanya tidak akan berarti.

Untuk tidak saling mempersalahkan, marilah kita renungkan sejenak, bahwa pada dasarnya hidup ini adalah perjuangan dan pengorbanan yang kesemuanya berlangsung dalam kefanaan. Jangan pernah ada kata menyesal dengan takdir yang telah digariskan oleh-Nya. Kita harus senantiasa berbuat yang lebih baik dan berguna bagi orang lain. Karena pada dasarnya sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi orang lain dan lingkungannya.

Di sebuah pagi yang cerah, disaat embun kian sirnah.....disebuah lokasi TPA , diatas hamparan sampah yang berserakan ternyata tersimpan harapan yang hanya dapat dilihat oleh sekumpulan pemulung, diantara bau busuk bercampur amis yang menyengat, sosok kumuh tanpa masker dengan setangkai pengait besi sebagai sahabat, tengah asyik memilih dan memilah sampah dari bongkaran sebuah truk.

Bau busuk yang dikerumuni ribuan ulat dan lalat, bukanlah merupakan penghalang bagi kumpulan pemulung tadi, mereka lalui semuanya dengan canda dan keceriaan. Mereka senantiasa bersyukur dan selalu berjuang tanpa pernah mengenal kata menyerah. Bagi mereka, diatas tumpukan sampah kotor dan berbau itu, tersimpan harapan hidup.

Mereka yang terkucil ke pinggiran, terbuang karena ganasnya struktur interaksi sosial, ganasnya kehidupan akibat sistem kemasyarakatan, kini menyatu bersama sampah dan barang rongsokan yang dekil, bau, dan menjijikkan untuk melahirkan sebuah harapan yang baru tentang kehidupan yang lebih baik.

Mereka bergerak ketika semburat merah matahari pecah di ufuk timur hingga semburat jingga matahari tampak temaram di ufuk barat. Melalui barang-barang bekas yang memberat di punggung, para pemulung kembali ke markas. Lantas, mereka memilah-milah dan mengumpulkan serpihan-serpihan sampah sesuai dengan jenisnya, untuk selanjutnya dijual kepada para penadah.

Mereka selalu bangun dan bekerja lebih dahulu dari matahari dan tiba kembali di gubuk reotnya setelah malam menjemput.

Inilah realitas kehidupan yang harus mereka jalani. Dari segi kesehatan, mereka tergolong orang-orang yang rentan akan penyakit, karena setiap hari harus bergelut ditengah gundukan sampah yang kotor dan berbau.

Jadi pemulung bukanlah harapan dan cita-cita. Tak seorang pun yang menginginkan predikat semacam itu melekat pada dirinya. Namun, situasi kemiskinan struktural yang sudah demikian menggurita di negeri ini, disadari atau tidak, telah melahirkan terciptanya pemulung sebagai mata pencaharian baru. Jangan salahkan mereka jika kehadirannya terpaksa mengganggu kenyamanan pandangan mata para pemuja gaya hidup materialistis dan hedonis.

Diantara manusia pada umumnya, mereka mungkin hina, tetapi sesungguhnya mereka sangat berarti dan senantiasa bersyukur menikmati hasil yang halal. Disamping itu, mereka juga melakukan sebuah pengabdian yang murni, mereka berjasa dalam menyelamatkan tanah. Karena pada dasarnya sampah-sampah yang mereka kumpulkan adalah sampah yang tidak dapat hancur dan terurai oleh mikroorganisme yang tentunya sangat mengganggu kesuburan dan struktur tanah itu sendiri.

Terima kasih kawan, terima kasih untuk "Laskar Mandiri", kalian telah selamatkan tanah kita yang semakin tandus ini. Semoga kalian bisa mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
Pramudya Ksatria Budiman Lingkungan , Renungan