Pernahkah Sahabat semua memperhatikan Seorang penggali sumur dalam melakukan kegiatannya? Apabila Kita menggali sebuah sumur, maka kita harus menggalinya jauh ke dalam sampai menemukan sumber mata airnya.
Dapatkah sumur itu penuh tanpa mencapai sumber air yang dalam itu?
Bila hanya bergantung pada hujan atau sumber luar lain untuk mengisi sumur itu, maka air itu hanya akan menguap atau diserap oleh tanah. Hanya jika kita menggali cukup dalam untuk mendapatkan mata air, maka kita akan sampai pada sumber air yang tak habis-habisnya.
Demikian juga halnya, jika kita hanya membaca sebuah buku atau lebih khusus lagi membaca ayat-ayat dari kitab suci, tanpa menggali lebih dalam untuk mencari maknanya, hal itu seperti menggali sebuah sumur tanpa mencapai mata airnya atau seperti mencoba mengisinya dengan air hujan.
Kedua cara ini tidak akan memadai. Hanya apabila kita membuka mata air yang ada di dalamnya dan ilmu Tuhan mengalir dari sana, maka mata air sifat-sifat Tuhan akan mengisi hati kita. Dan hanya setelah itu kita dapat menerima kekayaan-Nya. Yang akhirnya bermuara pada kedamaian dan Ketenangan.
Pendengaran, penglihatan dan hati atau akal adalah merupakan perangkat atau alat untuk menggali. Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada kita semua merupakan sebuah potensi yang tiada ternilai harganya, dengan penglihatan, pendengaran dan hati (akal) manusia mampu menggali ilmu yang lebih dalam. Sehingga nantinya kita akan mendapatkan mata air yang mengalir tiada henti.
Dalam kehidupan kita pun filosofi menggali sumur ini juga berlaku. Tatkala baru menggali, siap-siaplah berjumpa lumpur (dicap munafik, dicerca, dihina, sok suci dan lainnya), namun teruslah menggali. Dengan ketekunan dan berkah spiritual yang cukup, suatu waktu kehidupan akan memperlihatkan wajah jernihnya (kebahagiaan, kedamaian, keheningan, keikhlasan).
Selamat menggali. Semoga semua berjumpa air jernih kehidupan!
Dapatkah sumur itu penuh tanpa mencapai sumber air yang dalam itu?
Bila hanya bergantung pada hujan atau sumber luar lain untuk mengisi sumur itu, maka air itu hanya akan menguap atau diserap oleh tanah. Hanya jika kita menggali cukup dalam untuk mendapatkan mata air, maka kita akan sampai pada sumber air yang tak habis-habisnya.
Demikian juga halnya, jika kita hanya membaca sebuah buku atau lebih khusus lagi membaca ayat-ayat dari kitab suci, tanpa menggali lebih dalam untuk mencari maknanya, hal itu seperti menggali sebuah sumur tanpa mencapai mata airnya atau seperti mencoba mengisinya dengan air hujan.
Kedua cara ini tidak akan memadai. Hanya apabila kita membuka mata air yang ada di dalamnya dan ilmu Tuhan mengalir dari sana, maka mata air sifat-sifat Tuhan akan mengisi hati kita. Dan hanya setelah itu kita dapat menerima kekayaan-Nya. Yang akhirnya bermuara pada kedamaian dan Ketenangan.
Pendengaran, penglihatan dan hati atau akal adalah merupakan perangkat atau alat untuk menggali. Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada kita semua merupakan sebuah potensi yang tiada ternilai harganya, dengan penglihatan, pendengaran dan hati (akal) manusia mampu menggali ilmu yang lebih dalam. Sehingga nantinya kita akan mendapatkan mata air yang mengalir tiada henti.
Dalam kehidupan kita pun filosofi menggali sumur ini juga berlaku. Tatkala baru menggali, siap-siaplah berjumpa lumpur (dicap munafik, dicerca, dihina, sok suci dan lainnya), namun teruslah menggali. Dengan ketekunan dan berkah spiritual yang cukup, suatu waktu kehidupan akan memperlihatkan wajah jernihnya (kebahagiaan, kedamaian, keheningan, keikhlasan).
Selamat menggali. Semoga semua berjumpa air jernih kehidupan!