"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang salehyang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepadaanak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."
Adalah wajar seorang Nabipun pernah bersedih mengingat kisah penuh duka pada orang yang ditinggalkan keluarganya. Sesudah Hijrah, Nabi bercerita dihadapan sahabat-sahabatnya mengenai kisah perjalanan pertama beliau menuju Madinah dengan ibunya. Sebulan lamanya mereka tinggal di Madinah. Hingga suatu hari, Siti Aminah (ibunya) bersiap-siap akan pulang. Ia dan rombongan kembali pulang dengan dua ekor unta yang membawa mereka dari Mekah. Tetapi di tengah perjalanan, ketika sampai di Abwa', ibunda Aminah menderita sakit, yang kemudian meninggal dan dikuburkan di tempat itu.
Nabi yang masih belia pada waktu itu oleh Umm Aiman dibawa pulang ke Mekah, beliau pulang menangis dengan hati yang pilu, sebatang kara. Ia makin merasa kehilangan; sudah ditakdirkan menjadi anak yatim. Terasa olehnya hidup yang makin sunyi, makin sedih. Baru beberapa hari yang lalu ia mendengar dari Ibunda keluhan duka kehilangan Ayahanda semasa ia masih dalam kandungan. Kini ia melihat sendiri dihadapannya, ibu pergi untuk tidak kembali lagi, seperti ayah dulu. Tubuh yang masih kecil itu kini dibiarkan memikul beban hidup yang berat, sebagai yatim-piatu.
Sejatinya, dengan sedikit saja menyelami shirah ini kita dapat memahami bahwa bunda adalah lautan berjuta kasih, karena itu tak cukup senandung dan jutaan kata-kata mutiara memaknai kasih-sayangnya. Sampai disini saya yakin tanpa menggunakan riset sekalipun bahwa 100 % anak perantauan menjadikan ibu sebagai satu-satunya alasan mengapa mereka tetap bertahan dari gempuran hidup. Mengapa? karena kesuksesan mereka ditandai dengan ukiran senyum bahagia diwajah ibunya. Bahkan tidak jarang kita temukan seserang yang baru mendapatkan pekerjaan merelakan gaji pertamanya untuk ibunya sebagai wujud terima kasihnya kepada orang yang bersusah payah membesarkannya itu.
Tuhan tolonglah
Sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji takkan khianati pintanya
Bunda dengarlah,
Betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
Selaksa do'a kuucapkan. Kala mengenang segala bakti. Secawan air mata kusembahkan. Di kala rindukan sentuhanmu. Ingin menangis di pangkuanmu. Kala temukan segala rintang. Ingin ku rebah dalam pelukanmu. Di kala rindukan kedamaian
Ibu. Ringkih dan renta karena ditelan usia, namun tampak tegar dan bahagia. Ikhlas, memancarkan selaksa cinta penuh makna yang membias dari guratan keriput di wajah. Jemari itu memang tak lagi lentik, namun selalu fasih menyulam kata pinta, Indah... semua begitu indah dalam alunan cintamu, menelisik lembut, membasahi lorong hati dan jiwa yang rindu kasih sayangmu.
Duhai ibunda...
Maafkan jika mata ini pernah sinis memandang, dan lidah yang pernah terucap kata makian
Duhai ibunda...
Maafkan jika mata ini pernah sinis memandang, dan lidah yang pernah terucap kata-kata yang tidak berkenan hingga membuat luka hatimu. Maafkanlah pula kalau kesibukan menghalangi untaian do'a terhatur untukmu. Ampuni diri ananda yang tak pernah bisa membahagiakanmu, ibunda.
Sungguh, jiwa dan jasad ini ingin terbang ke angkasa lalu luruh di pangkuan, mendekap tubuh sepuh, serta menangis di pangkuanmu. Hingga terhapuskan kerinduan dalam riak menganak sungai di ujung mata. Rengkuhlah ananda dengan belai kasih sayangmu bagai masa kecil dulu. Mengenangkan indahnya setiap detik dalam rahimmu dan hangatnya dekapanmu. Buailah dengan do'a-do'a hingga ananda pun lelap tertidur di sampingmu.
Duhai ibunda...
Keindahan dunia tak akan tergantikan dengan keindahan dirimu.
Sorak-sorai pesona dunia pun tak dapat menggantikan gemuruh haru detak jantung saat engkau memelukku. Indah... semua begitu indah dalam alunan cintamu, menelisik lembut, membasahi lorong hati dan jiwa yang rindu kasih sayangmu.
Sungguh aku sayang dan rindu Ibu… nantikan kehadiran ananda yang ingin berada di pangkuan dan pelukan Ibu …
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori
Curhatku
/
Puisi
dengan judul
SELAKSA RINDU BUAT IBU
. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL
http://sisatruk.blogspot.com/2009/11/selaksa-rindu-buat-ibu.html
.
Artikel Terkait Curhatku , Puisi
Ditulis oleh:
Pramudya Ksatria Budiman
-
Rating : 4.5
Belum ada komentar untuk " SELAKSA RINDU BUAT IBU "
Post a Comment
Beri komentar anda.