Bukan Pakar SEO Ganteng

Showing posts with label Ramadhan. Show all posts
Showing posts with label Ramadhan. Show all posts

Kebenaran Vs Kemarahan


Teks religius yang bertebaran di bulan suci Ramadan, bukan hanya merupakan penyegaran teks iman yang merujuk Alquran dan hadist Nabi, di mana kedua ensiklopedia itu menjadi world view kebenaran umat muslim yang tak dapat dirasionalkan dengan teks logika manusia.

Maka implementasi teks religius Ramadhan akan mempunyai arti dan manfaat jika perilaku dan sikap kita konsisten dalam kehidupan sehari-hari. Konsistensi satunya kata dengan perbuatan, tak hanya merupakan konsistensi teks religius dalam menjalankan ibadah , tapi juga termasuk pengabdian dalam menjalankan amanah rakyat.

Salah satu cara untuk mengimplementasikan teks religius Ramadan adalah dengan berupaya untuk tidak mencampur kebenaran dengan kemarahan. Betapapun kebenaran hendak ditegakkan, janganlah ia ditegakkan dengan mengumbar kemarahan, bertindak anarkis dan merusak.

Menegakkan kebenaran, memperjuangkan tegaknya hukum, apalagi itu hukum-hukum Allah secara langsung adalah tugas amat mulia dan amat tinggi nilainya. Tapi tidaklah boleh, mentang-mentang ingin menegakkan kebenaran, lalu itu dianggap sebagai legitimasi untuk melakukan pengrusakan.

Itu sebabnya, dalam perang sekalipun, Tuhan melarang menebang pohon, melarang menyakiti perempuan, orang tua, dan anak-anak.

Menegakkan kebenaran memang adalah tugas mulia. Tapi menggunakan kemarahan, tidak ada lain yang menjadi panglimanya kecuali iblis yang telah merasuk ke dalam hati.

Ketika seseorang merasa dirinya ingin menegakkan kebenaran, hukum, moral, keadilan atau kebaikan apapun, namun ketika ia melakukannya dengan umbaran kemarahan dan merusak, maka ia patut bertanya jujur pada dirinya sendiri, bertanya sedalam-dalamnya kepada nuraninya, apakah memang sungguh mau menegakkan kebenaran itu, atau sebenarnya ia sedang marah, sedang tidak suka kepada orang yang dimarahinya, atau dongkol karena ada keinginannya tidak terpenuhi.

Suatu ketika, dalam perang, sahabat Nabi, sosok yang sangat ditakuti kaum musyrikin, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, duel melawan seorang pentolan pasukan musuh. Tapi ketika Ali hendak menghunjamkan pedang ke dada musuhnya, tiba-tiba musuh itu meludahi wajah Ali karramallahu wajhah.

Seketika Ali mengurungkan niatnya menghunjamkan pedang ke dada musuh. Alasannya, dia khawatir tidak bisa membedakan motifnya membunuh musuh, apakah karena menjalankan perjuangan suci jihad fi sabilillah, atau karena marah sebab wajahnya diludahi.

Di belakang kebenaran ada Tuhan yang menjadi sumber kebenaran. Di balik kemarahan dengan dalih mau menegakkan kebenaran, ada iblis bertahta dalam hati, memerintah sebagai panglima.


Pramudya Ksatria Budiman Idul Fitri , Ramadhan , Renungan , Tauziyah

Manusia Atau Keledai


Keledai itu hewan mirip kuda. Tapi badannya lebih kecil. Dalam Alquran keledai beberapa kali disebut sebagai sebuah alegori.

Ketika Luqmanul Hakim memberi nasihat pada putranya, maka salah-satu isi nasihatnya, "Sederhanakanlah dirimu ketika berjalan dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."

Dalam Alquran, keledai disebut himar. Suaranya disebut sebagai seburuk-buruk suara. Bagaimanakah sebenarnya suara keledai? Walaupun bentuk badannya mirik kuda, suaranya tidak mirip kuda. Kuda meringkik sedangkan keledai tidak. Suara keledai, memang jelek didengar, melengking tajam. Ada yang menyebutnya seperti "merobek langit". Pokoknya, orang tidak suka mendengar suara keledai.

Untung saja keledai tidak sering bersuara, bahkan amat jarang memperdengarkan suaranya. Konon, ketika semua makhluk diciptakan, pertama kali yang dia keluarkan suaranya. Yang tidak mengeluarkan suara hanya keledai. Keledai baru bersuara ketika ia lapar. Dari sini ada I'tibar, jangan baru mau bersuara kalau menyangkut urusan perut. Itu namanya manusia keledai.

Ada yang mengatakan bahwa keledai adalah binatang paling dungu. Ternyata itu tidak benar. Keledai justru amat cerdas dan memorinya kuat.

Keledai dengan segera dapat menghapal satu rute perjalanan panjang dalam sekali menempuhnya. Dia akan segera hapal, mana lubang, mana batu dan mana bagian jalan yang jelek. Itu sebabnya, tuannya tidak perlu repot mengendalikannya. Keledai bahkan bisa dilepas sambil berjalan sendiri mengikuti rute yang sudah pernah dilaluinya dengan aman.

Zaman dulu, terutama di Timur Tengah, keledai merupakan andalan pengangkut beban. Bahkan para ulama menjadikannya sebagai pembawa kitab.

Tentang keledai bawa kitab ini, Tuhan mempunyai perumpamaan untuk pemuka-pemuka Yahudi dahulu. Mereka diumpamakan sebagai keledai yang membawa-bawa kitab, karena mereka hanya menenteng kitab Taurat di tangannya tapi tidak mengamalkan isinya.

Tentu saja perumpamaan itu tidak hanya ditujukan Tuhan kepada pemuka Yahudi pemegang Taurat. Ia juga berlaku pada siapa saja yang hanya pamer menenteng kitab suci namun tidak mau tahu isinya dan tentu saja tidak mengamalkannya.

Bulan Ramadan yang sudah kita lalui adalah momentum untuk kita semakin memanusiakan diri dengan sifat-sifat kemanusiaan sejati. Bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya Alquran. Di dalam Alquran ada alegori-alegori tentang hewan, seperti tentang keledai itu. Tujuannya agar manusia tetap sadar mau menjaga kemanusiaannya. Jangan sampai manusia lebih cenderung menghewan karena sifat-sifat buruknya.

Jangan sampai manusia jadi manusia keledai, yang baru bersuara kalau menyangkut urusan perut. Betapa bahayanya manusia bila nafsu menyeretnya hingga berperilaku bagai hewan. Daya rusaknya terhadap kehidupan sangat besar dan berlangsung lama. Betapa tidak, karena manusia punya kecerdikan berpikir. Ketika kecerdikannya terpadu dengan nafsu buruknya, maka lahirlah manusia licik yang amat bahaya. Semoga saja kita tidak termasuk di dalamnya, Amin.


Implementasi Nilai Ibadah Puasa


Berkat udara Ramadhan yang penuh mulia, al-buruj pun kembali artistik dihiasi renik-renik lintang di langit Allah, terbingkai samawat yang tak bersisi, terpigura nebula yang bercahaya.

Alangkah indah dipandang andai pohon kebenaran yang tumbuhnya subur dan rindang tampak daunnya hijau segar dengan bunga yang harum semerbak, dengan buahnya yang ranum lezat mengibaratkan kelezatan buah amal manusia yang menyuguhkan kenikmatan disekitarnya dalam tumbuhnya kehidupan.

Mulai hari ini, kita semua umat Islam di seluruh dunia, memasuki masa penting dalam kehidupan beriman, yakni menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Puasa yang bukan hanya sekadar menahan diri dari makan-minum atau tidak melakukan hubungan suami-istri pada waktu tertentu. Namun, puasa dalam arti yang lebih luas lagi, yakni menahan diri dari segala sesuatu yang menjadi larangan Allah SWT.

Begitu pula, puasa merupakan satu cara untuk mendidik individu dan masyarakat dalam mengontrol keinginan dan kesenangan dalam dirinya walaupun diperbolehkan. Dengan berpuasa, seseorang dengan sadar akan meninggalkan makan dan minum sehingga lebih dapat menahan segala nafsu dan lebih bersabar untuk menahan emosi, walaupun mungkin terasa berat melakukannya.

Selain itu, puasa Ramadhan merupakan bulan renungan dan introspeksi diri. Umat melatih nalurinya yang cenderung tak terkontrol. Lewat ibadah puasa, diharapkan terbentuk pribadi-pribadi bertakwa. Individu yang mampu menghadirkan Allah SWT dalam setiap aktivitas dan perilakunya.

Ibadah puasa termasuk ibadah yang paling utama dan ketaatan yang paling besar. Pahalanya tidak terikat atau dibatasi dengan pelipatgandaan tertentu. Pahalanya tanpa hitungan. Keutamaan yang lain adalah datangnya pengampunan dosa-dosa dan penghapusan kesalahan-kesalahan.

Pada hakikatnya, melakukan puasa Ramadhan adalah semata-mata karena beriman kepada Allah SWT dan berharap pahala dari-Nya. Puasa Ramadan dapat mengangkat derajat pelakunya menjadi unsur rahmat, kedamaian, ketenangan, kesucian jiwa, akhlak mulia dan perilaku yang indah di tengah-tengah masyarakat.

Nilai-nilai dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa pun tak sedikit, seperti nilai sosial, perdamaian, kemanusiaan, semangat gotong royong, solidaritas, kebersamaan, dan persahabatan. Sedangkan manfaat lahiriah berpuasa adalah pemulihan kesehatan, peningkatan kasih sayang, pengelolaan hawa nafsu, dan penyempurnaan nilai-nilai kepribadian yang lain.

Nilai-nilai positif yang terkandung dalam puasa, seyogianya, tak hanya dipahami sebagai wacana. Namun, dituntut pula implementasi dan penghayatan dalam setiap aspek kehidupan, baik selaku individu, maupun sebagai bangsa. Dalam kaitan dengan situasi bangsa Indonesia saat ini, nilai-nilai dan hikmah tersebut penting sekali untuk diwujud-nyatakan.

Paling tidak, mendapat tempat utama dalam menyiapkan kebijakan pembangunan secara nasional, baik di tingkat daerah, maupun dtingkat pusat. Apalagi bangsa Indonesia sedang menghadapi persoalan yang serba kompleks. Angka kemiskinan belum juga berkurang, pengangguran terus bertambah.

Rakyat harus berjuang menghadapi berbagai tekanan hidup yang berat. Dalam perspektif tersebut, nilai-nilai dan hikmah puasa akan bermakna sangat dalam, jika kebijakan pembangunan mengarah kepada upaya konkret membebaskan rakyat dari kemiskinan dan derita.

Ramadhan setiap tahun !, hawa sejuknya seakan selalu menyusuk ke kalbu yang khuzu.
Menggapai iman insan yang berniat mencuci dekilnya nurani dan berniat menjinakkan jiwa jalang yang terkadang meronta tiada tara.

Andailah segenap bulan adalah Ramadhan, maka akan putihlah segenap hitam yang membuat kusam cakrawala. maka akan bersihlah segenap dekil yang menempel di bumi yang renta. Dan kembali suci segenap najis yang menodai nilai fitri.

Namun....ah, sayang,.... Ramadhan hanya sebulan!, Mukmin bahagia menjemput,... sebaliknya sang munafik jengkel berpekik bersama setan-setan yang mahir mengukir semu indahnya keingkaran.

Kiranya Ramadhan tahun ini, benar-benar melahirkan kedamaian, kesejahteraan, dan umat yang bertakwa. Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan...


Pramudya Ksatria Budiman Makna Ramadhan , Opini , Puasa , Ramadhan

Penetapan Awal Ramadhan 1431 H


Nahdlatul Ulama (NU) akan menetapkan awal Ramadhan 1431 H dengan metode `rukyatul hilal`, yaitu melihat bulan dengan kasat mata pada akhir Sa`ban.

"Dalam menetapkan awal Ramadhan, NU menggunakan metode rukyat," kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj di Padang, Rabu.

Menurut Said, metode ini mengacu pada hadist yang mengatakan berpuasalah kamu setelah melihat bulan.

Namun, saat ini NU belum bisa memutuskan kapan awal Ramadhan, karena harus menunggu hasil rukyat yang akan dilakukan di beberapa wilayah Indonesia.

Menurut dia, jika mengunakan metode hisab (perhitungan matematis) di antara warga NU ada yang sangat menguasai ilmunya, namun NU tetap akan mengacu kepada hasil rukyat.

Ketika ditanyakan apakah akan bersamaan dengan hasil perhitungan yang dilakukan Muhammadiyah, Said menanggapi, tentu keputusan pastinya akan menunggu hasil rukyat.

Sementara itu, Muhammadiyah sudah mengeluarkan awal Ramadhan jatuh pada 11 Agustus 2010.

Dihubungi terpisah, Sekretaris PW Muhammadiyah Jawa Timur Nadjib Hamid mengatakan, "Bulan Syakban hanya berlangsung 29 hari jadi ijtimak akhir Syakban pada 10 Agustus dan 11 Agustus sudah puasa."

Dari hitungan Muhammadiyah, posisi hilal pada 10 Agustus 2010 bahkan akan terlihat pada 2 derajat sehingga bisa dipastikan pada 10 Agustus malam atau sehabis sholat Isyak, Umat Muhammadiyah akan mulai melakukan sholat tarawih.

Selain NU dan Muhammadiyah, kepastian 11 Agustus puasa juga merupakan hasil kesepakatan dalam rapat anggota Badan Hisab dan Rukyat Jawa Timur yang dilakukan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur pada 9 Juli 2010 lalu. Saat itu, baik NU, Muhammadiyah, MUI, perwakilan pesantren dan perwakilan kantor Kementerian Agama menyepakati 11 Agustus sebagai awal Ramadhan.

Metode rukyat dengan hisab berbeda cara dalam menetapkan awal bulan dalam kalender Hijriyah.

Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan.

Rukyat adalah aktivitas mengamati bulan dengan kasat mata atau menggunakan alat setelah terjadinya ijtimak (konjungsi).

Embun suci di pagi hari, hati yang bersih akan lahir kembali
Bulan ramadhan telah menanti, bersihkan diri menghadap Ilahi
Mohon maaf atas segala salah dan khilaf yg pernah ada
“selamat menunaikan ibadah puasa, semoga amal ibadah kita diterima oleh ALLAH SWT..amin”



Menyingkap Makna Ramadhan

Photobucket


RAMADHAN adalah sebuah bulan yang sangat erat dengan telinga setiap muslim, bahkan semenjak kecil ki ta telah dikenalkan dengan Ramadhan, kita semua mengetahui bahwa Ramadhan adalah bulan puasa, namun sangat jarang diantara kita yang mengerti apa arti Ramadhan dan makna yangterkandung dari kata "Ramadhan"itu sendiri.

Ramadhan secara leksikal berarti : membakar, amat panas. Penyebutan bulan Ramadhan -bulan ke-9 pada kalender Hijriah- sesuai dengan kondisi cuaca pada bulan tersebut."

Kita patut bangga menyaksikan semangat beribadah yang timbul saat bulan Ramadhan tiba, namun dalam kebanggaan tersebut kita lebih patut lagi bersedih karena fenomena yang ada adalah seakan-akan masyarakat kita menyembah Ramadhan dan bukan menyembah Tuhannya. Ramadhan, kalau memang kita menyembah Tuhannya Ramadhan maka tidak sepatutnyalah kita bermalas-malasan beribadah di luar bulan Ramadhan tersebut.

Ramadhan adalah sebuah kata yang terbentuk dari lima huruf, dan setiap hurufnya memiliki makna tertentu yaitu : Ra : rahmat (rahmat Allah), Mim : maghfirah (ampunan Allah), Dhod : Dhommanun li al jannah (jaminan untuk menggapai surga), Alif : Amaanun min an nar (terhindar dari neraka) Nun : Nurullahi al Azizi al Hakim al Ghofuuri ar Rahiim (cahaya dari Allah swt yang maha kuasa dan bijaksana, maha pengampun dan pengasih.)

Saat kita telaah makna yang terkandung dalam kata ramadhan tersebut kita akan semakin meyakini bahwa datangnya bulan Ramadhan adalah membawa sebuah keberkahan dari Allah SWT untuk kita sebagai hamba-Nya. Hal ini sesuai sabda Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya, Artinya : dari Abi Hurairoh RA, bahwasanya nabi Muhammad SAW berkata saat Ramadhan telah tiba: telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, pada bulan tersebut engkau diwajibkan berpuasa dan dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka dan syaithan-syaithan di belenggu, dalam bulan tersebut ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barang siapa yang tidak mampu mendapatkan kebaikan bulan ramadhan tersebut maka haramlah baginya surga. Riwayat Ahmad, an Nasa'i, dan Baihaqi.

Dari hadits di atas terdapat kaitan yang sangat erat dengan bulan Ramadhan itu sendiri, rahmat dan magfirah adalah dua sisi yang sangat erat bagaikan dua sisi pada uang logam yang tak terpisahkan, disaat Allah SWT menurunkan rahmat-Nya maka maghfirah-Nyapun turun mengiringi, demikian juga sebaliknya. Ketika rahmat Allah SWT yang diiringi oleh maghfirah-Nya ini telah mengalir maka jaminan mendapatkan surga dan terhindar dari neraka telah menanti.

Namun hal ini semua hanya bisa didapat ketika kita bisa mendapatkan Nur Illahi yang maha Agung dan Bijaksana, maha Pengampun dan Pengasih. Jadi rangkaian huruf dari kata Ramadhan ini adalah sebuah pemaparan yang sangat jelas dalam proses perjalanan mendapatkan kebahagiaan.

Seolah Ramadhan membisikkan makna "Rahmat dan Magfirah Allah swt yang pasti berbuah jaminan untuk masuk surga dan terhindar dari api neraka hanya bisa diraih dengan cara mengikuti cahaya bimbingan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman : Barang siapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah SWT tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. Alquran : an Nur 40.

Dan cahaya tersebut adalah Alquran yang Cahaya (Allah SWT) turunkan kepada Cahaya (Muhammad saw) di bulan Ramadhan yang penuh cahaya ini.

"Allah SWT berfirman dalam Alquran : artinya "Wahai orang-orang yang beriman telah datang kepada kalian petunjuk dan kami turunkan kepada kalian cahaya (Alquran) yang memberikan penjelasan. Alquran : an Nisa 174"

Kaitan ini sangatlah jelas di paparkan oleh Rasulullah SAW. dalam sebuah haditsnya, Beliau bersabda : artinya " Alquran dan puasa memberikan syafaat kepada hamba yang berpuasa pada hari kiamat, puasa berkata, wahai Tuhan, aku telah mencegahnya dari makan dan syahwat maka jadikanlah aku syafaat baginya, dan Alquran berkata, wahai Tuhan aku mengakibatkanya tidak tidur waktu malam maka jadikanlah aku syafaat baginya maka keduanya menjadi syafaat.Riwayat Ahmad, Tibrani, Hakim berkata Shohih dalam kategori imam Muslim.

Mari kita isi Ramadhan ini dengan mencintai Alquran yang merupakan mukjizat terbesar sepanjang zaman, di kagumi para ilmuwan, disambut gembira para cendikiawan,, orientalis murni tunduk penuh kekaguman, diterima setiap lapisan dan membacanya tak akan bosan, membaca, mempelajari, menelaah, dan mengaflikasikannya adalah sebuah amal kebajikan.

Dengan kecintaan ini kita harapkan bisa meraih nilai plus dari bulan Ramadhan ini yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya, artinya "barang siapa berpuasa Ramadhan disertai keimanan dan dan "ihtisaban (karena Allah dan hanya mengharap pahala dari-Nya) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. al hadits riwayat Bukhori, Muslim, Tirmizie dan Nasa'i.

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh, Beliau bersabda, artinya : barang siapa "qiyam" melaksanakan Ibadah, sholat dll) dalam bulan Ramadhan disertai keimanan dan "ihtisaban (karena Allah SWT dan hanya mengharap pahala dari-Nya maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Al Hadits diriwayat Bukhori dan Muslim.

Shiyam dan Qiyam menghantarkan kita menggapai nilai plus tersebut hingga kita bisa keluar dari bulan yang penuh berkah ini dengan predikat diampuni.

Ramadhan yang penuh berkah ini bukanlah sebuah pemberian gratis dari Allah SWT, justru sebaliknya adalah sebuah hutang yang kita pinjam dengan jaminan yang sangat mahal, yaitu berkurangnya umur sebanyak satu tahun.

Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.