Tahun 90-an, sinetron Keluarga Cemara yang pernah tayang di dua stasiun TV swasta juga lumayan bagus. Keluarga Cemara mengajarkan nilai kebaikan, bahkan menggambarkan realitas umum masyarakat kita. Bagi sebuah keluarga, apalagi dengan kondisi kehidupan yang amburadul, bisa membantu untuk mengajarkan nilai moral. Terutama dikalangan anak-anak kita yang seakan tergerus oleh kemajuan teknologi.
Dari sekian banyak film, yang juga sangat boleh jadi terinspirasi dari kehidupan nyata, setidaknya ingin memberikan suasana sejuk di tengah keluarga pemirsanya, meski selalu saja ada bias yang membuat kita sebagai penonton kesulitan untuk mewujudkan pesan yang ditawarkan itu.
Tapi kita yakin kok, bahwa banyak orang berharap tercipta suasana yang akrab di tengah keluarga. Jalinan komunikasi di antara mereka terus dikembangkan. Seluruh anggota keluarga pasti mendambakan kondisi yang harmonis. Tul nggak? Misalnya aja hubungan antara ortu dengan anak-anaknya, juga hubungan antara ayah dengan ibu kita sebagai ortu yang bisa mengarahkan dan membimbing kita. Pendek kata, semua orang menginginkan saat-saat indah bersama keluarga.
Kita semua mendambakan keluarga yang baik-baik. Ayah bertanggung jawab, ibu perhatian, kakak penyayang, adik juga penurut. Nenek dan kakek menikmati masa tuanya dengan melihat perkembangan pribadi anak dan cucunya dengan baik. Keluarga penuh ceria, saling mengingatkan, mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan penuh ketaatan. Duh, indah banget deh. Pantes aja kalo Rasulullah mengilustrasikan kehidupan keluarga beliau yang penuh dengan keharmonisan, kebahagiaan, ketenangan, sakinah, mawaddah, dan rahmah dengan ungkapan Baitiy jannatiy alias rumahku, surgaku.
Bersama keluargalah kita lebih banyak berinteraksi, bersama keluarga pula kita lebih banyak punya waktu untuk belajar tentang makna hidup. Kayaknya masih pada inget deh penggalan OST-nya Keluarga Cemara. Yup, “Keluarga adalah harta yang paling berharga, istana yang paling indah, puisi yang paling bermakna, dan mutiara tiada tara.”
Allah Swt. berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah (iman, ilmu, dan amal), yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS an-Nisâ’ [4]: 9).
Kita semua berharap punya keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Kalo ada konflik, kita selesaikan baik-baik. Jangan hawa nafsu yang jadi panglima, tapi keikhlasan kita yang dikedepankan. Konflik bukan berarti bencana, tapi kerikil kecil yang bisa mendewasakan kita semua. Tapi yang pasti, taburkan ajaran Islam di dalam keluarga kita, insya Allah berkah. Yuk, kita bangun istana paling indah dalam hidup ini. Syukur-syukur bisa dengan lega menyebut: rumahku, surgaku. ?